Bab 7

8.4K 808 131
                                    

Selamat Membaca

Aku uploadnya pagi gapapa ya hehe. Nulisnya habis subuh soalnya, sekalian ga tidur sebelum kerjaa. 

Gaboleh terlalu emosi, ingat yang lagi puasa haha








Semesta membawa Jena ke kamarnya untuk bicara setelah mengusir Tiara agar mereka memiliki waktu berdua. Lelaki itu menatap lurus kepada Jena yang duduk diam di ranjangnya.

"Sejak kapan?" tanyanya yang membuat Jena mulai mendongak, menatapnya dengan bingung, "Kedekatan kamu dan Yuan dimulai," sambung lelaki itu.

"Mas Yuan bukan orang lain, selama ini kita juga dekat, kan?"

"Enggak, Na." Semesta menggeleng, ia tampak sangat emosional saat ini. Semesta terlihat tidak suka dengan fakta yang baru saja ia terima. Jena tidak boleh dengan orang lain. Apalagi dengan Yuan. "Kita nggak dekat. Yuan orang lain. Untuk aku, untuk kamu, dan untuk semua orang di rumah ini."

"Mas Esta sama Mas Yuan sama-sama anaknya Papa."

"Na!" sentak Semesta dengan nada tinggi. "Pokoknya kamu nggak boleh dekat dengan Yuan. Nggak boleh, Na. Mulai besok kita akan berangkat ke kampus sama-sama kayak dulu. Dan, kamu harus izin kalau mau pergi ke mana pun sama aku, kayak dulu."

"Mas." Jena tampak keberatan setelah mendengarnya, "Kok, kamu jadi gini? Aku bisa jaga diriku sendiri."

"Aku yang akan jaga kamu mulai sekarang." Semesta menatap Jena dengan tatapan tegas dan penuh keseriusan, "Aku nggak mau dengar bantahan dari kamu, Na." Setelahnya, ia berjalan meninggalkan Jena untuk masuk ke kamar mandi begitu saja.

Jena mengembuskan napas kasar, ia bangkit berdiri sembari mengusap matanya yang basah. Jena tidak tahu jika Semesta bisa seegois ini. Lelaki itu mengekang Jena, namun di saat yang bersamaan, ia juga membebaskan dirinya sendiri.

***

Dan, Semesta menepati perkataannya. Pagi ini, lelaki itu duduk diam di meja makan, memerhatikan Jena yang sarapan dengan tenang. Tiara dan Bio sedikit kebingungan dengan situasi saat ini. Karena setelah Semesta memiliki kekasih, kakak mereka itu jarang sekali ikut duduk di meja makan seperti sekarang.

"Mbak berangkat dulu, ya. Ada kelas pagi," pamit Jena kepada Tiara dan Bio yang dijawab anggukan oleh keduanya. "Mas," panggilnya ketika melihat Semesta yang ikut bangkit dari kursinya.

"Apa?"

"Aku bisa berangkat sendiri."

"Aku mau antar kamu."

"Kamu nggak ada kelas pagi ini, Mas."

"Ya, terus kenapa?" tanya Semesta tidak mau kalah, "Aku mau antar kamu, ya itu artinya aku mau antar kamu. Aku udah bilang ini kemarin, Na. Aku nggak menerima penolakan apapun." Lelaki itu meraih kunci mobilnya, "Aku tunggu di luar," ucapnya sebelum berjalan keluar rumah lebih dulu.

Keduanya pergi meninggalkan rumah setelah membiarkan Tiara dan Bio melihat perdebatan mereka. Di dalam mobil, Jena hanya diam dan menatap ke jendela di sampingnya. Sedangkan di sampingnya, Semesta juga sama diamnya, sebelum ketika mobil mereka hampir sampai di kampus, lelaki itu mulai bicara,

"Aku masih punya jadwal kelas kamu. Jadi, jangan pernah mencoba bohong ke aku lagi, Na." Semesta melirik ke arah Jena, dan tidak melihat pergerakan apapun dari gadis itu, "Nanti sore setelah kelas kedua kamu selesai, aku jemput."

SEMESTANYA JENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang