42

1.2K 68 5
                                    

•••

“ Ueekk! ”

“ Tuan Alfin, anda kenapa? ” Para anggota organisasi yang melihat itu panik mendekati pemimpin mereka, Alfin muntah darah dari mulutnya. Lidahnya terasa sakit seperti di gigit, dia teringat akan Erick di rumah.

“ Erick.. Erick, i-ini tidak mungkin! Ini tidak mungkin! ” Alfin berlari pergi untuk segera pulang kerumah, baju yang dia gunakan berlumuran darah karna muntahan yang dia keluarkan tadi.

Mobil melaju dengan begitu cepat, rem seakan seperti blong karna kecepatan lajuan Alfin yang sangat tinggi.

Sesampainya di rumah suasana nya sudah sangat membuat hati Alfin berdegup kencang, dia takut dan khawatir pada Erick. Perasaanya sangat terombang-ambing, Alfin hanya akan bisa sakit seperti ini karna Erick. Tubuhnya seakan bisa merasakan apa yang Erick rasakan.

“ PAPA! ” Teriakan Alfin tak di dengar, dia lalu melihat di belakang Mansion banyak bodyguard dan Maid yang menangis.

Hati Alfin semakin berdegup kencang, rasanya dunia seakan mati warna karna khawatir yang di hatinya.

“ Ada apa ini?! ” Alfin menatap Andrion yang berjongkok di satu peti mati yang sebentar lagi di kuburkan, di sana ada makam Aliana, Meran, janin Erick, dan juga Hendri. Termasuk satu lubang yang akan di masuki peti mayat di dalamnya.

“ Alfin! Kenapa kau di sini? Bukankah pekerjaanmu masih banyak? ” Baju Andrion di lengannya nampak ada bercak darah, Alfin dengan panik membuka peti mati itu.

Deg.

“ Huekkk! ”

Muntahan darahnya kembali terjadi, tubuh Alfin lemas selemas-lemasnya. Ia terjatuh dan terduduk bersandar pada peti mati itu, jantungnya berdenyut sakit dan berhenti berdetak membuatnya mati rasa.

“ Alfin! ” Andrion panik menatap putranya itu, Alfin langsung menepis tangan Andrion yang hendak memegang bahunya.

“ Bajingan... K-kau bajingan.. Ohok-ohok. ”

“ Alfin jangan bicara lagi, kau sudah separah i— ”

“ KAU MEMBUNUH SEBELAH JIWAKU! AKU AKAN MEMBUNUH MU! ”

Bughh.

Satu begeman Andrion layangkan di perut Alfin membuatnya tambah muntah darah, dirinya tidak bisa membalas karna terus batuk darah.

“ Dia bunuh diri, Erick mengigit lidahnya sendiri membuatnya langsung mati. Dia tidak ku bunuh Alfin! ”

“ Dia bunuh diri pasti kau penyebabnya... P-pasti kau— ”

Bruk.

Alfin goyah hingga membuatnya terjatuh dan memasuki peti mati itu, peti mati itu di ukir untuk dua orang seakan sudah sengaja Alfin untuk rebahan di samping Erick yang mulutnya sudah keluar darah dengan mata yang tertutup.

Alfin tersenyum menatap Erick, di belainya lembut pipi Erick hingga akhirnya mati bersama orang yang sangat dia cintai.

“ ALFIN! PANGGIL DOKTER TERBAIK! ”

“ Tuan, penyakit tuan Alfin hanya bisa di obati Nyonya Aliana. Tapi sekarang nyonya sudah tiada. ”

“ Mahen, panggil dia. Dia pasti bisa! ”

“ Tapi tuan Mahen ada di utara, butuh waktu. Dan jika di lihat, tuan Alfin suda— ”

Dor.

“ PANGGIL DIA SEKARANG! ”

•••

“ Apa? Penyakit Alfin kambuh lagi, memangnya Mama tidak ada di rumah? ”

Sang pembantu bungkam mendengar pertanyaan Mahen, harus apa mereka jawab. Mereka tau Mahen akan marah besar jika menbetahui Aliana tiada di tangan Andrion.

Mine S1 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang