44 -ke 96 yang singkat-

86 9 4
                                    

Di tengah kesibukan keluarga nugraha yang ingin menyambut cucu pertama mereka, hari perkiraan lahir cucu mereka jatuh di tanggal yang tepat yaitu 17 februari atau esok hari.
Mereka yang sibuk menyiapkan segala macam untuk menyambut kelahiran penerus keluarga nugraha yang pastinya sangat berharga, dan juga sudah ada pendonor paru-paru dari yang mendonorkannya secara anonim karna rumah sakit tak memberitahu siapa yang mendonorkan.
Ayah dan ibu geral sangat bersyukur karna Tuhan menolong anak anak mereka yang sedang kesulitan walau mereka sendiri terhitung adalah orang yang egois.

Tentunya di tengah kepanikan dan kebahagiaan itu tak sama sekali 1 orang pun yang memikirkan keadaan putri sulung dari dari keluarga aldo dan mona, semenjak menghilang nya seorang Leona Laticia kemarin dan ia menolak mentah-mentah mendonorkannya paru-paru nya sendiri,ia seperti tak dipentingkan lagi sekarang walau ia adalah istri pertama dari seorang gyieral.

Entah setan apa yang merasuki pria itu sampai sampai ia tak ingat sama sekali bahwa lona tak berada di samping nya, ia terlalu sibuk di lora yang dari minggu lalu harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit yang tentunya geral sekarang hanya berfokus ke lora dan calon buah hati mereka yang agaknya besok tanggal 17 februari sudah lahir karna di siang 16 februari lora sudah merasakan kontraksi yang cukup normal ketika diperiksa perkiraan lahirnya adalah besok pagi atau tidak paling cepat nanti malam pada dini hari.
Tentunya itu memacu adrenalin geral yang baru pertama kali di hidupnya menemani istrinya walau bukan lona tengah menahan nyerinya rasa kontraksi ingin melahirkan namun prosesnya masih sangat panjang.

~~~~~~~~~

Dirumah sakit yang sama dan hanya ruangan yang berbeda seorang yang tengah dilupakan seluruh keluarga nya itu tengah berdiam diri di kamarnya menunggu kedatangan dua kawannya yang belum datang.
Ia mengobrol sebentar dengan sydra disana perihal proses penyuntikannya untuk nanti malam, dan sudra menjelaskan ketika disuntik untuk pertama kalinya dan ketika pasien sudah terpejam niscaya pasien itu tak akan pernah kembali membuka mata walau detak jantungnya masih ada dalam kurun waktu 24 jam setelah itu pasien pasti akan meninggal dunia.

Mendengar kabar kematiannya yang didepan mata lona hanya mengangguk dan tersenyum getir sembari ia berpelukan dengan sydra sore itu sebelum proses nanti malam akan dikerjakan.
Lona kian dibaringkan lagi karna memang kondisi tubuhnya yang sudah tak bisa berdiri atau duduk lama-lama, sydra keluar dan tersisa dua perawat disana yang sangat menghindari kontak fisik dengan lona, lona pun tak mengerti perawat itu berperilaku buruk namun ia tak peduli sama sekali.

"Tuan jangan" ucap perawat itu ketika riky mendekati lona yang terbaring dan sekujur tubuhnya berkeringat walau suhu ruangan dingin.

"Semuanya pergi, tinggalkan aku bersama istriku"

Riky berjalan pelan menuju bankar bertuliskan nama seorang wanita yang ia tunggu daritadi.

"Apa maksudmu dengan istri" Lona berusaha membuka suara walaupun sangat berat.

Riky menghela nafas gusar ketika ia melihat lona sudah pucat pasih disana.

"Sudahlah, lagipula jika dirumah sakit aku berstatus sebagai suamimu"

"aku masih istrinya geral" Lona menjawab riky dengan nafas yang berat.

"Kapan lora melahirkan?"

"jangan memikirkan itu dulu" Ekspresi riky berubah ketika lona menjawab nama lora.

"Mengapa? Aku menanyakan keadaan adikku" riky acuh dengan pertanyaan itu

"Operasimu berjalan 2 hari lagi kuminta agar di hari itu kau puasa dulu"

Dibalas dengan deheman  saja oleh lona, mereka berdua diam tak ada yang melanjutkan dialog masing-masing riky hanya menatap lona dengan nanar.
Kondisi tubuh lona yang benar-benar tidak seperti dulu lebih kurus sekarang dengan wajah pucat dan rambutnya yang lepek seperti sudah tidak memikirkan penampilan lagi.

• EUTANASIA •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang