32 -serumah kembali tapi seperti neraka-

58 3 2
                                    

>BALIKPAPAN 5 MEI 2004<

Malam berlalu begitu cepat, pagi hari datang dengan menunjukkan Bagaskara pagi yang indah menyinari jendela hotel yang kian masih tertutup dengan horden.

Mata elang yang tertutup itu Perlahan mulai terbuka mengerjapkan seluruh pemandangan kamar hotel dan ia hanya melihat seorang yang sedang tidur di kasur hotel itu menutupi seluruh badan kecuali wajahnya meski dari jauh geral bisa melihat mata sembab gadis itu akibat ulahnya semalam.

"kenapa dia masih menangis? apa perkataanku keterlaluan? "

geral mulai memikirkan nya tetapi pikiran itu cepat ia tepis karna tidak ingin memikirkan lora lama-lama.
Pria itu hendak membangunkan lora dengan perlahan baru saja ia mendekati kasur dan hendaknya ingin menepuk bahu mungil itu pelan, namun baru gerak sentuh saja mata gadis yang sedari tadi terpejam seperti orang mati langsung terbuka, lora terkejut dan mengangkat kepalanya yang membuat hidung mungil itu bersentuhan dengan hidung mancung geral.

Keduanya terdiam, beku ditempat , mata mereka saling bertatap dengan perasaan kaget yang menyeru hati keduanya.
Sampai lora memutus kontak mata.

"maafkan aku, kamu sudah bangun dari kapan? "

"baru saja"

"kita bisa pulang sekarang kan, tidak usah sarapan di hotel " permintaan itu mengundang tatapan mata tajam dari geral yang membuat lora tertunduk

"kamu pulang kerumahku dengan Lona, barang-barangmu sudah diangkat jadi tinggal kesana saja"

"aku tidak usah tinggal bersama kalian, aku bisa menyewa"

"kenapa kamu mau tinggal terpisah? "

"aku tidak ingin mengganggu, aku takut Lona merasa tak nyaman, jika kamu mau kamu bisa mengunjungiku lalu pulang seperti biasa"

"aku punya rumah didekat kantor, kamu bisa tinggal disitu tapi aku akan bicara pada istriku dulu" dibalas dengan anggukan saja.

Mereka keluar dari hotel, antara keduanya tak sama sekali mengeluarkan spatah kata antara satu sama lain yang membuat orang-orang yang melihat pasangan itu merasa aneh.
Namun mereka berdua tak menggubris semua orang disana, geral dengan cepat menancapkan gasnya menuju kediaman tempat tinggalnya bersama lora.

Mereka tiba di kediaman geral namun kediaman itu terasa sepi, biasa akan ada art geral dan Lona yang membersihkan halaman di pagi hari namun hari itu tidak ada, rumah geral seperti kosong.
Dengan cepat ia memarkirkan mobilnya dan bergegas mencari kunci dan membuka pintu rumah tanpa mengajak lora yang alhasil gadis itu tidak masuk kedalam rumah melainkan ia duduk di ayunan halaman rumah geral yang memang ada taman kecil untuk anak-anak bermain walau anak-anak yang bermain disitu tidak pernah ada.

Lora mengerutkan alisnya ketika di bangku ayunan itu tertera nama perempuan yang lora sama sekali tidak tahu menahu perihal nama itu, ukiran tulisan di besi ayunan itu indah, juga tertera nama geral dan Lona membuat lengkukan senyum di wajah lora membayangkan seberapa besar rasa cinta geral ke lona yang awalnya tentram dan bahagia tetapi harus di usik perkara kedatangan dirinya ke rumah tangga ini.

Lora memperhatikan sekeliling taman kecil yang ada di perkarangan rumah itu, walupun kecil dan tak begitu mewah susunan taman itu rapi dan barang-barang yang ditaruh geral disana indah yang pasti mengundang anak kecil untuk ingin bermain disana, Lora mulai berfikir jika geral dan Lona sudah membuat taman ini berarti mereka memang sangat menanti kedatangan seorang putra maupun putri kepada mereka.
Betapa sayang nya pasangan itu kepada anak kecil, mereka selalu berbuat baik kepada anak kecil yang mereka temui bahkan keponakan geral saja selalu Lona sayangi dan tak keberatan jika mereka ingin menginap dirumah geral dan Lona justru mereka sangat senang dan geral selalu berkata
"aku selalu membayangkan nanti anakku akan seperti ini,menjadi anak yang ceria dan tidak pendiam sepertiku"

• EUTANASIA •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang