30. Dua rumah

993 56 8
                                    

.

.

.

.

Sekarang, yang ku bisa hanyalah tertawa, tertawa diatas luka luka yang tak bersuara.
-Anlea-

Hizca mendapatkan kabar dari para pelayannya Anlea dan Alfi dapat tamparan dari sang suami. wanita itu langsung menemui Anlea di dalam kamarnya. gadis itu tak tersenyum melihat kedatangan ibunya. justru dia hanya menatap datar kearah Hizca.

"Kamu gakpapa?"

Gakpapa, katanya?

Apa mamanya tidak melihat bahwa di wajahnya sekarang sudah memar bekas tamparan itu?

"Mama keluar, "mohonnya.

"Tapi mama khawatir sama kamu Lea?! mama kan udah bilang, lebih baik kamu menuruti keinginan papamu, susah, kamu mengikuti kemauannya? kamu jangan terlalu keras kepala Anlea. lelaki tidak hanya Alfi di dunia ini, masih banyak yang jauh lebih baik gak mesti Alfian!"

"Tapi aku maunya Alfi ma. "

"Mama heran sama kamu, kenapa jadi sekeras ini sekarang semenjak ketemu Alfi itu. gak habis pikir mama sama kamu, Lea. "

"Ya karena mama gak ngerti, perasaan aku! mama dan papa gak pernah nanya, kalian gak pernah perduli tentang kebahagiaan aku! kalian cuman mikirin karir kalian dan martabat kalian di muka publik tanpa mikirin perasaan anak kalian, Ma. aku sejak kecil selalu di tuntut punya nilai bagus, pintar, elegan, dewasa, sedikitpun... sedikitpun aku dilarang mengeluh sama kalian. jika Anlea menangis kalian hanya akan memarahi Anlea, bukan memeluk Anlea. "

Hizca mati telak. bibirnya terkatup rapat menatap luka dimata bening putrinya yang telah memerah itu.

"Mama pengen, aku mati, huh?"

Dia menutup mulutnya shock melihat Anlea yang mengusap wajahnya kasar. kemudian darah segar mengalir dari hidung gadis itu. gegas Hizca mendekatinya kemudian di tepis langsung oleh Anlea.

"Ka-Kamu sakit? kamu demam? kita ke dokter ya?"

Anlea pun menggelengkan kepalanya.

"Mama keluar aja plis, "mohonnya menundukkan wajahnya.

"Tapi mama—"

"KELUAR MA!"

Hizca dengan terpaksa meninggalkan kamar Anlea. wanita itu melangkah dengan perasaan terluka mencari keberadaan suaminya.

"Mas Andes!"

Sang empu yang di panggil pun tertoleh kesamping. tamparan dari Hizca membuat Andes shock.

"Apa apaansih kamu?!" bentaknya.

"Kamu lihat? kamu lihat! Anlea sekarang gak hanya membangkang dan menjauhi kita, tapi dia juga membenci kita! "

"Selama ini aku selalu diam karena aku pikir cara kamu memang bisa membahagiakan anak aku. tapi semakin jauh yang aku dapatkan hanyalah tatapan kebencian dari Anlea. "

Hizca menarik kerah baju suaminya itu geram.

"Aku... gak bakal mau maafin kamu kalau sampai terjadi sesuatu sama Anlea lagi! ngerti?!"

Hizca pun berlalu pergi meninggalkan Andes. lelaki itu mematung ditempatnya menatap kepergian istrinya datar.

"Tidak bisa di biarkan!"

***

Alfi pulang kerumah.

Matanya menyipit saat ketika isi rumahnya hancur berantakan.

"Ini kenapa?"

Dia terus melangkah mencari keberadaan ibu dan adiknya. hingga dia mendengar suara teriak teriakan dari lantai atas.

"Mama?"

Lekas Alfi berlari menaiki anak tangga.

Sedangkan Mira, mamanya itu sedang bertengkar hebat dengan sang suami.

"Aku gak tahan lagi sama kamu, Mas. jadi, lebih baik kita bercerai saja. "

JLEDER!!!

"Hiks"

Alfi menoleh kesamping nya mendapatkan Celsie disana. kapan gadis itu berada didekatnya coba?

"Masuk kamar lo "Ujarnya memerintah adiknya.

"Tapi kak, Celsie—"

"Cels. "

Akhirnya Celsie mengangguk menurutinya. gadis itu melangkah pergi menuju kamar nya berada.

"Kamu yakin, bisa membesarkan anak anak tanpaku, Mir?"

"Aku lebih tak yakin dapat membesarkan anak anak jikalau aku bersamamu lebih lama lagi. "

"Baik. jika itu mau kamu. kalau begitu Alfi ikut aku, bagaimana?"

"Berhentilah mengancamku dengan membawa bawa Alfi, Mas. Alfi memang anak kamu dan anakku atas hasil pernikahan kita. dia memang anak sah kita, tidak seperti Celsie, anak hasil perselingkuhan kamu. tapi kamu sendiri tahu, tidak ada yang mengakuimu sebagai orangtua dirumah ini. "

Genta menatap Mira datar.

"Anggap saja ini balas budimu karena selama ini aku mau membesarkan putrimu dan mengakuinya sebagai anakku juga. dan anggap, sebagai toleransiku, yang sudah membesarkan gadis itu sejak kecil. kau tak perlu memikirkan perasaan ku lagi karena memang aku tak bisa merasakan perasaan apapun lagi terhadapmu. jika bukan karena putrimu yang terus menangis sepanjang malam memohon agar kita tidak bercerai, aku sudah sejak lama menerima perceraian kita. "

"Dan jangan kamu lupakan kalau aku bisa membahagiakan kedua anak anakku tanpa sepeserpun uangmu. "

Genta diam. Mira memang tegas dan selalu bersikap tenang. dibalik mata terang dan dingin itu tersembunyi banyak sekali luka dan penyesalan yang tak terlihat.

Mira jugalah anak seorang konglomerat kaya, jadi tak heran jikalau dia berani berkata seperti itu kepada Genta. seorang tuan putri yang dibesarkan dengan ketegasan dan rasa angkuh memang amat sulit untuk terjatuh sekalipun dia sudah nyaris tumbang.

Alfi menarik smirknya kagum kepada mamanya.

"Ternyata Celsie bukan adik satu ibu gue?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Tapi anak dari hasil perselingkuhan papa yang dibesarkan oleh mama?"

Alfi pun seketika mengepalkan tangannya kuat.

"Tapi gue gak boleh benci sama Celsie. karena murni ini kesalahan papa bukan dia. dia tetap adik gue, Celsie tetap adik kesayangan gue satu satunya. "

Alfi lalu meninggalkan rumah itu begitu saja.

"Satu lagi, "Hizca melepaskan dirinya dari Genta. lalu menunjuk bidang lelaki itu sambil berkata: "Aku, tidak akan pernah, menyerahkan satu satunya darah dagingku kepada lelaki bajingan seperti kamu. "

"Untuk Celsie. dia akan tetap menjadi anakku!"


.

.

.

.

to be continued..
see u againnn

ALFIANLEA {completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang