"Ini ada apa ?, tanya Jak pada para asisten rumah begitu kami turun ke lantai bawah dan menemukan mereka berkumpul.
"Maaf tuan muda, saya yang pertama menemukan kejadian yang tidak senonoh di ruang kerja tuan", jawab salah satu dari mereka, mendengar itu aku dan Jak langsung pergi ke ruang kerja.
Begitu masuk ke dalam kami memalingkan muka karena di sana Wira terbaring dengan memeluk tubuh Jenny dalam keadaan keduanya telanjang bulat.
"Bangunkan mereka aku tunggu di ruang tengah!, kata Jak lalu pergi di ikuti olehku.
Suara raungan tangis Jenny menggema di dalam rumah.
"Maafkan saya tuan atas kejadian ini", kata Wira dengan wajah tertunduk.
"Kalau mau melakukannya kenapa harus di ruangan kerjaku dan kenapa di dalam rumahku?, tanya Jak dengan wajah marah .
"Saya benar-benar hilang kendali setelah meminum kopi yang tuan tawarkan ", jawab Wira dengan wajah masih tertunduk.
"Seharusnya bukan kamu yang meminum kopi itu, seharusnya tuan Jak yang meminumnya sehingga aku akan sangat senang ", kata Jenny dengan suara lantang ke arah Wira.
"Wow luar biasa, senjata makan tuan, aku rasa tuhan sudah capek dengan tidak bersyukurnya diri mu Jenny, apa kamu lupa hampir tiga tahun aku berjuang melawan sakit karena ulah mu membuatku lupa akan kesehatanku, dan apa kamu lupa selama satu tahun aku dan Aina pisah ranjang karena fitnah yang sudah kamu buat ", kata Jak dengan wajah merah padam.
"Aina aku sangat mencintai suami mu dengan tulus, bahkan kalau pun dia bukan orang kaya raya aku akan tetap mencintainya", kata Jenny lagi membuat Jak semakin gram.
"Aku tidak mau ada keributan di rumahku, selesaikan masalah kalian di luar,bibi kamu bantu Jenny mengemas semua barang-barangnya, hari ini juga dia harus angkat kaki dari rumahku!, kata Jakkup dengan santai.
"Tuan Jak , mbak Aina aku minta maaf , tolong jangan usir aku", Jenny memohon.
"Kami sudah memaafkan kamu, tapi seharusnya tanpa di minta pergi kamu yang harus sadar diri untuk pergi, dan satu pesanku sama kamu jika Wira ingin menikahi mu atas kejadian ini maka terimalah, karena dia laki-laki bertanggung jawab!, nasihat Aina pada Jenny.
"Kamu urus semuanya!, aku sama istri dan anakku ada acara keluarga", kata Jak pada orang kepercayaan.
"Baik tuan", jawabnya.
*************************
Mobil mewah milik Jakkup melaju memecah keramaian jalan raya menuju desa kelahiran ku, di sebuah kampung yang masih sangat asri di kawasan penggunaan.
"Kakek,,,", teriak Vito dan Berlian begitu mereka turun dari mobil.
"Cucuku yang ganteng dan cantik akhirnya datang juga", kata bapakku langsung memeluk kedua cucunya menciumnya bergantian.
Aku dan Jak juga langsung salim pada beliau .
"Maaf pak kita baru datang", ucapku.
"Gak apa yang penting kalian datang juga kan,nah sekarang bapak mau ajak suamimu ini bantu warga lainnya masak gulai sapi", kata bapak sambil tertawa lalu mengajak Jakkup pergi ke tempat warga yang sudah ramai , udah adat kalau di kampung banyak warga yang datang membantu.
"Tahan kena asap dan panas gak menantu mu itu tuan Amir,wong putih ganteng gitu", kata warga.
"Apa kalian gak liat apa badannya kekar gini, lulusan militer luar negeri dapat gelar terbaik masak takut asap dan panas ", Jawab bapak, membuat Jak tersenyum.
Sedangkan aku masuk ke dalam rumah ikut bergabung dengan mak-mak yang sedang membuat aneka kue tradisional dengan tawa dan canda mereka membuat kita tidak berhenti tertawa.
"Aina mana suamimu itu ?, kangen kita", kata salah satu dari mereka membuat yang lain tertawa.
"Kangen sama suami kalian!, masak kangen sama mantu ku",jawab ibuku di sambut tawa mak-mak.
"Sekali-kali lah buk kangen mantu mu yang ganteng pisan badan atletis dan wangi, siapa tahu nular ke suamiku yang malas mandi itu sampai bau ketek menyerbak ", jawab salah satu mak-mak.
Sedangkan aku hanya menggeleng-gelengkan kepala dan tertawa mendengar kata mereka.
Saat sedang bercanda Jak masuk ke dalam rumah dengan sebagian wajahnya hitam membuat kami tertawa dan heran.
"Wajah kamu kenapa?, tanyaku sambil mendekatinya.
"Aku lupa habis pegang arang, terus lap keringat pakai tangan jadi kayak gini ", jawab Jak membuat ku tersenyum.
"Tambah ganteng itu ", kata ibuku.
"Ganteng apa bu, kayak topeng monyet ", jawab Jak lalu pergi ke kamar mandi.
"Ini handuk ", aku memberikan Jak handuk untuk mengelap wajahnya setelah dia keluar dari kamar mandi.
"Makasih sayang,kamu jangan capek-capeknya ", pesan Jakkup sambil mengelap wajahnya.
"Bener tu Aina, jangan capek karena nanti malam ada kerja lagi ", balas mak-mak membuat Jak tertawa lalu pamit bantu warga lainnya di luar.
Next
![](https://img.wattpad.com/cover/362798330-288-k393091.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Janda ku Dia Miliki ku (Dia Milikku)
General FictionTiga kali ketukan di atas meja pengadilan agama, hari ini aku resmi menjadi janda cerai hidup dari pria tampan dan mapan, walaupun ada rasa sakit yang tidak bisa di gambarkan tapi sebagai wanita yang sudah bergelar ibu dari dua anak yang masih kecil...