Bab 1

20.6K 924 61
                                    

Haloo

Selamat Membaca

Selamat berkenalan dengan tokoh baru yang kutuliss







"Iya, ini aku udah di dalam kamarnya Mas Esta. Cuman butuh laptop aja, kan? Iya, aku berangkat sekarang. Iya, Mas. Nanti aku kabari kalau udah sampai kampus."

Jena mendekat ke arah laptop di meja di sudut ruangan itu, melihat jika laptop itu belum dimatikan, Jena hendak mematikan laptop itu sebelum sebuah notif pesan muncul di whatsapp yang masih tersambung.

Sania : Gue nggak mau jadi orang ketiga, Ta. Lo sama Jena udah dekat sejak awal kalian masuk kampus. Entah apa namanya hubungan kalian, gue nggak mau terlibat di dalamnya.

Sania : Kalau lo memang serius sama gue, buktikan.

Sania : Buat jarak dengan Jena, supaya gue percaya kalau hubungan di antara kalian nggak lebih dari sekadar majikan dan pembantu.

Jena termenung setelah membaca pesan itu. Sania? Jika Jena tidak salah orang, maka Sania yang dimaksud pasti adalah si cantik kebanggan jurusan Hukum. Sania yang dikenal bukan hanya karena cantiknya, namun keramahan, dan kepintarannya dalam berdebat.

Jadi, Semesta sedang mendekati gadis cantik dan serba bisa itu?

Jena segera mematikan laptop itu, memasukkannya ke dalam tas, sebelum berjalan keluar kamar. Sania benar, hubungannya dengan Semesta tidak lebih dari sekadar majikan dan pembantu, lalu kenapa Jena terluka ketika Sania memperjelasnya?

*

Gadis itu sampai di kampus dengan perasaan tidak karuan. Setelah turun dari angkutan umum, Jena melangkah dengan tidak bersemangat memasuki halaman kampus. Ia tidak ingin bertemu dengan Semesta lebih dulu, namun lelaki itu meminta Jena mengantarkan laptopnya yanng ketinggalan. Jadi ...

"Jena."

Ia menoleh, memberikan senyuman penuh paksaan kepada Semesta yang berlari ke arahnya. Lelaki itu tidak sendiri. Semesta bersama dengan teman-temannya, dan di sana ada Sania. Jika dipikir kembali, akhir-akhir ini, Semesta memang sering kali Jena lihat berada dekat dengan gadis cantik itu.

"Ini laptopnya," ucap Jena sembari menyerahkan laptop yang diterima dengan Semesta dengan gumaman terima kasih. "Ada lagi yang Mas Esta butuhin?" tanyanya yang dijawab gelengan oleh Semesta. "Kalau gitu aku ke kelas dulu."

"Sebentar."

Jena menghentikan langkah begitu Semesta memegangi lengannya, "Kamu sakit?" tanya lelaki itu yang dijawab gelengan pelan oleh Jena. "Kok, kelihatan nggak semangat?"

Gadis itu berusaha terkekeh pelan, tidak ingin Semesta mengetahui bagaimana buruknya suasana hatinya saat ini, "Banyak tugas aja, bingung mau ngerjain yang mana dulu," jawabnya sembari menyengir lebar yang membuat Semesta ikut tertawa.

Tangan lelaki itu singgah di kepala Jena, memberinya usapan lembut, "Nanti pas aku pulang, kita jajan ice cream, ya. Sekarang belajar dulu yang benar." Setelahnya, tanpa peduli bagaimana efek yang Jena terima atas perlakuan sederhananya, Semesta kembali berlari ke arah teman-temannya, berjalan bersama meninggalkan Jena begitu saja.

Jena bersama dengan Ibunya adalah pembantu di rumah Semesta. Mereka tumbuh dewasa bersama sejak sama-sama masih berusia sepuluh tahun, hingga saat ini telah menginjak usia dua puluh tahun.

SEMESTANYA JENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang