Bab 15

5.3K 489 111
                                    

Selamat Membaca





Maaf ya updatenya kelamaan hehe







Jika biasanya selalu ada percakapan ketika mereka berada di mobil, maka malam ini berbeda. Semesta terlihat gugup? Bahkan sesekali ketika tatapnya bertemu dengan Jena, lelaki itu akan mengalihkan pandangan lebih dulu. Ketika Jena bertanya, maka ia akan menjawab seadanya dengan singkat.

"Kamu kenapa sih, Mas?" Kesal, gadis itu akhirnya bertanya sembari menatap Semesta menuntut penjelasan.

"Aku ... kenapa?" tanya Semesta balik sembari menatap Jena, namun begitu menyadari jika Jena tengah menatapnya lurus, ia buru-buru mengalihkan pandangan ke jalanan di depan. "Aku sehat kok, Na."

"Ya, aku tahu kamu sehat," jawab gadis itu dengan gemas. "Tapi, sejak tadi kamu tuh aneh. Kamu gugup berduaan sama aku?"

Semesta melotot mendengarnya, ia menatap Jena dan menggelengkan kepalanya beberapa kali, sembari tertawa yang terdengar dipaksakan, lelaki itu berucap, "Ngapain aku gugup berduaan sama kamu. Ini kan bukan kali pertama kita jalan."

"Nah, itu tahu. Terus kenapa?" tanya Jena bingung.

Kali ini Semesta tidak bisa menjawab, ia juga bingung. Sejak tadi, ia sangat antusias, namun setelah duduk berdua dengan Jena di dalam mobil, tiba-tiba saja rasanya canggung. Perasaan yang tadi menggebu-gebu mendadak digantikan dengan rasa takut. Jantungnya berdegup kencang. Lelaki itu juga tidak tahu kenapa ia tiba-tiba begini.

"Kita mau makan di mana?" tanya Jena lagi ketika menyadari jika mereka sudah beberapa kali melewati tempat makan favorit keduanya. "Aku udah lapar," keluhnya.

"Bentar lagi sampai, kok." Di antara kegugupannya, lelaki itu mencoba berbicara dengan normal. Ia ingin membuat Jena nyaman, namun respons tubuhnya malah sebaliknya. Padahal malam ini, Semesta ingin membicarakan hubungan mereka.

Beberapa menit kemudian, mobil yang dikemudikan Semesta sampai di salah satu hotel mewah. Jena keluar dari mobil dengan tatapan bingung. Semesta menghampirinya, tersenyum sebelum meraih tangan gadis itu, dan menggenggamnya.

Baru beberapa langkah, sudah ada pegawai hotel yang menyambut kedatangan mereka. Mengantar Semesta dan Jena menuju lantai teratas hotel, tempat di mana restoran fine dining mereka berada. Dengan ekspresi bingungnya, Jena menoleh ke arah Semesta, meminta penjelasan lelaki itu, namun dia hanya tersenyum dan mengelus lembut tangan Jena di genggamannya.

"Bingung ya kenapa aku ngajaknya makan di tempat kayak gini?" tanya Semesta ketika mereka tengah memakan hidangan appetizer, lelaki itu tersenyum melihat Jena yang makan dengan lahap itu, "Kita kenal udah berapa lama sih, Na?"

Dengan mulut yang sibuk mengunyah, Jena terlihat berpikir, "Lebih dari enam belas tahun?" tanyanya yang juga terdengar ragu.

"Udah lama kan, Na?" tanya Semesta yang dijawab anggukan pelan oleh Jena. "Kita bersama udah dari lama. Dari kecil sampai sekarang, nyatanya mau seindah apapun dunia di luar rumah, tempat ternyaman itu ... tetap kamu, Na."

Menyadari jika Semesta hendak berbicara serius, Jena meletakkan sendok di tangannya ke meja. Tatapanya focus kepada lelaki yang tampak serius namun gugup itu. Ini kali pertama Semesta menatapnya, dengan tatapan yang berbeda. Jika biasanya lelaki itu menatap Jena dengan tatapan hangat layaknya keluarga. Namun, malam ini berbeda. Melalui tatapnya, Semesta seolah menjelaskan jika ia tengah ... jatuh cinta?

SEMESTANYA JENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang