17. 'Dia'?❗

1K 43 0
                                    



"Setelah puas ngabisin waktu sama cowok lo, sekarang lo baru datangin gue yang sejak tadi nungguin kedatangan lo?" tuturan Rafael terdengar sengit. ia menatap Anlea cukup sinis. rasanya Anlea ingin sekali menanyakan akan maksud ucapan Rafael sewaktu ia meninggalkan ruangan itu tadi siang. namun, bertengkar sama lelaki keras kepala itu hanya akan membuat hubungan mereka berantakan nantinya. Anlea mengurung niatnya kemudian melangkah mendekati Rafael sambil membuang napas pelan.

"Lo udah minum obat, malam ini?"ujar Anlea bertanya mengalihkan pembicaraan mereka.

Rafael menggerutu kemudian membuang muka. Anlea ingin mengatakan tolong jangan kayak anak kecil kepada Rafael. tapi dia cukup bersalah karena meninggalkan Rafael sampai jam segini yang sudah pukul 10 malam.

"Gue minta maaf. lo beneran marah sama gue? "

"Jelas. sejak kapan, seorang Anlea lebih mengutamakan pria lain daripada sahabat lamanya? "

"Gue gak gitu, Arlang, "

"Tapi lo berubah. "terang Rafael menarik lengan Anlea kasar kedekatnya. wajah mereka berjarak sekitar 5cm. "Lo... benar-benar bikin gue marah, "ujarnya dengan nada dinginnya. "Sekaligus bikin gue jadi gila. "finalnya.

Anlea mati telak. ia terdiam seribu bahasa. Rafael sangat mengerikan dengan tatapan tajamnya itu. apa hanya perasaan nya yang terlalu berlebihan?

❗❗❗

Sepekan berlalu. baik Rafael maupun Alfi. keduanya sudah dalam kondisi baik baik saja. Alfi lebih dulu keluar dari RS 2 hari lalu, sementara Rafael baru keluar rumah sakit pagi hari ini tadi.

Sedang Andre, luka lebam di wajahnya belum sepenuhnya menghilang. cowok itu mengenakan plaster untuk menutupi bekas luka di dekat alisnya. sambil menikmati mie instan nya di kantin dengan yang lainnya. Adisca diam diam memperhatikan cowok itu yang banyak diamnya hari ini. Dalam hatinya terbesit banyak pertanyaan mengenai lebam diwajah tampan Andre itu. namun dia mengurungkan niatnya untuk bertanya karena dia memikirkan Regan yang tengah duduk di sampingnya saat ini.

Adisca bertanya tanya kepada dirinya sendiri. apakah mungkin, Andre masih memiliki tempat istimewa di lubuk hatinya? ataukah Regan, benar sudah menggantikan posisi nya di hati Adisca? gadis itu terus melamun tak mendengarkan pembicaraan teman temannya yang membahas tentang sekolah.

"Guys. gue mau konsultasi nih, sama kalian. kira kira kalian bisa gak, ya, kasih gue solusi?" Pretty pun buka suara.

"Tergantung masalah, sih. kenapa memangnya, hidup lo?" Bintang balik bertanya.

"I think i'm so tired. "

"Gak bisa bahasa Jerman, "ujar Adisca geram. "Kita orang Indonesia. pakai bahasa Batak aja, "usulnya dengan kalimat candaannya.

"Yeee tolol! "Bintang menggelengkan kepalanya. "mustahil gue bisa! "ucapnya menggelengkan kepalanya lagi.

"Guys! "Pretty terlihat badmood. "Please gue gak mau bercanda. bisa?"

"Oke. "Mereka tutup mulut siap mendengarkan cerita Pretty.

Anlea dan Alfi yang sejak tadi cuman duduk diam memperhatikan pun ikut memasang telinga karena penasaran. Regan melepas earphone ditelinga kemudian duduk santai menunggu Pretty buka suara.

"Kayaknya Ezhar, si anak baru itu suka gue, deh?"

Sontak semuanya membola kecuali Regan dan Alfi yang hanya memasang ekspresi biasa saja seolah hal itu sudah biasa bagi mereka berdua.

"Wah! kepedean nih, babi hutan?"

"Mending lo cuci muka deh! kalik aja kan, habis lo cuci muka otak lo langsung pindah dari lutut ke kepala, kan?"

"Iya bener! bagusnya sih lo langsung aja tuh, buat pengumuman kalau cewek sealay elo yang hobi nya bawa bedak bayi ini akhirnya di taksir sama cowok. si anak baru lagi, kan?"

Respon Bintang, Andre, dan Adisca membuat Pretty jengah. hanya Alfi, Anlea, dan Regan yang benar-benar menganggap serius pernyataannya barusan.

"GUE SERIUS!!!!"

❗❗❗

Brakkkk!!!

Kelas yang tadinya tenang mendadak ricuh dan mencekam karena kehadiran si anak baru, yaitu Ezhar.  ke kelas Anlea. jamkos yang biasanya digunakan untuk membuat tugas dan bersantai sekarang seperti berada di ambang medan perang.

Anlea melirik cowok itu yang kebetulan juga tak sengaja bersetemu tatap dengannya. dia sedikit menganggukkan kepala kepada Anlea membuat sang empu kebingungan. mengapa dia bersikap demikian padanya?

"Kita perlu bicara. "Katanya to the point kepada Abrian. cowok pendiam dengan seribu kepalsuannya.

Abrian tampak tak suka melihat Ezhar menyapanya demikian. "Anak TK juga gak sebanding sama lo yang gak tau sopan santun masuk ke kelas orang. "sindirnya

Ezhar berdecak. "bersopan santun sama orang yang udah ngajarin gue artinya, usia bukanlah segalanya untuk dihargai? huh, kocak! "

"Gak usah banyak bacod! ke belakang sekolah gue tunggu. "

Ezhar langsung melangkah pergi usai mengatakan itu.

Abrian menghela napas kasar lalu membuang kertas yang ia genggam kuat kedalam tong sampah.

"Setan ! "

Anlea dapat mendengar suara Abrian menggumam barusan. cowok itu melangkah meninggalkan kelas begitu saja.

"Ada apa ya, sama mereka?" tanya salah satu murid yang penasaran.

Anlea beranjak dari duduknya. diam diam menyusul Abrian menuju belakang sekolah. dia bersembunyi dibalik kardus-kardus yang ada di dekat belakang sekolah untuk mencaritahu apa yang sedang dibicarakan oleh Ezhar dan Abrian dengan seriusnya sampai harus bertemu berdua saja.

"Kalau tujuan lo masuk ke SMA ini cuman buat cari tahu kelemahan Alfian karena di suruh sama 'dia'. lebih baik lo urungkan niat lo. seluruh siswa di SMA ini gak bakal pernah, mau berpihak sama lo sedikitpun. "Ucap Abrian tegas.

"Yang penting gue punya kartunya. "Jawab Ezhar bangga

"Kartu apa yang lo maksud? Anlea?"

Alis Anlea berkerut. mengapa namanya disebut??

Abrian tersenyum meremehkan. dia tertawa mengejek.

"Lo na'if juga ya?"

"Lo kira 'dia' bakal suka, kalau lo libatin Anlea dalam dendam pribadi kalian? "

'Dia'? siapa? tanya Anlea dalam hati.

"Ezhar, Ezhar. lo ternyata masih gak berubah ya? bodoh, tau gak. "

Ezhar mengepalkan tangannya kuat.

"Yang bodoh itu lo! gue bakal gagalin rencana lo kalau rencana gue gagal. "

"Maksud lo apa bilang begitu, huh?!"

"Gue tau alasan lo deketin Anlea. bukan karena lo beneran suka, kan, sama dia?"

"Gak usah sok tau deh lo!"

"Abrian, Abrian. gue jelas gak sebodoh elo. "Ezhar balik mengejeknya. "Gue kasih tau lo satu hal, "ujarnya menarik kerah baju Abrian kemudian berbisik.

"Gue pastikan rencana lo gagal, to-tal. "






to be continued...

ALFIANLEA {completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang