10

3.3K 129 0
                                    

•••

Plak.

Andrion menatap Lian yang tersungkur karna ia tampar, Erick yang melihat itu langsung berlari dan mendekati Lian.

" Apa maksud tuan? " Tanya Erick membantu Lian untuk berdiri.

" Papa! Jika aku melihat satu helai rambut Erick jatuh, itu sama dengan setetes darah yang harus keluar. " Marah Alfin saat Andrion hendak menampar Erick juga, Andrion seketika menatap putranya itu yang penuh amarah.

" Kau mau menyakiti ayahmu demi jalang Alfin? " Alfin tak peduli, dia malah mendekati Erick dan membawanya kembali kepelukanya.

" Satu tetes darahnya sama dengan satu nyawa, sehelai rambutnya sama dengan satu tetes darah, dan satu goresan sama dengan 1000 cambukan Yang akan ku berikan. Jika kau berani menyentuhnya, maka akan ku patahkan lehermu. " Alfin memandang dingin Andrion, sedangkan pria itu hanya tertawa melihat betapa seriusnya anaknya ini.

" Bawa jalangmu itu pergi, jika tidak? Pertumpahan darah antar keluarga akan terjadi. " Ujar Andrion, Alfin lalu menarik tangan Erick pergi. Bukan karna Alfin takut atas perkataan Andrion, tetapi dia takut Erick akan kenapa-napa nantinya.

" Kau pergi juga. " Perintah Andrion menatap Lian, Lian menangis dan menggeleng.

" Pergi Lian, aku akan melepaskanya nanti. " Suruh Mahen yang masih mengunci pergerakan Kean, sedangkan pemuda itu terus ingin melarikan diri.

Lian mengangguk dan pergi, walau dia masih khawatir tapi itu yang terbaik menurutnya.

" Wah-wah, cantik- "

Plak.

Mahen menepis tangan Andrion yang hendak mengelus pipi Kean, dengan tatapan tajam dia melepaskan peganganya kepada Kean dan menarik Kean ntah kemana.

' Putraku menjadi tidak sopan semua seperti ini, bagaimana cara Aliana merawat anak yang egois begini? ' Batin Andrion yang berjalan santai ingin masuk kedalam rumah, dia meninggalkan Ronald yang masih terikat.

" Jangan sampai ada yang brani melepaskanya. " Perintahnya menatap Maid dan pembantu itu dengan tajam dan penuh hasrat membunuh.

•••

" Lepas! " Kean masih memberontak, tangannya terasa sakit saat Mahen pegang. Mahen menariknya masuk kedalam kamar.

Brak.

Tubuh Kean di tekan kepintu yang terkunci, mereka berdua sudah terkunci di dalam kamar Mahen. Mahen menatap manik mata Kean yang ketakutan.

" Kau ingin aku melepaskannya kan? " Tanya Mahen, Kean mengangguk. Melihat itu Mahen tersenyum miring dan pergi duduk di tepi ranjang.

" Mudah, jawab pertanyaan ku. " Mahen mengambil rokok lalu menghisapnya, dia tersenyum licik dan duduk denggan kedua kaki yang ia lipatkan, dia menghembuskan asap rokok ke langit-langit.

" Sini. " Ajak Mahen, dia menepuk-epuk pahanya menadakan Kean untuk duduk di sana.

" T-tidak- "

" Jika kau menolak, maka ku anggap kau menyuruhku untuk membunuh Ronald. " Kean mau tak mau mengikuti dan duduk di pangkuan monster ini.

" Aku tau, saat pagi tadi aku menyentuhmu. Kau sudah tidak perawan lagi, siapa orang yang menghilangkanya? " Kean menjadi terdiam, tidak mungkin dia akan mengaku bahwa dia pernah bekerja sebagai jalang di Bar.

" Tentu saja anda tuan- "

" Jangan berbohong! " Mahen mencekik leher Kean, Kean ingin lari tapi dia tidak bisa.

Mine S1 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang