25

1.6K 75 0
                                    

•••

Saat sampai di lab, Melan melihat Alfin yang di dalam tabung. Di dekat tabung Alfin ada pula tabung yang kosong dan ada juga yang berisikan nenek-nenek menimbukan pertanyaan di benak Melan.

“ Siapa nenek ini? “ Tanya Melan, Mahen tidak merespon dan memeriksa sesuatu.

“ Ambilah. “ Mahen memberikan satu buku yang tebal, di lihat dari sampul buku itu adalah buku Medis.

“ Buat apa? “ Tanya Melan, Mahen menyerahkan buku itu dan di ambil oleh Melan.

“ 3 hari nanti, kau akan membedah Kean. “

“ Apa? Kau tau kan kalo aku tidak bisa, kalo Omega mu itu mati pasti kau akan menyalahkanku! “

“ Tentu saja, malah aku akan membunuhmu. Tapi aku memberimu keringanan, meskipun nanti Kean cacat, koma, dan kritis sekalipun aku tidak peduli. Asal janin di dalam perutnya mati, kau bisa melakukan apapun padanya. “

“ Sekalipun aku menjadikan Kean sebagai alat percobaanku? “

“ Yeah... Walaupun kau tusuk ataupun tembak dia semaumu, asal nyawanya tidak melayang aku tidak masalah. “

“ Kalo begitu aku minta janinnya. “

“ Buat apa? “

“ Ya ku jadikan penelitianku lah, lumayan. Soalnya selama ini aku tak pernah meneliti seorang janin. “

“ Ok, Sepakat. Dan satu lagi, kau sudah tidak perlu membawakan jantung lagi. ” Ujar Mahen, Melan mengangguk lalu membuka buku Medis itu.

” Ngomong-ngomong, kita di besarkan dengan cara yang berbeda-beda. Alfin di paksa mempelajari kemampuan yang utama ke kepolisian, kau di utamakan di bidang Medis. Lalu aku di profesor, itu sedikit aneh bukan? ” Ujar Melan, Mahen terdiam. Perkataan Melan ada benanrnya, kenapa dia tidak menyadari selama ini?

” Ntahlah, aku juga tidak tau. ” Balas Mahen, dia menatap Alfin yang terbaring koma di dalam tabung itu.

” Apakah Altar Ego mu sudah keluar? ” Tanya Mahen, Melan menggeleng mendengar pertanyaan Mahen ini.

” Kenapa? Seharusnya di usia 16 tahun sepertimu, sudah mulai muncul. ”

” Apa kau lupa? Dirimu saja belum keluar sampai sekarang. ” Ejek Melan, Mahen beru sadar ternyata keberadaan Kio hanya Kean yang tau.

” Terserah, kau lebih cerewet kalo sudah menjadi Alpha. ”

” Dari dulu aku memang Alpha, tapi karna misi yang aneh aku harus menyembunyikan identitasku.  ” Kesalnya, Melan lalu duduk di sofa membaca setiap inci dari buku yang Mahen beri. Menatap Alpha kecil di depannya ini sedikit mengingatkan dia saat masih kecil dulu.

Dringgg...

Ponsel Melan bergetar dan berbunyi membuatnya menatap siapa yang menelfonnya di hari libur seperti ini, saat mengetahui yang menelfon adalah Rayya Melan lansung tersenyum smrik dan mengangkat telfonnya.

” Hallo. ”

( Tuan! Tolong! )

” A-ada apa? ”

( Ku mohon datang ke lab, aku ada di ruanganmu. Ku mohon datanglah... Hiks.. )

” Ada apa? ”

( Pokoknya datanglah dulu hiks... Aku— Ahhkk! )

” Hallo? Ayya! ” Melan berdiri saat telfonnya terputus dari sebelah pihak, mendengar tangisan pemuda itu membuat Melan berkeringat dingin khawatir pada Omeganya.

” Ayya? Siapa dia? ” Tanya Mahen menatap raut wajah Melan, Melan tidak merespon dan bergegas berlari ke tempat yang Rayya sebutkan.

•••

Mine S1 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang