Kondisi Mentari langsung membaik setelah Jakkub pulang beberapa hari yang lalu, tapi sampai saat ini aku dan Jakkub tidak pernah bertegur sapa, walaupun sebenarnya aku ingin sekali menanyakan banyak hal padanya.
Mentari pun sudah izinkan pulang tapi harus tetap rawat jalan.
"Pa,ma, bisa gak kita jalan-jalan kayak dulu?.
"Lain kali ya sayang, kamu baru sehat", jawabku.
"Pa,ma, bawa Mentari jalan-jalan sama adik Vito, cuma kita jangan ada yang ikut!,pinta Mentari mulai kesal.
Akhirnya Jakkub tidak bisa menolak, dia membawa kami ke rumah kayu yang dia bangun di dekat danau.
Sampai di sana Mentari sangat senang langsung memetik bunga-bunga indah di depan rumah.
Vito yang semakin sehat dan montok di usia sembilan bulan ikut tertawa dan ingin segera turun bermain.
Aku dan Jakkub melihat kedua anak kami yang sangat bahagia, duduk di tengah pekarangan bermain dengan bunga yang mereka petik .
"Kenapa kamu tidak pernah menghubungi kami?, tanyaku padanya sambil terus memperhatikan anak-anak.
Jakkub tidak menjawab pertanyaanku tapi memberikan hv nya, dan meminta aku membuka galeri .
Aku pun membukanya ,dan terkejut karena di sana penuh dengan fotoku bersama Rain sampai di hari pertunangan ku.
"Aina,, itu sebabnya aku tidak mau telpon karena aku tidak sanggup mendengar suaramu, mendengar semua tentang mu yang sudah berbahagia dengan Rain".
"Tapi kamu tidak tahu betapa aku merindukan mu, aku menerima Rain, karena kamu menghilang ", jawabku sambil mengusap air mataku.
Jakkub seolah pura-pura tidak mendengarku .
Dia meniggalkan aku menemui anaknya yang masih asik bermain,lalu mengajak mereka masuk ke dalam rumah kayu untuk bermain di dalam, aku pun mengikuti mereka dari belakang.
"Papa kita ginap ya,,, semalam aja!, pinta Mentari melirik ke arah ku dan papanya secara bergantian.
"Ya kita ginap ", jawabku, langsung di sambut bahagia oleh Mentari.
_________________
Malam yang indah kami makan malam di rumah kayu dengan bahagia penuh canda tawa dari anak-anak, selsai minum obat aku meminta Mentari istirahat .
Setelah menyelimuti kedua anakku yang sudah tertidur pulas,aku keluar menemui Jakkub yang masih duduk di bangku panjang depan rumah kayu.
Aku melihatnya sedang memainkan pisau lipat di tangannya .
"Kenapa kamu mainkan pisau, apa kamu ingin membunuhku?, tanyaku sedikit bercanda sambil duduk di sampingnya.
"Ya,,, aku ingin membunuhmu biar tidak ada yang bisa memilikimu", jawab Jakkub sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku, sampai hangat napasnya terasa di wajahku.
"Kalau begitu bunuh aku sekarang", jawabku dengan suara lirih.
Jakkub lalu mengangkat tubuhku dan meletakkanku di atas pangkuannya, napas kami berdua mulai memburu, rindu dan rasa cinta yang masih bergejolak tidak mampu kami tahan lagi.
Jakkub mencium bibirku, aku pun membalasnya, semuanya tidak bisa kami hindari.
Setelah selesai Jakkub memeluk tubuhku erat dan kembali menciumku.
"Kita nikah lagi, aku mohon Aina, kamu tidak bisa mengelak lagi kalau kamu mencintaiku!, kata Jakkub.
"Apa yang terjadi pada Rain dan keluarganya jika aku tiba-tiba memutuskan pertunangan?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Janda ku Dia Miliki ku (Dia Milikku)
General FictionTiga kali ketukan di atas meja pengadilan agama, hari ini aku resmi menjadi janda cerai hidup dari pria tampan dan mapan, walaupun ada rasa sakit yang tidak bisa di gambarkan tapi sebagai wanita yang sudah bergelar ibu dari dua anak yang masih kecil...