Dia Janda Ku Dia Miliki Ku bab 20

167 3 0
                                    

Kembali ke judul lama karena lebih serek di aku ya 😁.

"Kita makan siang di luar",ajak Jak pada kami.

"Aina beberapa bulan lagi melahirkan, dan kalian akan nikah lagi, itu butuh banyak biaya,kamu harus hemat!, apa lagi sekarang ini kamu bukan lagi menejer di perusahaan Rain", nasihat ibuku pada Jak membuat Jak menggaruk kepalanya.

"Ibu gak usah kawatir soal itu", jawab Jak.

Orang tuaku memang tidak pernah tahu kalau Jak adalah miliader yang sebenarnya Rain lah yang di percaya mengelola sebagian perusahaan miliknya.

"Kita makan di warung tepi jalan kesukaan ibu, lebih murah dan porsinya jumbo!, kata ibuku.

"Ok ", jawab Jak singkat.

Hanya beberapa menit udah nyampe di warung makan pinggir jalan yang udah rame pengunjung, ibu langsung pergi pesen buat kita semua pada pemilik warung yang kebetulan adalah temannya.

"Jak,,,ibu jamin kamu pasti nambah, di sini makanannya enak,,,, banget ", kata ibuku yang hanya di balas senyum manis oleh Jak.

Nasi dengan lauk pauk yang banyak dan terlihat megugah selera sudah memenuhi meja di depan kami.

"Ayo makan nanti dingin kurang sedap!, kata ibuku mulai mengambil lauk pauk di ikuti oleh kami.

"Ini Jak,kamu coba!, ucap ibuku sambil meletakkan sambel cumi jumbo eksta pedas  di atas nasinya Jak .

"Ini cabe?, kata Jak sambil memperhatikan nasinya yang  sudah di sirami dengan kuah sambel cumi  eksta pedas oleh ibuku.

"Kamu jangan kayak banci, takut cabe", jawab ibuku.

Mau tidak mau Jak mulai mencoba suapan pertama  dan langsung minum air putih.

"Itu terlalu pedas aku pesankan yang lain", pintaku pada Jak karena aku tahu dia gak tahan pedas.

"Ini udah banyak ,mubajir nanti, udah gak usah cengeng badan gede gitu kuatnya cuma buat anak", kata ibuku buat pengunjung yang lain pada menahan tawa.

Tiga kali suapan Jak mandi keringat, wajah putihnya memerah, bibir yang memang sudah merah tambah merah, Jak minum air putih segelas pul lalu mengelap keringatnya dengan mengangkat ujung baju kaos putih di tubuh putih kekarnya.

"Mbak, tolong buatkan susu dingin, cepat ya, sekalian tisu !, ucapku pada pelayan warung.

Begitu susu di bawa aku meminta Jak untuk minum biar pedasnya cepat hilang.

"Kamu sangat menyayangi Jak", kata ibuku lirih sambil makan.

"Sama seperti perasaan ibu terhadap bapak, bahkan bisa lebih", jawabku.

"Tapi bapak mu tidak pernah menyakiti hati ibu", jawab ibuku lagi.

"Jalan hidup kita tidak sama, dan selama masih ada rasa cinta kasih dan sayang akan selalu ada kata maaf untuk memulai hidup  baru, tidak ada manusia yang ingin terus dalam kesalahan yang sama, jika dia ingin menjadi lebih baik karena rasa cintanya yang baru dia sadari, lalu apa salahnya memberikan kesempatan", jawabku membuat ibuku diam.

"Loh,,, semuanya di sini?, tanya Rain yang tiba-tiba muncul.

"Kamu gapain di warung pinggir jalan, biasanya makan di restoran?, tanya ibuku manja dengan senyuman manis.

"Kan ibu yang kenalin warung ini, jadi aku ketagihan ", jawab Rain dan tentunya di ajak gabung dengan kami.

Rain dan orang tuaku makan dengan lahap, sedangkan Jak hanya minum susu dingin mungkin sudah hilang selera makannya.

"Jak  cuma minum susu, yang lain di aggurin?, tanya Rain.

"Badan aja gede  tapi cengeng kayak anak tk, tadi udah coba dia langsung terkapar", jawab ibuku di sambut tawa oleh Rain.

"Berapa semua?, tanya Rain pada pelayan, begitu kami selsai makan.

"Semua tiga ratus ribu ", jawab pelayan.

"Biar aku yang bayar ", kata Jakub.

"Biar aku aja,kamu gak makan tadi ", jawab Rain.

"Simpan saja uang kamu Jak, gaji mu gak seberapa di banding gaji seorang direktur!, kata ibuku dengan suara yang segaja di nyaringkan biar semua orang dengar.

Sepertinya ibuku memang belum menerima Jak dengan ikhlas.

"Aku tunggu di tempat parkir", kata Jak, lalu pergi.

Tidak lama kami juga keluar dari warung makan langsung menuju tempat parkir dan melihat Jak yang masih berdiri sambil  bersandar pada mobilnya.

"Rain,,, ibu mau kamu sama Aina jangan bermusuhan, ibu ingin kita tetap menjalin hubungan baik!, kata ibuku saat sudah dekat dengan Jak .

"Ibu tenag saja!, sampai kapan pun kita akan tetap berhubungan baik, dan aku laki-laki yang sangat sulit untuk bisa berhenti mencintai wanita yang sudah terlanjur mengisi hatiku ", jawab Rain.

Aku melirik ke arah Jakkup yang masih berdiri dengan wajah masam dan bibir agak cemberut.

"Bisa gak bicara lain waktu?, cuaca semakin panas ", kata Jak pada kami dengan sorot mata tidak suka tapi terlihat mengemaskan di mataku.

"Ooooya,,, ibu  sampai lupa ada yang kepanasan, kapan-kapan datang ke rumah!, ibu masak makanan kesukaan kamu ", ucap ibuku pada Rain lalu kami pamit duluan dan masuk ke dalam mobil Jak.

Next

Dia Janda ku Dia Miliki ku (Dia Milikku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang