Dia Janda Ku Dia Miliki Ku bab 23

172 7 0
                                    




Jakkup pulang ke rumah papanya dengan wajah merah padam.

"Er'you ok ?, tanya tuan Malik pada putranya, tapi Jak tidak menjawab.

Dia duduk seorang diri di halaman belakang, memandang taman bermain yang segaja di bangun oleh papanya untuknya saat masih kecil sampai almarhum putrinya Mentari bisa bermain di sana .

"Kamu kenapa?, cerita sama papa!, kata tuan Malik sambil duduk di samping putranya.

"Aku sudah kehilangan mama, putriku dan sekarang aku kehilangan Aina ", jawab Jak terus menatap ke arah ayunan .

"Aina meniggalkan mu, maksud kamu apa?, tanya papanya Jak.

Jakkup menceritakan semuanya, membuat tuan Malik geram .

"Papa akan membuat wanita itu mengakui kalau dia sudah menjebak mu ".

"Tidak usah pa, percuma Aina tidak akan pernah percaya, aku sudah terlalu sering membuatnya menangis mungkin Aina benar aku harus pergi dari hidupnya", jawab Jak pada papanya dengan air mata yang tidak sanggup dia bendung lagi.

_______________

Jak turun ke lantai bawah dengan mengenakan seragam militernya membuat papanya tidak sanggup lagi menahan diri , dia memeluk putra tunggalnya dan menangis.

"Aku akan berangkat hari ini, jaga kesehatan!, aku titip dua anakku dan juga Aina pada papa", kata Jak.

"Jak apa kamu tidak sadar bahwa kamu adalah harta yang paling berharga dalam hidup papa, papa tidak pernah setuju dengan seragam mu, karena papa tidak siap dengan resiko yang akan terjadi padamu".

Mendengar kata papanya Jak hanya diam saja, lalu pamit.

"Aku berangkat,assalamualaikum", kata Jak lalu pergi.

Tuan Malik hanya bisa memandang tubuh kekar putranya yang dulu bisa dia gendong saat tidak mengizinkannya untuk melakukan sesuatu, sekarang dia hanya bisa mendoakan semoga putranya selamat.

Jak di antar sopir pribadinya ke ketempat peristirahatan terakhir putri sulungnya sebelum berangkat ke bandara.

Di atas pusara putrinya Jak meletakkan bunga mawar putih dan boneka kelinci.

"Maafkan papa karena tidak bisa memenuhi keinginanmu, papa rindu",ucap Jak dengan suara serak karena menahan tangis .

Saat Jak keluar dari pemakaman kami bertemu, aku memang setiap hari Jumat datang menjenguk Mentari di peristirahatan terakhirnya yang kebetulan hari ini di temani orang tuaku dan Rain.

"Aina", Jak menegurku.

"Seharusnya kamu malu menjenguk makam putrimu karena kamu seorang ayah yang gagal", kata ibuku pada Jak.

"Aina, bisa kita bicara sekali saja!, pinta Jakkup padaku.

"Tidak ada yang perlu di bicarakan, mulai hari ini bagiku kamu sudah mati", jawabku.

"Baiklah Aina, semoga kata-katamu jadi kenyataan, tapi satu aku pinta jika aku mati makamkan aku di samping putriku", kata Jak lalu pergi.

Aku memejamkan mata dengan kasar air mata terus mengalir, jauh di lubuk hati aku tidak menginginkan Jak terluka sedikitpun apa lagi sampai mati.

___________________

Waktu begitu cepat berlalu , aku sudah melahirkan bayi perempuan yang cantik, bibir indahnya seperti Jakkup, mata bulat seperti berlian sangat sempurna.

Tuan Malik dan istrinya datang menjengukku di rumah , dia mengendong cucunya dengan bahagia.

"Apa kamu sudah memberi tahu Jak tentang kelahiran putrinya", tanya ibu tirinya Jak pada suaminya.

"Jak sedang menjalankan tugas, dia tidak bisa di hubungi, aku akan mengirimkan foto putrinya nanti ", jawab tuan Malik pada istrinya.

Lima bulan telah berlalu, putriku semakin tumbuh sehat dan montok, begitu juga dengan Vito udah mulai masuk sekolah anak-anak tingkat pertama untuk belajar cara bersosialisasi dan sebagainya.

Tuan Malik dan istrinya nyonya Dian setiap minggu datang berkunjung, begitu juga dengan Rain dan orang tuanya, bahkan Rain selalu membujuk ku untuk kembali bersamanya, tapi aku tolak dengan alasan ingin fokus mengurus kedua anakku.

_________________

Hari ini ada rapat penting aku di haruskan hadir sebagai pemilik perusahaan, setelah menitip anak-anak pada orang tuaku, aku pamit pergi dengan alasan cari kerja.

Sampai sekarang aku merahasiakan tentang warisan perusahaan yang di berikan tuan Malik padaku.

Pergi ke kantor dengan menggunakan taksi online, masuk ke dalam kantor perusahaan tidak ada yang menegurku karena memang yang mereka tahu perusahaan ini milik keluarga Rain.

Sebelum ke tempat rapat aku pergi ke ruang direktur, melihat pintu yang tidak tertutup rapat aku membukanya perlahan dan mendegar mamanya Rain marah-marah pada putranya sendiri.

"Rain,,, kamu itu harus bisa meluluhkan hati Aina!, kamu tahukan jika Jak sampai mati semua warisan akan di berikan pada Aina dan anaknya, dan kita bisa hidup senang", kata mamanya Rain.

"Mama sabar aku tidak mungkin terus memaksa Aina untuk menerimaku , takutnya nanti dia malah marah dan meminta aku untuk tidak mengganggunya lagi, yang terpenting sekarang kita harus tangani si Carla, karena dia terus mengancam akan memberi tahu Aina kalau aku yang telah membayarnya untuk menjebak Jak", jawab Rain dengan kesal.

"Mama sudah berikan Carla rumah, mobil, dan uang, jadi kamu tidak usah khawatir lagi, karena mama sudah mengancamnya jika dia berani buka mulut dia akan berakhir".

Aku menutup mulutku sendiri mendengar kenyataan, Rain laki-laki yang terlihat begitu sempurna tidak pernah menunjukkan sikap buruknya ternyata dia duri dalam daging.

Next

Dia Janda ku Dia Miliki ku (Dia Milikku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang