Bab 2

9.4K 928 159
                                    

Selamat Membaca

Siapin hati dulu sebelum baca bab ini ya hehe








"Aku buru-buru, Mbak. Udah telat banget soalnya, nggak enak sama teman-teman. Mbak Jena tolong kasih kunci mobil ini ke Mas Esta, ya. Bilang kunci motornya udah aku bawa. Makasih, Mbak. Nanti aku beliin cake pas pulang." Bio yang masih duduk di bangku SMA itu berlari menjauh sembari melambaikan t angan dengan senyuman lebar kepada Jena.

Gadis itu menghela napas pelan, setelah kejadian kemarin, sebisa mungkin Jena menghindari Semesta. Meski sulit, namun ia membatasi interaksinya dengan lelaki itu. Perlahan dan satu-satu, sampai akhirnya benar-benar ada jarak di antara mereka.

Semalam, Semesta tidak ikut makan malam bersama, ia keluar bersama teman-temannya. Lelaki itu pulang larut. Lalu, pagi tadi, setelah menyiapkan sarapan bersama dengan Ibu, Jena segera pergi ke kampus lebih dulu, padahal biasanya jika sama-sama ada kelas pagi, maka Semesta dan Jena akan berangkat bersama.

Mas, ini kunci mobil dari Bio, kunci motornya udah diambil sama dia.

Mau Mas yang ambil ke kelasku?

Atau aku yang ke sana?

Jena menunggu, terus menunggu hingga kelas siangnya usai. Dan, Semesta tidak menjawab pesannya. Gadis itu berdecak. Ia sudah mencoba menghubungi nomor lelaki itu, namun tidak ada jawaban. Pesannya hanya dibaca. Semesta pasti sengaja melakukannya.

Kelasku udah selesai.

Aku titip ke satpam aja, ya.

Dan, beberapa detik kemudian, panggilan masuk dari Semesta tertera di layar ponsel Jena. Gadis itu segera mengangkatnya, namun belum sempat mengatakan apapun, lelaki itu lebih dulu bicara dengan nada tidak enak.

"Ke sini, di kantin hukum." Lalu, setelahnya panggilan terputus begitu saja. Semesta yang mematikan, ketika Jena belum sempat mengatakan apapun.

Jena mengembuskan napas pelan, "Nggak apa-apa, kasih kunci doang, habis itu langsung pergi, Na," gumamnya menyemangati diri sendiri, sebelum melangkah dengan tidak bersemangat menuju gedung fakultas hukum

Sesampainya di kantin fakultas hukum, gadis itu celingukan di pintu masuk, sudah berulang kali menelepon, namun nomor Semesta terus sibuk. Jena memberanikan diri berjalan memasuki kantin, dan di meja paling pojok, gadis itu menemukan Semesta di sana, duduk bersama teman-temannya.

Ia berjalan mendekat, terus mendekat, sampai kemudian, "Ma—" Jena menghentikan perkataannya begitu menyadari sesuatu. Semesta bersama teman-temannya. Dan, mereka tidak menyukai panggilan mas yang Jena berikan kepada lelaki itu, jadi ... "Semesta," panggilnya dengan suara keras yang membuat tujuh lelaki di sana, termasuk Semesta menoleh.

Mereka semua diam, dan menatap Jena dengan tatap bingung sekaligus terkejut, begitu pun dengan Semesta. Namun, tidak lama setelahnya, lelaki itu bangkit, meraih tas ranselnya, sebelum berjalan mendekat kepada Jena.

"Ikut aku," ucapnya begitu sudah berada didekat Jena.

Namun, gadis itu beranjak dari posisinya Ia menguluarkan kunci pemberian Bio tadi, "Aku ke sini cuman mau kasih kunci mobil dari Bio. Kata dia, kunci motornya udah diambil."

Semesta diam, sama sekali tidak berniat mengambil kunci mobilnya yang berada di tangan Jena. Ia hanya terus menatap lurus kepada gadis itu tanpa mengatakan apapun.

SEMESTANYA JENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang