Bab 12

7.7K 694 106
                                    

Selamat Membaca





Maaf ya gais baru bisa update sekarang, aku baru benar-benar sembuh, meski sisa batuk yang nggak ilang-ilang sejak malam takbirann, maaf lahir batin semuanyaa







"Kurangku di mana, Mas? Kesalahan kamu mana yang nggak pernah aku maafkan? Kesulitan mana yang nggak pernah aku temani, Mas? Kalau memang kamu nggak bisa jatuh cinta selayaknya aku mencintai kamu, nggak apa-apa. Tapi, tolong berhenti peduli sama gadis yang udah menghancurkan rasa percaya kamu. Cari gadis lainnya, jangan pernah mau kembali ke masa lalu yang jelas-jelas sudah memberikan kenangan menyakitkan untuk kamu."

Semesta benar-benar dibuat termenung. Ini kali pertama ia mendengar bagaimana perasaan Jena yang sebenarnya. Selama ini, meski sadar betul jika Jena memiliki perasaan untuknya, Semesta mencoba mengabaikannya. Semesta tidak tahu harus menanggapinya seperti apa. Namun, sekarang ...

Kurangku di mana, Mas?

Pertanyaan Jena membuat Semesta tidak lagi bisa bersuara. Gadis itu tidak memiliki kekurangan apapun. Jena sempurna. Karena itu Semesta sangat berhati-hati menghadapinya. Ia tidak ingin memperlakukan Jena sama dengan gadis-gadis lain di sisinya.

"Terserah kamu mau melakukan apa, Mas. Aku udah nggak peduli," ucap Jena sebelum berbalik badan, dan kembali masuk ke dalam rumah.

Semesta masih diam, menatap kepergian Jena dengan tatapan kosong. Kenapa ia malah merasa ditinggalkan? Kenyataan jika ia memang tidak pernah memiliki Jena sejak dulu, membuat Semesta memiliki keterbatasan untuk menyuarakan perasaannya dengan jelas.

*

"Sakit banget ya, Na?"

Sore itu, setelah sejak pagi lebih banyak diam, Jena yang tengah duduk melamun di ayunan kayu itu dihampiri oleh Yuan. Tanpa Jena dan Semesta sadari, pagi tadi Yuan ada di sana, lelaki itu menyaksikan bagaimana keduanya saling berdebat hingga Jena yang akhirnya mengungkapkan perasaannya.

"Sejujurnya ada sedikit rasa nggak terima melihat kamu bisa dengan mudahnya jatuh cinta dengan lelaki seperti Semesta. Tapi, perasaan kamu itu hak kamu. Jadi, kapan pun kamu butuh seseorang untuk melupakan rasa sakit kamu karena ulah Semesta, aku nggak ke mana-mana." Yuan berucap dengan senyuman lebar kepada Jena. "Kamu tahu harus mencariku ke mana kalau udah nggak bisa menahan semuanya sendiri kan, Na?"

Kenapa Jena dan gadis bodoh lainnya malah kesusahan menyukai lelaki baik seperti Yuan? Kenapa justru lelaki seperti Semesta yang dipegangi begitu erat? Semesta jelas adalah sebuah luka. Namun, percaya atau tidak, sumber luka itu justru menjadi rumah paling nyaman untuk Jena dan yang lainnya.

***

Setelah mendengar pengakuan Jena, Semesta kembali membangun jarak. Keinginannya untuk memperbaiki hubungannya dengan Jena, ia biarkan begitu saja. Lelaki itu kebingungan, harus bagaimana ia bersikap setelah mengetahui dengan jelas perasaan Jena kepadanya.

"Mas Esta udah seminggu nggak pulang, lupa kalau punya rumah?"

Semesta yang pagi ini tengah Bersiap untuk pergi kuliah terpaksa harus mendengarkan celotehan Tiara, karena adik bungsunya itu berkata rindu.

"Yaudah, nanti mas pulang."

"Bawain aku martabak. Asin sama yang manis."

"Hmm."

SEMESTANYA JENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang