"Jak,,, hentikan!,, apa kamu sudah gila,,?, teriak papanya .
Sedangkan orang tuanya Rain histeris melihat putranya tiba-tiba di hajar.
"Katakan padaku,!, kenapa kamu sampai memukulnya sekeras itu?, marah Jakkub sambil mencengkram kuat kerah baju Rain.
"Dia tidak pernah mau aku sentuh, dan itu semua gara-gara kamu ".
"Tapi bukan berarti kamu harus memukulnya , itu sangat menyakitkan", marah Jakkub pada Rain.
"Hahaha,,, Jak, kamu bilang itu menyakitkan, berselingkuh di depan matanya dan setiap waktu membuat dia menagis, apa itu tidak menyakitinya, kamu jangan sok jadi pahlawan karena kamu lebih bajingan ", kata Rain membuat Jakkub memejamkan mata dengan kasar .
"Tapi seharusnya kamu tidak menjadi bajingan sepertiku", kata Jakkub yang wajahnya mulai berubah menjadi sedih.
"Ya kamu benar Jak, seharusnya aku tidak menjadi bajingan sepertimu, tapi mungkin sudah takdir Aina, lahir untuk kita sakiti", jawab Rain tertawa lalu menyeka air mata, karena aku tahu dia juga menyesal telah memukulku.
Setelah minta maaf atas keributan ini ayahku memintaku pulang dengannya, tapi aku menolak karena aku masih bergelar isterinya Rain walaupun pernikahan kami tidak sah menurut sebagian orang yang aku tanya.
______________
Di rumah aku mengobati luka memar di wajah Rain.
"Aina, maafkan aku", kata Rain tapi aku diam saja dan terus mengobati lukanya.
"Kamu istirahat aku mau melihat Vito!, ucapku padanya.
Saat akan keluar Rain menarik tanganku ke dalam pelukannya, dia mencium pelan pipiku yang memar karena ulahnya.
"Aku minta maaf, aku mencintaimu ", kata Rain berlahan mencium bibirku dengan lembut.
Aku tidak menolaknya tapi tidak membalas.
"Kita lakukan sekali saja sebelum kita berpisah!, minta Rain padaku.
Rain mengelus rambut indah ku, menyentuh bibir sensual milikku.
Rain mempererat pelukannya pada tubuhku, tapi aku tetap menjaga jarak dengan menggunakan tanganku.
'Tok,,tok,,, tok,,,', suara pintu kamar di ketuk.
Aku meninggalkan Rain yang masih berdiri dengan raut wajah kesal.
Begitu membuka pintu di depanku berdiri Jakkub dan orang tuanya Rain.
"Aina aku tidak bisa tenang, makanya aku kesini menyusul mu", ucap Jakkub.
Aku mengajak jakkub kebawah untuk bicara, meniggalkan Rain dan orang tuanya di atas.
"Ma,,, kenapa mama antar Jak ke kamarku?.
"Mama tidak bisa berbuat apa-apa, Jakkup berperan penting di perusahaan kita", jawab mamanya Rain.
_________________
Jak berdiri di depanku memeriksa wajahku dengan hati-hati.
Dia mengeluarkan salep dari sakunya lalu mengoles lembut di bagian pipiku yang lebam.
"Salep ini bagus , dengan cepat lebam akan sembuh", kata Jakkub.
"Ooya,,, sejak kapan kamu jualan obat salep?,, tanyaku padanya sambil tertawa kecil.
Jak,, pun berhenti mengoles salep di wajahku dan ikut tertawa.
"Aina kamu ini, aku serius malah di ajak bercanda", jawab Jak masih tertawa kecil.
Aku memandang wajah sempurna di depanku, dia yang sadar aku perhatikan langsung berhenti tertawa.
Jak, merapikan rambutku dan mulai mendekatkan wajahnya ke wajahku, berlahan mencium keningku dan mulai mencium bibirku,aku meragkul tubuh kekar miliknya dengan lembut membalas ciumannya.
Sedangkan Rain berdiri di pintu melihat kami berdua.
Jak melepaskan ciumannya.
"Aina ,jika kamu bahagia dengan pernikahan mu saat ini, aku akan belajar ikhlas, tapi satu hal yang harus kamu tahu, sampai mati aku tidak akan pernah mencari penggantimu", ucap Jakkup padaku.
"Aku pulang,,, jaga dirimu dan anak kita!, pesan Jak sebelum pergi.
"Satu lagi, aku minta maaf pada orang yang sedang cemburu melihat kita", kata Jakkup lalu pergi, sedangkan aku melihat ke arah Rain yang wajahnya sudah kayak cabe di blender.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Janda ku Dia Miliki ku (Dia Milikku)
Fiction généraleTiga kali ketukan di atas meja pengadilan agama, hari ini aku resmi menjadi janda cerai hidup dari pria tampan dan mapan, walaupun ada rasa sakit yang tidak bisa di gambarkan tapi sebagai wanita yang sudah bergelar ibu dari dua anak yang masih kecil...