Jekkop sudah di rawat dan sadar, aku bersyukur dia tidak mati, karena aku gak mau anak ku jadi yatim.
"Aina kamu di sini?, mantan papa mertuaku terlihat sangat bahagia melihat aku menemani putra tunggalnya.
"Ya pa, papa harus berterima kasih pada Aina karena dia yang menelongku!, Jekkop memberi tahu papanya dan aku hanya senyum kecut.
"Syukurlah kalo begitu papa sangat bahagia".
"Pa, Aina pamit pulang dulu ya". pamitku pada tuan Malik mantan papa mertuaku yang sangat baik dan setia pada almarhum istrinya, bertolak belakang dengan putranya.
"Kapan Mentari dan Vito kamu bawa ke rumah, papa kangen sama mereka?.
"Kapan pun papa mau jumpa papa bisa datang ke rumah, atau jemput Mentari main kerumah papa!, jawabku.
"Sebenarnya yang papa mau kalian bisa bersama kembali, tapi papa malu dengan ulah Jekkop yang selalu menyakiti kamu dan keluargamu, entah kapan Jekkop bisa berubah ".
"Aku tidak perlu berubah pa, jika memang Aina cinta sejati ku dia akan menerima aku seperti apa pun aku !.
"Aku pulang dulu", pamitku sekali lagi pada beliau karena jengkel dengan jawaban Jekkop, masak aku aja yang harus nerima dia apa adanya tanpa dia mau berubah menjadi lebih baik benar-benar gak waras.
Baru akan pulang direktur Rain datang menjenguk Jekkop dan dia hanya sebentar lalu pamit pulang bersamaku.
"Kamu tidak keberatan jika aku antar?, tanya tuan Rain padaku di depan Jakkob dan papanya.
"Tidak keberatan tuan, tapi mungkin arah pulang kita bisa saja berbeda ?.
"Aku bisa membuat arah jalan kita sama", jawab tuan Rain membuat Jekkop melihat ke arahku dengan tatapan tidak suka.
Tuan Rain membukakan pintu untukku kami pulang bersama.
"Wanita akan di ratukan di tangan laki-laki yang tepat Jekkop",ucap tuan Malik sambil menepuk bahu putranya, lalu pergi meninggalkannya sendiri di ruangan rumah sakit.
______________
Sampai di rumah sudah malam, tuan Rain tidak mau langsug pulang sebelum berkenalan dengan putriku dan orang tuaku , aku membawa tuan Rain masuk ke dalam rumah sederhana milik orang tuaku dan memperkenalkannya kepada mereka.
"Terima kasih telah mengantar putriku tuan", ungkap ibuku tersenyum lembut padanya.
"Jangan panggil aku tuan, panggil Rain aja!.
"Baiklah tuan Rain ehh maksud ibu nak Rain, tidak boleh pulang sebelum cicipi masakan ibu!.
"Oke ibu, aku akan cicipi masakan ibu", jawab tuan Rain di sambut tawa oleh ibu dan ayahku.
Sedangkan aku pamit ke kamar untuk asi pada Vito dan mandi .
Aku kembali keluar dari kamar menuju ruang makan dengan baju biasa dan rambut yang masih sedikit basah.
Tuan Rain terlihat gugup dengan kedatanganku, dan orang tuaku tersenyum melihat itu.
Setelah tuan Rain pulang orang tuaku bilang kalau Rain adalah laki-laki yang dikirim tuhan untukku , yang akan mendampingiku ,membahagiakan aku.
Tapi aku berkata pada mereka untuk jangan menaruh harapan pada yang belum pasti, karena aku sadar dengan setatus ku sekarang ini, janda dengan dua anak yang masih membutuhkan biaya besar, bisa saja Rain tidak keberatan tapi keluarganya mungkin tidak akan menerima.
Mendengar kata-kataku, ibuku memelukku erat, aku tahu sebagai ibu dia pasti yang paling terluka melihat putrinya terjatuh dan patah.
_______________
Hari minggu tidak kerja aku dan keluarga mengisi kekosongan dengan membuat taman kecil di pekarangan rumah kami yang cukup luas.
Suara mobil berhenti di depan rumah , dan teriakan putriku memanggil nama papanya membuat aku dan yang lainnya pergi ke depan.
Di teras depan sudah berdiri laki-laki tampan bertubuh tinggi tegap menggendong Mentari putriku.
"Papa ayok ikut buat taman di belakang rumah,seru lo !.
Mendengar permintaan putriku Jakkub memandang ke arah kami semua.
Untuk menyenangkan hati Mentari kami terpaksa mengajak Jakkub ikut membuat taman .
Tawa ceria Mentari memecah suasana, dia dan papanya kompak menanam berbagai bunga dan menyiramnya.
"Yeee,, taman udah jadi", teriak Mentari bahagia.
"Papa jangan pulang dulu ya, papa temani Mentari main dulu, terus suapi Mentari makan kayak di rumah besar papa!.
"Ya sayang", jawab Jakkub pada putrinya lalu mengendongnya masuk ke dalam rumah.
"Pa,,,adik Vito gemoy dah bangun ", Mentari mengajak papanya ke arahku yang sedang mengendong Vito.
"Boleh aku gendong?, Jakkub meminta dengan wajah penuh harap.
Aku pun memberikannya, dia langsung mengendong putranya menciumnya dengan gemas, Vito yang sudah berusia enam bulan tertawa lucu di ajak bercanda oleh papanya.
"Udah siang, papa pamit pulang besok papa datang lagi",rayu Jakkob pada putrinya.
"Papa,,,kan udah janji mau temenin aku main dan siuapin aku makan, terus kenapa mau pulang,,,?,tangis Mentari pecah.
"Aku tidak mau cucuku menagis, kamu temani dia main dan makan baru pulang!, ucap ibuku tanpa senyuman pada Jakkob.
Melihat Jakkob tidak di perlakukan ramah oleh orang tuaku dan saudara, aku merasa kasian juga, karena walau bagaimanapun Jakob sangat baik pada keluargaku , dan penyang pada anaknya tapi cuma satu kesalahannya dia mudah mendua,mentiga,meempat dengan banyak wanita cantik.
Suara mobil kembali terdengar di depan rumah, ibuku langsung ke depan mengecek.
Tidak lama ibuku masuk ke dalam rumah bersama tuan Rain .
"Om,,, Rain", Mentari memanggil dengan gembira .
"Ayo salim dulu sama om!, ucap ibuku pada Mentari.
"Tuan Jakkob di sini?, tanya Rain begitu melihat Jakob mengendong Vito.
"Ya om,kan dia papa Mentari, nanti juga papa pulang karena kata mama papa gak boleh ginap nanti dosa ", kata Mentari dengan polosnya memberi tahu tuan Rain.
"Nak Rain duduk dulu nanti Aina buatkan kopi!, kata ibuku sambil memberikan isyarat padaku dengan kedipan mata untuk segera buat kopi untuk Rain.
"Papa pamit dulu sayang, papa ada urusan ", kata Jakkob sambil berjongkok di depan putrinya.
Mungkin Jakkob merasa tidak enak karena dia dari tadi di sini belum di suguhkan minum.
"Tapi kan papa belum suapin Mentari makan?.
"Lain kali papa suapin Mentari, jangan marah ya".
"Oke papa, nanti om Rain yang gantiin papa suapin Mentari ", jawab Mentari membuat Jakob terdiam dan memandang ke arah Rain yang sedang minum kopi buatan ku.
Next
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Janda ku Dia Miliki ku (Dia Milikku)
Fiction généraleTiga kali ketukan di atas meja pengadilan agama, hari ini aku resmi menjadi janda cerai hidup dari pria tampan dan mapan, walaupun ada rasa sakit yang tidak bisa di gambarkan tapi sebagai wanita yang sudah bergelar ibu dari dua anak yang masih kecil...