50

3.3K 101 15
                                    

•••

” Kapan pertempuran ini berakhir, apakah aku harus  mati dulu baru ini semua berhasil behenti Mahen? ” Pertanyaan yang Kean lontarkan membuat Mahen terdiam, dia terus mengelus perut Kean agar mulas dan sakit nya hilang karna elusannya.

” Tidak, kau tidak boleh mati. ” Kean memandang Mahen yang terlihat penuh pikiran, ntah apa yang Alpha nya ini pikirkan.

” Sudahlah, minggir. Aku mau pulang— ”

Grep.

” Jangan. ” Tahan Mahen, Kean hanya bisa keheranan.

” Kena— ”

Duarrr

” AHHHK! ” Reflek Kean berteriak saat terdengar ledakan dan seketika gedung itu gemetar, Kean memeluk Mahen dan ketakutan di dalam dekapan Mahen.

” Sudah ku bilang jangan. ” Ujar Mahen, ia perlahan mengelus Kean yang sudah gemetar takut dan menangis.

” Hiks... K-kita di mana? ” Tanyanya.

” Di rumah Olifva. ”

” Hah? K-kenapa kita di— ”

” Suttt. ” Mahen menutup mulut Kean, suasana berubah mencengkam di kala Mahen menatap ke arah pintu dengan perasaan waspada.

” Tunggu di sini, aku ada perlu sebentar. Menurutlah sebentar... Kean. ” Bisik Mahen, dia lalu pergi meninggalkan Kean di dalam kamar itu. Nampak Mahen mengendap-endap untuk keluar, seperti takut akan sesuatu.

” Ada apa dengannya? ” Perasaan Kean tak baik, dia menatap jendela. Banyak asap dan suara tembakan serta ledakan sudah tak terdengar. Begitu sunyi, namun itu tambah membuat Kean takut.

•••

” MMPHH!!! ” Air mata meluncur dengan sendirinya, pemuda Omega yang sedang terikat di kursi kayu itu berusaha menjerit dan lari dari sosok wanita di depannya.

” Rya... Dari dulu aku begitu sangat-sangat MEMBENCIMU! ” Tangisan Rayya tak mau berhenti, dia memandang Risya yang memegang pisau dapur yang penuh darah.

Dirinya kini berada di kamar nya saat ada di keluarga Olifva, dia tidak menyangka Risya akan nekat. Membunuh Ayah nya, Parona, serta Pioran diam-diam dan menusuk ke-3 keluarganya itu dari belakang.

” Rya... Aku mencintai Melan lebih dari apapun, jika ada keluarga ku termasuk KAU! Melanku tidak akan menjadi milikku. ” Darah di pisau di oleskan di pipi Rayya seolah slay stroubery, dirinya hanya menangis tanpa adanya suara karna di sumpal oleh Risya.

” Lihat... Lihat, aku memasang bom lho. Bahkan di setiap gedung ini, dan termasuk kamar ini. ” Rayya membulatkan matanya, Bom itu terus berdetak menunjukan jam, menit, dan detiknya yang terus berubah ke angka yang kecil.

” Aku akan mencabik-cabik kau sebelum bom itu meledak dan menghancurkan tubuhmu! ”

•••

” Cih, MAHEN BRENGSEK! ” Kesal Melan, dirinya berusaha menyingkirkan puing-puing batu yang menimpa kakinya. Rasanya sakit, gedung itu perlahan runtuh namun masih tegak kokoh bagaikan rumah pada umumnya, padahal sebentar lagi akan roboh.

’ Dia menghianati ku, menghancurkan rumah Alexandra dan Mansionnya. Dan sekarang dia menghancurkan rumah Olifva, lalu Rayya hilang ntah kemana bersama Juan. ’ Pikiran Melan tercabik-cabik memikirkan di mana Omega dan anak nya, dia tidak menyangka Mahen berkhianat dia sampai sesempurna itu sampai diapun tak tau dan tidak mencurigainya.

” Melan. ” Melan menatap ke asal suara, memandang Mahen yang terlihat datar melihatnya.

” BRANI JUGA KAU MENUNJUKAN WAJAHMU! ” Marah Melan, dia ingin menyerang Mahen namun kakinya sakit.

Mine S1 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang