29. Murka

843 43 12
                                    

Selamat membaca

.

.

.

Anlea di antar pulang oleh Alfi pada pukul 7 pagi. tentu saja, hal itu mendapati amarah besar dari Andes, papanya Anlea.

PLAKKKK

Tamparan itu tidak mengenai Anlea, melainkan Alfi lah yang menerimanya di pipi kirinya.

"PAPA!" Anlea maju mendorong papanya dari Alfi. "Papa apa apaan sih, huh?!" murkanya balik meninggikan suara.

"Afi, kamu gakpapa?"

Cowok itu mengangguk biasa. dia menarik Anlea mengisyaratkannya untuk tidak membentak papanya sendiri.

"Lancang kamu, ternyata kamu yang bawa anak saya pergi sampai gak pulang-pulang? memang ya, kalau orangtuanya bejat dan kelakuannya gak bermoral itu akan menurun drastis ke anaknya. kamu gak di ajarin sama mama mu, mangkanya bawa anak saya pergi? kamu gak tau saya semalaman cari Anlea, huh?!"

"Kamu juga Anlea. memalukan! kamu itu perempuan! hilang tanpa kabar kamu pikir gak bikin seisi rumah cemas mikirin kamu, huh?!"

"Aku justru di tinggal sama Rafael semalam, Pa! mangkanya aku ke apartemen Alfi mau ngajakin dia cari angin tapi aku ketiduran karena kelelahan. sejak siang aku kan sudah bilang ke papa kalau aku capek, aku butuh istirahat, tapi papa? papa ngotot maksa aku pergi ke pesta temen papa bersama Rafael! sedangkan dia sendiri aku gak tau kemana, papa ngerti aku gak sih, Pa?! aku capek! capek pa, capek!!"

PLAK!

Lihat kan, bahkan hanya rasa sakit dan kekecewaan yang ia dapati ketika ia menyesuarakan isi hatinya.

"Lea, lo gakpapa?"panik Alfi memegangi wajah gadis itu yang memerah.

Anlea mengangguk. "Its okay, "jawabnya pelan.

"PAPA GAK NYURUH KAMU MENJAWAB!"

"Ohhh. atau jangan jangan kamu sudah menjual tubuhmu sama dia, iya!?! mangkanya kamu begitu tergila-gila sama lelaki bau kencur seperti ini, begitu, Lea? itu alasan kamu terus membangkang kepada kami, orangtuamu, hm??"

"Maaf ya Om. "Potong Alfi cepat.

Rasanya Alfi ingin meneriakinya. dia tidak bisa melihat Anlea terluka lebih lama lagi seperti ini.

"Saya bukan lelaki seperti itu. saya memang anak dari lelaki bejat yang suka mainin perempuan dan tukang selingkuh. di darah saya memang mengalir nama Genta, tapi saya tidak pernah melakukan apa yang selalu di lakukan oleh papa saya kepada perempuannya. saya selalu di ajar oleh mama saya sejak saya kecil untuk selalu memperlakukan perempuan dengan baik dan lembut. jadi tolong, jangan bawa bawa mama saya karena dia tidak ada salahnya disini. apalagi Om menuduh kami sudah melakukan hal yang tidak-tidak seperti itu. saya selalu menjaga batasan dan menjaga Anlea, saya tidak pernah sedikitpun berpikiran untuk melakukannya hingga sejauh itu. "Jelas Alfi dengan tegasnya. dia mengabaikan rasa perih diwajahnya.

"Dan Anlea, hanya ketiduran di apartemen saya gak lebih dari itu. saya ingin mengantarkan dia pulang akan tetapi dia enggan karena dia mengatakan kepada saya kalau dia sangat teramat membenci rumah nya sendiri. "Jawab Alfi menekankan kata'rumah' itu dengan sengaja.

"Dan saya berani bersumpah, atas hal itu. "

"Kamu pikir saya percaya, sama anak dari lelaki tukang selingkuh? lelaki banyak simpanan itu, huh?! kamu pikir saya akan mempercayai kamu, begitu?"

"Saya gak memaksa Om percaya kepada saya. tapi saya hanya memberitahukan yang sebenarnya terjadi. dan saya meminta maaf sebesar-besarnya karena tidak langsung mengantar Anlea pulang. saya salah, tolong jangan kasarin Anlea lagi, "kata Alfi sopan.

Lelaki itu maju selangkah menatap nyalang Andes. entah mengapa ia tak lagi merasakan rasa rakut usai melihat Anlea di tampar hingga berteriak tertahan barusan.

"Selagi saya berbicara baik baik. "Tekannya tak mengedipkan matanya.

"Kamu-"

Andes menunjuk Alfi hendak kembali melanjutkan perkataannya akan tetapi Anlea langsung menengahinya.

"PAPA CUKUP!" mohon gadis itu berkaca-kaca. "Cukup, Pa, "lanjutnya mengigit bibir bawahnya getir. jujur dia tidak ingin menjadi seperti ini. dia juga tidak mau mendengar kalimat hinaan keluar dari mulut papanya mengenai Alfi.

"Cukup. Lea mohon, "lirih gadis itu.

Anlea menatap Alfi dengan senyuman. "Aku gakpapa. kamu pulang aja, hati hati ya, dijalannya? maaf atas perbuatan papaku ke kamu, Afi."

Alfi pun mengangguk menurutinya.

"Gue gak masalah. "

"Maaf Om, sekali lagi. saya permisi, "pamitnya melangkah pergi.

Seperginya Alfi, Anlea pun menggeleng-gelengkan kepalanya menatap sang papa tak habis pikir. ia bersumpah tak akan menunjukkan tangisnya lagi kali ini.

"Lama lama aku bisa gila, tau gak, punya orangtua kayak kalian!"

Selesai mengatakan itu Anlea berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Dasar anak kurang ajar!"


.

.

.

.
ini bonus wkwk

To be continued..

satu emot part ini: 😠

ALFIANLEA {completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang