49

1.2K 69 0
                                    

•••

Pesta pertunangan berjalan begitu lancar, lancar tanpa ada kendala sedikitpun. Namun kritikan Mahen terus terngia di kepala Kean, jujur saja itu sedikit membuatnya stres. Tetapi walau seperti itu janinnya tak keguguran, rasa syukur, senang, dan kecewa ada saat tau janinnya sangat kuat.

Berbulan-bulan berlalu tanpa ada nya Mahen di keseharian Kean, dia senang namun juga kesepian. Dia aman tetapi juga tersiksa, janin di perutnya menginjak 7-8 bulan. Perutnya membuncit tanpa di temani seorang Alpha di sampingnya, sakit, tapi hanya itu yang Kean bisa.

DUAR.

” A-ada apa ini? ” Kean mulai berjalan perlahan keluar kamar saat mendengar ledakan, dia berjalan cepat karna rumah juga mulai riuh.

” Azril, Crish. Ada apa? ” Heran Kean, Kedua sejoli itu menarik Kean ke suatu tempat. Mereka menuju ruang bawah tanah, di dalam sana sudah ada Erlan, Releana, Erga, Lian, Ronald, Semuanya nampak panik.

” Kean. ” Releana memeluk Kean dengan khawatirnya, memeriksa apakah keponakannya terluka atau tidak.

” Tante ada apa ini? ” Heran Kean memandang semuanya, Erga terluka di bagian lengan dan sedang di urus oleh Ronald dan Lian.

” Mereka sudah bergerak terlebih dahulu, tante yakin. Pasti ada penyusup karna itu mereka bisa bergerak lebih cepat dari kita. ” Perkataan Releana membuat Lian teringat akan Zoy yang sering datang diam-diam kerumah Atthaya, bahkan bukan sebulan atau dua bulan dia sering datang. Melainkan dari 1 tahun lalu, namun bodohnya Lian hanya diam dan ini yang terjadi.

” Kalo begitu kita harus lawan! ”

” Jangan bodoh Keandra, kau sedang hamil. Sedangkan di sini yang bisa bertarung hanya aku, Erlan, Azril dan Releana saja. Apa kau akan membahayakn yang lain termasuk dirimu dan janinmu? ” Benar kata Erga namun tidak mungkin mereka diam saja sedangkan keadaan di atas sana riuh dan tembakan terdengar begitu jelas, Kean mulai takut dan menangis memeluk Releana.

” Kita harus lari dulu, kita belum mengumpulkan semua organisasi. ” Ujar Erlan, semuanya sepakat setuju. Dengan pengawal yang minim begitu bagaimana mereka bisa melawan, jangankan menjaga. Mengurus diri sendiri saja belum tentu mereka bisa, hati Kean berdegup begitu kencang.

Perlahan mereka mulai bergerak  pergi dari rumah Atthaya, berbeda dengan Erga dan Releana. Mereka tetap di sana untuk menyelamatkan para Maid, Bodyguard, dan beberapa orang dari organisasi.

Erlan dan Azril terus siaga dengan pistol mereka, menyuruh para Omega untuk berjalan di depan mereka.

” Ahhkk... ”

” Kean kau tidak papa? ” Semuanya menatap Kean yang meremas perutnya.

” KENAPA! KENAPA DI SAAT SEPERTI INI JANIN INI BELAGU!!! ” Kesal Kean, dia memukuli perutnya dengan perasaan hancur. Di kala dia harus bertahan hidup tapi tetap saja, jejak Mahen akan selalu menggagalkannya.

” Kean nanti perutmu tambah berkontraksi, kita harus cepat sebelum ketahuan dengan musuh. ” Suruh Lian, Ronald lalu menyuruh Erlan untuk menggendong Kean agar pemuda yang sedang memukuli perutnya sendiri itu diam dan mereka bisa langsung pergi dari rumah Atthaya.

” Kenapa... Hiks. ” Rintisan Kean begitu pilu, di sela tangisannya itu dia masih sempat untuk meremas perutnya agar tak merasa sakit lagi. Mungkin efek stres dia seperti ini, namun kenapa harus sekarang.

Mereka bergerak lebih cepat, keadaan Kean juga berangsur-angsur memburuk. Walau Kean berusaha menahan suara nya tetapi tetap saja, keringat dingin yang meluncur di setiap inci tubuhnya membuat Erlan khawatir.

“ Kean, bertahanlah. Sebentar lagi kita sampai di mobil yang sudah di siapkan. ” Ujar Erlan, mereka terus lari dan mengendap-endap agar musuh tak mendapatkan mereka.

Mine S1 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang