Dia Janda ku Dia Milik Ku Bab 9

302 4 0
                                    

Mentari kembali di rawat di rumah sakit sampai dia mendapat pendonor yang cocok.

"Aina,,, tolong jaga Mentari untuk beberapa hari, aku ada tugas penting, aku janji akan terus menghubungi kalian!.

"Papa,, jangan pergi",pinta Mentari pada papanya yang sudah terlihat lemas.

"Papa ada tugas penting untuk beberapa hari, papa janji akan pulang secepatnya", pamit Jakkub pada putrinya lalu menciumnya.

"Cium mama juga!,pinta Mentari.

Tanpa pikir panjang,Jakkub langsung mencium keningku, aku memejamkan mata merasakan ciuman cinta darinya.

Rain dan kedua orangtuaku hanya bisa diam.

Jakkub pamit sekali lagi lalu pergi.

______________

Malam ini aku menemani putriku sendiri Vito di bawa pulang oleh orangtuaku.

Jakkub belum menghubungi kami, tapi sekarang aku percaya dengannya, cukup aku doakan kesehatan dan keselamatan untuknya.

Aku melihat ke arah putriku yang tertidur pulas, kulitnya semakin putih dia semakin cantik,kurapikan rambut panjangnya yang  menutupi sedikit dadanya.

Putri ku yang selalu terlihat sehat ceria kenapa bisa sakit seperti ini.

___________

Hari keenam putriku di rawat dia semakin lemah dan jarang bicara, dia hanya bertanya kapan papanya pulang ,dan  kembali tidur sampai hari ini juga Mentari belum dapat donor yang cocok.

Kami di minta keluar dari dalam ruangan oleh dokter karena Mentari tiba-tiba tidak sadarkan diri, tapi aku menolak aku ingin tetap di sampingnya.

Akhirnya aku di izinkan di dalam menyaksikan gimana putriku di tangani, sampai akhirnya putriku bisa tertolong tapi dokter tetap bilang kondisinya semakin lemah.

"Aina kamu tidur sedikit, lihat dirimu sampai pucat!, kata ibuku.

Aku pun coba berbaring di sofa dalam ruangan di mana Mentari di rawat.

Karena terlalu capek aku tertidur.

Sampai aku terbangun oleh suara panggilan Mentari yang berkata,'mama Mentari tunggu, aku sayang sama mama papa'.

Aku menatap ke arah putriku yang masih tertidur pulas, bahkan dengkuran halusnya terdengar.

Lalu siapa yang memanggilku tadi, bukan kah itu sangat jelas suara Mentari.

_______________

Pagi ini kembali Mentari tidak sadarkan diri sampai kami semua membaca surat Yasin di dalam ruangan untuk membantu meringankan rasa sakit yang di rasakan putriku.

Pintu ruangan terbuka Jakkub masuk dengan tergesa-gesa, terlihat jelas wajah khawatirnya.

"Mentari ini papa sayang, bangun sayang!, bisik Jakkub di telinga putrinya sambil menahan tangis.

"Papa,, ini benar papa?, ucap Mentari pelan.

"Ya sayang ini papa ", jawab Jakkub dengan bahagia,kami semua lega melihat Mentari sadar.

"Papa,, bisa gak tidur di samping Mentari, udah lama papa gak tidur di samping Mentari!.

Mendengar permintaan putrinya Jakkub pelan-pelan berbaring di sampingnya .

"Mau bantal lengan papa!, minta Mentari lagi, Jakkub pun langsung mengangkat kepala putrinya menaruhnya di atas lengannya.

"Papa,, Mentari mau lihat saat papa latihan,, papa ada videonya?.

"Sebentar ya sayang", jawab Jakkub pada putrinya, lalu meminta aku mengambil  sebuah cd player di dalam tas ransel, berserta leptopnya.

Setelah video Jakkub saat latihan di putar, Mentari sangat senang, dia mencium pipi papanya.

"Mama,kakek, nenek,om Rain, papaku hebat, aku bangga dengan papa ", ucap Mentari terus tersenyum bahagia.

"Kamu lebih hebat dari papa", kata Jakkub sambil mengelus kepala putrinya.

"Papa,,, Mentari mau bobo,,, papa janji saat Mentari udah bobo jangan tinggalkan mama dan adik!, kata Mentari membuat Jakkub menagis.

"Ya sayang papa janji ", jawab Jakkub.

"Boleh gak Mentari bobo dalam pelukan papa, biar Mentari tahu kalau papa mau pergi!, minta Mentari lagi.

Jakkub langsung memeluk putrinya dengan kasih sayang, Mentari memejamkan mata sambil tersenyum.

Lalu tiba-tiba Jakkub menagis terisak dan berteriak memanggil nama putrinya membuat kami terkejut dan memanggil dokter.

"Mentari,,, jangan tinggalkan papa sayang", tangis Jakkub pecah sambil terus memeluk putrinya.

"Jakkub,, Mentari kenapa?, tanyaku panik.

"Mentari udah pergi,,,, Aina ", jawab Jakkub membuat aku langsung terdiam tidak percaya.

Dokter tiba dan langsung memeriksa tubuh putriku yang sangat putih seperti kapas, wajahnya tersenyum bahagia.

"Dia sudah meninggal, beberapa menit yang lalu", ucap dokter lalu membuka semua alat yang di pasang di tubuh Mentari.

Ini untuk pertama kalinya aku merasakan sakitnya di tinggal untuk selamanya oleh orang yang kita sayangi, pandanganku langsung gelap, dalam ketidak sadaranku aku hanya mendengar suara putriku tertawa bahagia.

Untuk menghargai Jakkub jenazah Mentari di pulangkan ke rumahnya.

Jakkub sendiri yang mengangkat jenazah Mentari dia tidak mau putrinya di bawa mengunakan ranjang jenazah menuju mobil ambulance.

Sepanjang koridor rumah sakit Jakkub membawa jenazah putrinya yang sudah di selimuti kain putih ,dia berjalan dengan wajah merah dan sembab tapi berusaha untuk tegar.

_______________

Setelah kepergian Mentari aku memilih untuk resign dari kantor biar lebih fokus mengurus Vito, aku langsung di buat kapok kehilangan anak.

"Aina,, besok hari ke empat puluh Mentari  ibu ingin gundang anak yatim".

"Aina udah udang ustadz,para warga, dan anak yatim untuk datang besok Bu, dan hari ini terop akan di pasang di pekarangan rumah kita ", jawabku.

"Syukur alhamdulillah kalau begitu, ibu akan undang Rain dan keluarganya biar gak lupa untuk datang besok ", ucap ibuku lalu pergi.

Pemasangan terop sudah di mulai, dan juga beberapa tempat untuk makanan dan minuman biar besok orang yang datang untuk tahlilan, yasinan, dan mendengarkan ceramah agama tidak repot untuk mengambil.

"Assalamualaikum", suara bariton milik Jakkub, aku dan beberapa tetangga yang segaja datang membantu langsung menoleh ke arahnya sambil menjawab salam.

"Massa Allah, ganteng amat jodoh siapakah gerangan", kata salah satu mak-mak yang membuat yang lain pada mau ketawa.

"Jangan ada yang bercanda orang lagi berduka!, kata salah satu mak-mak lagi.

"Siapa yang bercanda,,emang kenyataannya ganteng mantu idaman ", jawab mak-mak sambil cengengesan menatap ke arah Jakkub .

"Jak,, baru datang, Aina kopi mana", tanya bapakku yang baru masuk ke dalam rumah, Jakkub hanya tersenyum melihatku yang di tanya kopi sama bapak.

"Maaf saya agak lambat datang, karena sampai saat ini aku masih merasa seperti mimpi kalau hari ini sudah empat puluh hari Mentari pergi, jawab Jakkub.

"Jakkub,, kamu harus ikhlas biar putrimu tenang!.

"Aku ikhlas ayah, tapi entah  aku tidak bisa menjelaskan apa yang aku rasakan saat ini", jawab Jak sambil mengusap wajahnya.

"Oh ternyata dia mantan suaminya Aina, ganteng amat, kalau aku dah kebelet rujuk", bisik emak-emak yang lagi meyusun beberapa kue tradisional.










Dia Janda ku Dia Miliki ku (Dia Milikku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang