Aku sudah siap dengan dress biru langit yang sangat cantik membuat kulit putih mulusku semakin bercahaya.
"Kamu mau kemana?, tanya Jak dengan wajah tidak suka.
"Kekantor ", jawabku.
"Bisa gak kamu dengar kalau aku tidak izinkan kamu kerja!, apa kamu mau jadi pembangkang ?, teriak Jakkup dengan emosi.
Karena kesal dengannya yang tiba-tiba berteriak keras , aku langsung pergi ke kamar dan menangis di sana.
"Aina maafkan aku, aku cuma gak mau hal buruk menimpamu, karena kamu begitu berharga bagiku dan anak-anak kita ".
"Tapi kamu tidak harus berteriak sekeras itu, aku gak suka dengan suara kerasmu, itu mengingatkanku pada masa lalu kita yang selalu bertengkar dan kamu selalu meneriakiku ", jawabku dengan air mata bercucuran.
"Maafkan aku sayang, aku sangat mencintaimu lebih dari nyawaku sendiri ", kata Jak sambil memelukku erat.
"Bukannya hari ini kamu ada rapat, nanti kamu telat", aku mengingatkannya sambil menyeka air mata dan melerai pelukannya.
"Ya udah aku berangkat dulu, aku janji akan pulang cepat", kata Jak lalu mencium keningku.
Setelah suamiku berangkat kekantor aku mulai di sibukkan dengan rutinitas yang biasa aku lakukan kalau di rumah.
(Sayang kamu gak usah menungguku pulang !, aku ada miting di luar dan lembur), Jak memberi tahuku lewat telepon.
(Kan udah janji akan pulang cepat), ucapku.
(Nanti kita lihat, soalnya berkas suka ketinggalan kalau lembur di rumah, tambah repot), jawabnya.
(Ya udah gak apa,buat mana yang gak bikin repot aja!), jawabku lagi, setelah mengucapkan salam aku mematikan panggilan lebih dulu.
Malam ini hujan turun dengan begitu deras, aku menemani kedua anakku di ruang belajar mereka.
Suara benda jatuh dan pecah di atas lantai membuat ku dan kedua anakku terkejut.
"Kalian tunggu di sini!, mama cek dulu", pintaku pada mereka.
"Gak ma kita ikut",jawab mereka.
Akhirnya aku dan kedua anakku pergi mengecek suara benda jatuh tadi.
Hening tidak ada siapapun aku meganding erat tangan kedua anakku berjalan perlahan menuju ruang tengah, dan terkejut menemukan kedua asisten rumah tergeletak bersimbah darah.
Aku memberikan isyarat kepada Vito dan Berlian untuk tetap diam, kami mengintip ke luar rumah ternyata di luar juga ada beberapa rekan perampok yang mengawasi sekitar, aku terpaksa mengajak kedua anakku sembunyi di kamar .
Saat berjalan di koridor lantai atas jeritan baby sitter putriku terdengar tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa berlari bersama kedua anakku menuju kamar, belum sempat mengunci pintu dari dalam dua laki-laki bertubuh tinggi besar mendorong pintu sampai aku terjungkal ke belakang.
"Mama,,,", teriak kedua anakku langsung memelukku.
"Lari,,, dan telpon papa !,bisik ku pelan pada Vito .
Saat kedua laki-laki itu lengah Vito berhasil kabur dari dalam kamar dan langsung berlari menuju kamarnya, mengunci pintu dari dalam, sedangkan Berlian ku peluk erat sambil menahan rasa sakit di perut.
'Tttteeerrr,,,', suara getaran hv.
(Halo), suara Jak.
(Papa cepat pulang, di rumah ada penjahat,bibi di bunuh dan mama di dorong ke lantai), Vito memberi tahu papanya di iringi suara tangisnya.
(Kamu di mana sekarang?), tanya Jak pada putranya dengan suara kawatir.
Tapi tidak di jawab oleh Vito, Jak hanya mendengar suara pintu yang di dobrak.
Jakkup langsung pulang sambil menelpon polisi.
"Cantik kali wanita ini bos, bagaimana kalau kita bersenang-senang dulu dengannya baru kita bunuh", kata salah satu dari perampok.
Mereka menarikku tapi aku terus meronta, Berlian yang melihat mamanya di kasari langsung menggigit tangan pria itu , membuat perampok marah sehingga melempar tubuh kecil putriku ke arah tembok, membuatku berteriak histeris.
Entah kekuatan dari mana aku menghajar wajah mereka bergantian,sampai hidungnya berdarah dan itu tentunya membuat mereka semakin geram sehingga mereka menamparku berkali-kali sampai tubuhku jatuh tersungkur di lantai.
Aku menatap ke arah putriku yang kepalanya mengeluarkan banyak darah dan berlahan merangkak ke arahnya , tapi tubuhku di tarik oleh kedua pria itu, mereka merobek dressku sehingga tubuh yang begitu indah terpampang di depan mata.
"Mulus dan montok", kata mereka sambil tertawa, salah satu dari mereka langsung membuka celana dan mulai menyentuh tubuhku , saat pria itu mencium bibirku aku mengigit bibirnya hingga koyak.
"Wanita berengsek mau di ajak enak malah gigit ", marahnya sambil menghentikan aksinya .
Karena marah pria itu menendang perutku berulang kali, sampai akhirnya banyak darah keluar dari organ kewanitaan ku.
"Bos kita pergi!, aku sudah dapat banyak duit ", kata rekannya yang tiba-tiba muncul.
Satunya datang dengan membawa banyak kotak perhiasan.
"Kita akan bersenang-senang dalam waktu yang lama ", tawa mereka pecah.
Begitu keluar dari dalam rumah mereka langsung di sambut anggota polisi yang baru datang dan langsung di ringkus sedangkan yang berjaga di luar sudah lebih dulu di amankan.
Jakkup masuk ke dalam rumah di temani beberapa anggota polisi, lampu di dalam rumah di nyalakan semua.
Jak terkejut melihat kedua asisten rumah tergeletak tak bernyawa.
"Aina,,,,", teriak Jak langsung berlari ke lantai atas.
Masuk ke dalam kamar Vito dan menemukan putranya terlentang bersimbah darah, Vito langsung di larikan ke rumah sakit.
Polisi juga menemukan baby sitter Berlian dalam keadaan telanjang bulat dan sudah tidak bernyawa, kemungkinan besar dia di perkosa lalu di bunuh.
Jakkup berteriak sejadi-jadinya begitu masuk ke dalam kamar di mana dia menemukanku tergeletak tampa sehelai benang dan bersimbah darah, dan juga putrinya sudah tidak bernyawa.
Next
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Janda ku Dia Miliki ku (Dia Milikku)
General FictionTiga kali ketukan di atas meja pengadilan agama, hari ini aku resmi menjadi janda cerai hidup dari pria tampan dan mapan, walaupun ada rasa sakit yang tidak bisa di gambarkan tapi sebagai wanita yang sudah bergelar ibu dari dua anak yang masih kecil...