__
met membacaSebuah pesan singkat yang masuk di WhatsApp langsung Anlea baca.
Terhitung hari ini sudah satu Minggu dia tidak kembali ke Paris untuk melanjutkan kuliahnya.
Dokter Haga
Siang nona Anlea!
Jangan lupa untuk rutin minum obatnya ya!
Dan jangan lupa check up besok siang."Hufft..."
"Kenapa?"
"Enggak ma."
"Obatnya udah kamu minum?"
"Iya."
"Gimana perasaan kamu? Masih sering ngerasa sakit?"
"Enggak ma. Paling juga pegal-pegal doang aja di pinggang sama punggung belakang."
Hizca menghela napas. Raut khawatirnya sangat terlihat jelas diwajahnya yang mulai menua.
"Kamu beneran enggak mau bilang ke teman-teman kamu soal ini? Hm?"
"Aku enggak mau mereka khawatir dan kerepotan. Aku lihat mereka sangat bahagia dan sangat bersemangat menikmati kehidupan mereka untuk menunggu hari esok. Aku enggak mungkin tega bilang ke mereka jikalau sisa umurku udah enggak lama lagi, ma."Ucap Anlea tertawa pahit. "Mereka pasti bakalan sedih. Apalagi Alfi? Aku enggak mau dia bersedih. Aku mau dia tetap bahagia."
"Enam tahun di Paris sangat menyakitkan. Setiap dirumah sakit aku terus merasakan takut. Takut kalau aku enggak bisa ketemu Alfi sama yang lainnya lagi. Itu semua enggak mudah. Aku jadi takut terlelap setiap hari."
"Membohongi mereka kalau aku baik-baik saja itu membuatku kepikiran. Andai mereka tahu kalau Lea selama ini berobat dan menjalankan kemoterapi. Apa mereka akan tetap enggak khawatir, ma? Tau atau tidaknya mereka pasti akan tetap cemas. Lea enggak mau menambah beban mereka."
Anlea membuang napas pelan.
"Kalau Lea udah enggak ada. Mama tolong terus nasehatin Alfi ya? Anlea enggak mau dia nanti susah move-on. Lea mau dia bahagia meskipun enggak sama Anlea di kehidupan kali ini. Tapi Anlea sudah cukup dengan waktu-waktu yang sudah kami lewati dari masa remaja."
Mamanya mengangguk. Dia menghargai keputusan putrinya itu.
Sebagai seorang ibu hatinya sangat sedih mengetahui anaknya sakit kanker. Apalagi waktu yang akan mereka habiskan udah enggak banyak.
"Lea..."
Dia pikir usia memisahkan jarak dengan perpisahan. Ternyata usia tidak menentukan kapan dan hari apa nyawa kita akan kembali ke-sisi tuhan. Ternyata kebersamaan memang sesingkat itu.
"Kamu anak baik. Mama selalu bangga sama kamu sayang."
Hizca menyeka air matanya kasar.
"Mama juga. Jangan nangis terus. Nanti Lea jadi enggak bisa tenang."
"Iya. Mama enggak nangis kok. Mama baik-baik aja."
Anlea tersenyum kecut menarik mamanya kedalam pelukan. Menepuk-nepuk pelan punggungnya sambil memejamkan matanya.
"Aku harus lebih sering meluk mama biar nanti sewaktu aku pergi mama enggak pernah lupa sama pelukan aku."
"Iya sayang... pasti. Mana mungkin mama melupakan satu-satunya putri kesayangan mama yang sangat baik hati ini, hm?"
Diam-diam. Dibalik pintu utama Adisca mendengar semuanya. Dia menutup mulutnya shock dengan air matanya yang jatuh.
Langkahnya bergerak mundur.
![](https://img.wattpad.com/cover/362413511-288-k351844.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFIANLEA {completed}
Fiksi RemajaTakdir gak ada yang tahu. Anlea bagi Alfi adalah segalanya. Pun, Alfi bagi Anlea adalah rumahnya. 🔋🔋🔋 :kalau mau baca versi au nya juga bisa cek langsung ke tiktok saya ya❗ 89% beda alur. start:kam, 8 february 2024.