Tiga kali ketukan di atas meja pengadilan agama, hari ini aku resmi menjadi janda cerai hidup dari pria tampan dan mapan, walaupun ada rasa sakit yang tidak bisa di gambarkan tapi sebagai wanita yang sudah bergelar ibu dari dua anak yang masih kecil aku harus terlihat tegar.
Keluar dari pengadilan agama di dampingi kakak lelakiku, sedangkan mantan suami di dampingi pacarnya yang cantik modis berambut pelangi, ingin rasanya ku tabrak lari mereka tapi aku takut masuk penjara , jadi gak usah di tabrak biar aja nanti tuhan yang kasih sambaran petir.
___________
Tiga bulan menjanda dengan dua anak masih kecil aku harus kembali bekerja, dan alhamdulillah orang tuaku selalu mendukung setiap keputusanku, dan ikut membantu menjaga putriku yang baru masuk tk , sedangkan yang satunya lagi masih asi jadi sebelum berangkat kerja harus stok asi dulu.
Hari pertama masuk kerja tidak perduli dengan cibiran orang tentang janda cerai hidup yang selalu di rendahkan dari pada janda cerai mati, cuma mereka gak tau aja kalo gak semua janda cerai mati itu baik, dan gak semua janda cerai hidup itu buruk.
Karena belum punya kendaraan sendiri jadi harus naik ojek sampai kantor, dengan setelan rok sampai bawah lutut dan kemeja warna navy seper empat ,dan rambut sebahu ku biarkan tergerai indah di tiup angin.
Sepanjang jalan,mak-mak melihatku seperti ada rasa takut di wajah mereka, mungkin karena aku janda muda dengan wajah cantik kayak wanita Turki, kulit putih mulus, tinggi dengan body mantap.
Bodoh amat dengan pandangan mak-mak toh aku juga gak tertarik dengan suami orang, lebih baik dengan bujang atau duda mapan wxwxwx bercanda.
Sampai di tempat kerja aku langsung masuk ke ruangan karyawan dan mulai sibuk dengan leptopku.
"Aina, kamu di minta keruanganya oleh menejer ", seorang wanita yang menjadi rekan ku memberi tahu.
"Baik terimakasih", jawabku langsung pergi menemui menejer perusahaan.
"Masuk!, suara bariton dari dalam ruangan yang sepertinya tidak asing di telingaku, aku pun masuk ke dalam.
Di dalam berdiri laki-laki bertubuh tinggi tegap sedang menerima telepon menghadap ke arah luar gedung perusahaan.
Aku menunggu sampai laki-laki itu selsai bicara di teleponnya, sampai kakiku pegel berdiri.
"Apa kamu sudah meng,,,,", pertanyaan laki-laki itu terhenti begitu mata kami bertemu pandang.
"Aina,, kamu gapain di sini?.
"Aku kerja, emang kenapa, kamu kira cuma gundik mu yang bisa kerja di perusahaan hebat ?.
"Jaga bicaramu!, kata mantan suamiku yang ternyata adalah menejer di perusahaan ini.
"Terus aku harus bilang apa, harus kah ku bilang cuma bidadari mu, atau kah wanita Solehah mu, sebutan yang gak pantas untuk mereka ".
"Ini dokumen yang kamu minta", aku meletakkan dokumen di atas mejanya lalu pergi.
_____________
"Jakub,, makan siang di restoran terbaru,gue traktir".
"Makan siang di kantor aja, lagi gak mood makan di luar", jawab Jakkub mantan suamiku yang sangat tampan sampai menjadikannya raja gatal.
"Lagi berantem ye ama si Karin, atau Mona, atau Dinda, atau Sarah atau siapa lagi ye,,,?.
"Kamu bisa diam gak!, marah Jakkup pada temannya.
Aku juga makan di restoran kantor bersama beberapa karyawan lainnya, jadi otomatis bertemu dengan mantan suamiku yang telah membuat hatiku patah jadi beribu patahan.
"Jak , bukannya itu mantan bini lo?.
"Ya emangnya kenapa "?, jawab Jakkub sambil mengunyah makan siangnya.
"Gila,ternyata mantan istri lo lebih cantik dari pada wanita-wanita yang lo jadikan selingkuhan, tanpa mek up bro , dia cantik apa lagi di mak up".
"Kamu bisa gak, gak nyanjung dia di depanku!.
"Hahaha, bilang aja kalo masih cinta".
______________
Hujan semakin deras, aku masih menunggu angkot di halte depan kantor,asiku juga semakin penuh membuat menimbulkan rasa nyeri di bagian dadaku.
"Aku antar pulang, cepat masuk!, kata mantan suamiku.
"Gak, nanti aku bisa naik angkot".
"Kamu gak pikirkan Vito yang kamu tinggal kerja, dan apa kamu gak malu naik angkot dengan baju basah kena asi seperti itu? , marah laki-laki yang dari dulu sangat menjengkelkan.
Karena gak punya pilihan lain aku pun masuk ke dalam mobilnya dan duduk di belakang.
Sampai di rumah, ayah dan putriku lagi duduk di teras depan.
"Papa,,,", putriku berteriak sekeras-kerasnya begitu melihat mobil papanya.
Jakkub keluar dari mobilnya menemui putri kecilnya dan langsung mengendongnya, sedangkan ayahku diam tanpa menegurnya, karena di sini bukan hanya aku yang terluka tapi semua keluargaku.
"Apa aku boleh bertemu dengan Vito?, tanya Jakkub padaku .
"Vito baru tidur, jangan di ganggu ", jawab ibuku yang baru keluar dari dalam rumah.
"Baiklah kalau begitu aku pamit ".
"Papa,,nginap ya, Mentari kangen sama papa pingin tidur sama papa!.
"Lain kali sayang papa ginapnya, papa pulang dulu".
Saat Jakkub pergi putriku nagis gamuk mau ikut pulang sama papanya.
Aku berusaha menenangkannya sampai akhirnya dia bisa berhenti menangis.
"Aina,, jangan sampai karena kasian sama anak kamu rujuk ", kata ibuku terlihat kesal.
Next
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Janda ku Dia Miliki ku (Dia Milikku)
Fiksi UmumTiga kali ketukan di atas meja pengadilan agama, hari ini aku resmi menjadi janda cerai hidup dari pria tampan dan mapan, walaupun ada rasa sakit yang tidak bisa di gambarkan tapi sebagai wanita yang sudah bergelar ibu dari dua anak yang masih kecil...