23 -bernafas kembali-

72 6 3
                                    

>BALIKPAPAN 10 MARET 2002<

Saat pintu ruangan rumah sakit lona dan geral terbuka menampakkan riky yang sedikit sempoyongan sepertinya efek beer itu baru bereaksi sekarang.
Sang senior tanpa basa basi memapah riky masuk kedalam dan menidurkannya disofa,lora tidak jadi tidur disofa bersama riky dia dipindahkan oleh geral ke ruang rawatnya agar lebih nyaman dan juga agar geral dan riky bisa tidur bersama.

"Mas" Suara lirih itu menggema di ruangan yang membuat geral menghampiri sumber suara.

"Dalem dek, kenapa?"

"Mas bisa bantu adek ke kamar mandi? Soalnya kan masih diinfus" Lona menunjukkan tangannya yang masih tertusuk jarum infus.

Geral tau sebenarnya istrinya hanya manja kepadanya karna dia sendiri melihat lona tadi siang yang kesana-kemari memegang infusnya sendiri.
Hanya terkekeh melihat tingkah laku istrinya yang seperti ini walau sakit lona tetap bisa manja seperti biasa.

"Iya-iya sini mas bantu pegangin"

Geral berjalan ke arah lona yang hendak bangkit dari kasurnya, ia memegang tiang infus dan juga tangan lona memastikan lona tak jatuh.
Pelan-pelan geral memandu lona menuju kamar mandi.

"Tunggu sini jangan ke mana-mana"

Hanya mengangguk sembari tersenyum geral melihat sang pujaan hati memasuki bilik kamar mandi dan menutup pintunya, tidak lama kemudian istrinya itu keluar dan mendongak menatapnya dengan tatapan melas.

"Kenapa ,mau digendong?"

"Ga nanti mas keberatan"
Lona menolaknya tapi raut wajahnya mengatakan bahwa lona sangat ingin digendong.

Mungkin jika 100 pria yang peka dalam perasaan wanita geral bisa menjadi nomor satunya karna hanya melihat mimik wajah dan gerak mata saja ia sudah bisa mengetahui apa yang diinginkan orang tersayang nya.

"ssstt, riky sama lora sudah tidur jangan membangun kan mereka dengan suara cempengmu"

Sebelum benar-benar menggendong sang istri geral masih sempat mencubit pelan hidung sempurna istrinya kemudian digendong lah istrinya menuju bankarnya.
Seraya hidung mereka yang bertaut dan pipi yang saling bergesekan membuat malam itu menjadi malam dirumah sakit yang smaa sekali tidak ada kesedihan dan ketakutan didalamnya dan mungkin bisa dibilang menjadi malam yang penuh cinta.

Sang suami tak langsung melepaskan tautan gendongan yang menjadi pelukan hangat itu, ia menyenderkan punggung di bankar yang sedikit naik,
posisinya masih sama dengan posisi saat ia menggendong istrinya.
Geral memangkunya kesamping seperti gendongan bridal style namun dilakukan nya dengan keadaan duduk.
Sembari terus menggesek wajah sang adinda dengan wajahnya geral tak lupa selalu untuk mengelus tangan mungil sang istri yang istimewa.

Bentuk tangannya yang mungil,Ruas tanganya yang berhimpitan, lalu juga dengan jarinya yang lentik membuat geral tak akan pernah bosan melainkan ada rasa candu di setiap ia mengelus tangan istimewa lonanya.
Di tidurkan istrinya hingga terlelap dalam mimpi di kayangan yang indah geral melepas pelukan itu dengan hati-hati, dibenarkan posisinya dan ditautkan selimut agar tubuh sang istri tak diserang rasa dingin lalu beranjak pergi dan tidur di lain tempat agar tidak sama sekali mengganggu kenyamanan adindanya.


Pagi hari datang begitu cepat dengan Bagaskara pagi yang tak tembus dari gorden jendela rumah sakit.
Pasangan suami istri itu sudah bangun terlebih dahulu,mereka dapat sarapan pagi geral senantiasa menemani istrinya makan.

"Mas ga makan? Itu nanti dingin"

Geral menatap jatah makannya tidak ada selera, sarapan pagi rumah sakit makanan itu adalah kemusuhannya dari lama ia trauma karna saat kecil ia terkena demam sarapan pagi rumah sakit tidak ada rasanya.

• EUTANASIA •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang