Empat puluh hari kematian putriku sudah berlalu, setelah memilih resign dari kantor, aku mulai membuka usaha sendiri di rumah, dengan tabungan yang lumayan aku pun mendirikan sebuah mini market di samping rumahku.
Dan alhamdulillah selalu ramai.
"Aina kamu kapan nikah, bukannya udah tunangan sama Rain anak konglomerat?, tanya ibu-ibu yang datang belanja .
"Aku belum siap untuk menikah lagi ", jawabku.
"Rujuk aja, atau kasih mantan suamimu buat ku jadikan mantu untuk anak gadisku!, kata ibu satunya lagi.
"Ya ampun ibu, aku itu masih gadis kok mau di kawinkan ama duda", marah anak gadis ibu itu.
"Kamu belum lihat saja, orang ganteng, tinggi putih bertubuh atletis, dan putra tunggal tuan Malik Adam, lebih tajir melintir dari tunangan Aina yang sekarang", jawab ibu itu pada putrinya membuat putrinya senyam- senyum.
Saat ibu-ibu lagi ramai berbelanja malah Jakkub datang,buat ibu-ibu heboh, tapi Jakkub hanya cuek aja.
"Hai,, sayang",kata Jakkub mengambil alih mengendong Vito.
"Jak,,,", panggil ibuku yang baru datang.
"Ibu,,", jawab Jakkub langsung ingin salim tapi ibuku menepis tangan Jakkub.
"Jakkub kamu jangan sering datang, ibu gak mau kalau nanti Aina mau kembali sama kamu, asal kamu tahu kamu itu udah terlalu sering menyakiti hati ibu,dan keluargan besar kami, dan kamu harus ingat sebentar lagi Aina akan menikah dengan Rain!.
"Aku minta maaf atas semua salahku pada ibu, dan semuanya, aku cuma mau di berikan kesempatan untuk membuktikan bahwa aku bukan Jakkub yang dulu! .
"Lebih baik sekarang kamu pergi, karena aku lebih baik mati daripada Aina kembali sama kamu", jawab ibu lagi membuat aku terkejut.
"Bu,,,", ucapku.
"Diam,,, kamu Aina,,,!.
Karena tidak mau ada keributan Jakkub pun pergi.
______________
Satu miggu Jakkub tidak pernah datang, aku inbox dia juga tidak pernah aktif.
Mungkin Jakkub malu dengan kata-kata ibu tapi aku tahu siapa Jakkub dia pantang menyerah, mungkin saja saat ini dia lagi sibuk.
"Nanti malam Rain dan keluarganya akan datang membahas tentang pernikahan kalian", ibuku memberi tahuku.
"Aku belum siap bu", jawabku.
"Sampai kapan kamu terus berkata seperti itu, kemarin kamu menolak untuk bertunangan dengan Rain, setelah ibu ancam baru kamu mau, apa sekarang ibu harus benar mati baru kamu mau?.
"Baiklah jika itu yang membuat ibu senang dan tidak membenci Jakkub lagi, aku akan menikah dengan Rain ", jawabku lalu pergi ke kamar.
"Kamu belum makan Aina ", teriak ibuku tapi aku langsung mengunci pintu kamarku.
____________
Malam ini lagi-lagi aku di paksa dandan cantik oleh ibuku tapi aku menolak, aku lebih memilih menggunakan dress sederhana warna navy, dan hanya mengikat sederhana rambut sebahuku,memoles sedikit lipstik rasa buah di bibirku, aku memang gak suka mek up ,dan ini lipstik kesukaanku.
Rain dan kedua orangtuanya sudah datang, rasanya aku ingin pergi jauh tapi aku tidak ingin membuat ibuku sakit .
Aku keluar kamar dan duduk bersama mereka di ruang tamu, Rain terus memandang ke arahku sedangkan aku hanya diam.
Saat ibuku sedang asyik berbicara dengan ibunya Rain, suara motor berhenti di depan rumah kami ,dan suara bariton yang selalu aku rindukan terdengar di pintu depan.
"Assalamualaikum,,", ucap Jakkub yang baru datang.
"Waalaikumsalam", jawab ayahku langsung menjemput Jakkub ke depan pintu dan mengajaknya masuk.
"Maaf,,, kalau kedatangan saya mengganggu, saya datang ke sini hanya untuk pamit pada putraku", kata Jakkub.
"Emangnya kamu mau kemana?, tanya ayahku.
"Malam ini aku akan terbang ke Paris ", jawab Jakkub membuat aku menahan bulir bening di mataku.
Mendengar itu aku kekamar mengambil Vito yang baru saja tertidur, lalu membawanya ke kapada Jakkub.
Jakkub mencium putranya.
"Aina,,, aku titip Vito jaga dia dengan baik, aku minta maaf sama kamu dan semuanya!, ucap Jakkub, lalu pamit pada orang tuaku dan pergi.
Saat motor Jakkub mulai bunyi aku langsung memberikan Vito pada ayahku dan berlari ke luar.
"Jakkub,,,,,", teriakku memanggilnya.
Tapi karena Jakkub sudah terlanjur gebut jadi aku berlari mengejarnya, Jakkub yang melihatku mengejar dari spion motornya langsung berhenti ,dan membuka helmnya.
Aku berlari ke arahnya dia pun turun dari motornya dan berlari menemui ku.
Aku memeluk tubuh kekarnya dengan erat, dia kembali memelukku erat, aku menagis terisak dalam pelukannya.
"Kenapa kamu terus membuat aku menagis?, ucapku masih terus menagis.
"Maafkan aku Aina", kata Jakkub sambil melerai pelukan kami berdua.
"Aku minta maaf sama kamu Aina, aku selalu buat kamu menagis", kata Jakkub lagi.
Aku menatap wajah laki-laki yang pernah menjadi suamiku ,laki-laki yang pernah melukaiku tapi hanya dia yang bisa menjadi obat pada lukaku.
Tidak perduli di tengah jalan.
Aku menarik lehernya dan mencium bibirnya, Jakkub mengangkat tubuhku untuk mengimbangi tinggi kami berdua, dia membalas ciumanku dengan lembut dan dalam.
Jakkub menyudahi ciuman cinta kami.
"Aku janji akan kembali, aku akan bawa kamu pergi jauh", ucap Jakkub lalu mencium keningku.
Dari belakang orang tuaku, orang tua Rain, dan Rain sendiri datang mengejar ku, mereka melihat Jakkub mencium keningku penuh cinta dan semuanya.
Jakkub kembali ke motornya ,dan pergi jauh meninggalkan aku yang masih berdiri memandangnya sampai akhirnya dia hilang dari pandangan.
"Aina,,, cepat pulang,, kamu buat ibu malu!, kata ibuku sambil menarik tanganku.
Next
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Janda ku Dia Miliki ku (Dia Milikku)
General FictionTiga kali ketukan di atas meja pengadilan agama, hari ini aku resmi menjadi janda cerai hidup dari pria tampan dan mapan, walaupun ada rasa sakit yang tidak bisa di gambarkan tapi sebagai wanita yang sudah bergelar ibu dari dua anak yang masih kecil...