34 -kebahagiaan yang tersirat-

49 6 5
                                    

Setelah 2 minggu berlalu, akhirnya Lona pulang dari liburan bersama ibu mertuanya, saat sampai ke kotanya lagi dia tak langsung pulang melainkan singgah sebentar ke kediaman sang jendral yang statusnya adalah ayah mertuanya karna gyieral mengabarkan jika ia akan menjemput Lona.

Tak selang hingga siang hari terdengar suara bel dari luar rumah yang menandakan ada orang disana, Lona cepat menghampiri dan dugaan wanita itu benar jika yang datang adalah sang kekasih.
Sangking rasa rindu itu terus menyeruak hingga sekarang rasanya meluap tanpa mengeluarkan sepatah kata geral menarik pinggang wanitanya dan mendekap erat tubuh mungil sang kasih dengan terus berucap
"aku merindukanmu"

Lona terkekeh saja pasalnya ia juga sangat rindu dengan pria ini, untung saja gerak tidak menangis sangking rasa rindu dan kerisauan yang berlebih terhadap wanita yang berstatus istrinya.
Lona meregangkan pelukan itu menatap lamat suaminya yang matanya tampak berkaca-kaca gemas Lona melihatnya karna rasanya semenjak perjodohan geral dan lora, Lona terus melihat guratan kecemasan di wajah laki-laki itu.
Sikap geral juga lebih sering murung dan menyendiri bahkan ia jadi gampang nangis jika membahas hal tentang Lona entah apa yang dipikiran lelaki itu, Lona sedikit jinjit dan mengecup pelan kedua mata yang mulai terisi dengan air mata.
Tanganya mengusap helaian rambut suaminya dengan senyumnya yang semanis senja dikala sore hari itu.

"kamu tidak rindu? " tanya laki-laki itu seperti anak kecil

"memangnya aku harus rindu padamu" ucap wanita itu berusaha menggoda geral

"kata orang kalau ridnu itu berarti terus memikirkan, jika kamu tidak rindu padaku kamu tidak memikirkan suamimu sama sekali" tangan laki-laki itu mengajak Lona masuk kedalam padahal ia yang baru datang.

"kamu ini apa sih? jelas aku rindu biasa
aku liburan bersama kamu jadi ketika aku tidak melihat wajahmu seharian,itu nampak bosan"

Lona mengikut saja kemana suaminya membawa yang ternyata geral membawa ke kamar masa remaja geral, masa-masa sebelum mengenal Lona dan tinggal di kediamannya sendiri, geral sudah keluar dari kediaman orang tuanya saat ia dinyatakan lolos akademi kepolisian dan mulai bekerja ayahnya memberi ia rumah yang adalah rumah yang akan dipakai lora jika tidak tinggal bersama geral saat ini rumah itu tidak ada yang menempati alias kosong.
Rumah  yang mereka tempati sekarang adalah rumah geral yang ia beli dengan hasil kerjanya.

"tunggu, mas dimana lora? kenapa tidak ikut kesini padahal tadi ibu nyari dia"

"oh iya dek, lora tidak ikut karna hari ini kerja sama tidak bisa izin ke atasannya lora juga dari kemarin-kemarin itu sakit dia"

"loh kamu tidak bawa kerumah sakit? kalian sudah tidak canggung kan? "
Tanya Lona bertubi-tubi membuat gelengan saja di geral.

"astaga kamu ini, ya sudah kita pulang saja kasian dia kalau pulang kerja tufak ada orang dirumah"  lagi-lagi hanya mengangguk geral dan Lona keluar dari kamar itu dan hendak menyuruh pelayan rumah untuk membantu mengangkat barang-barang Lona tetapi mereka malah bertemu dengan ibu geral yang sedari tadi ternyata di halaman belakang dan tidak tahu jika geral sudah datang.

"nak, kamu kapan datangnya? "  ibu geral memeluk anak semata wayangnya dengan penuh kasih lalu geral membalas pelukan itu dan dnegan senyuman yang diukur di wajahnya geral menanyakan sesuatu yang membuat respon ibunya sangat senang.

"bu lora dari kemarin muntah terus itu kenapa ya? gyier tidak tega lihatnya"

"ya ampun, kamu tidak bawa tidak bawa kerumah sakit? "

"belum bu,gyier kira masuk angin biasa tapi dia muntahnya pagi aja jadi kalo malam pulang kerja gyier suka usapin perutnya biar enakan"

Deg! hati Lona mendengarnya terkejut bukan main sontak tatapan tajam itu mengarah ke geral yang berbicara santai kepada ibunya, kepala yang sedari tadi menunduk itu dan raut wajahnya senyumnya kian berubah menjadi raut wajah yang murung dan tatapan mata itu kian menyayu.

• EUTANASIA •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang