Dia Janda Ku Dia Millik Ku (Dia Millik Ku)bab:42

79 0 0
                                    




Setelah Jak benar-benar pulih kami pamit pulang.

Begitu sampai di rumah Jak langsung ke ruang kerjanya , dia memang seorang lelaki yang gila kerja, aku pun kedapur membuatkannya minum.

"Gak besok aja!, ucapku sambil meletakkan kopi di atas meja kerjanya.

"Gak bisa sayang ini udah numpuk ", jawabnya lalu meminum kopi buatan ku.

"Kalau gitu aku bantu ", ucapku.

"Ini yang di dalam perut bawa istirahat!, kata Jakkup  mengelus perutku.

"Ya udah aku ke kamar  dulunya", pamitku.

Di kamar bukannya istirahat tapi sibuk dengan laptopku memeriksa semua data yang dikirim Dimas.

"Aina kamu gak istirahat?, tanya Jakkup begitu masuk ke dalam kamar dan langsung berbaring  di sampingku yang masih duduk dan pokus melihat ke arah layar leptop.

"Suamimu bertanya Aina!, kata Jak lalu menutup leptop ku.

"Jak kamu ini, aku lagi cek semua data yang di kirim Dimas ", jawabku.

"Mulai besok aku akan masuk kantor", ucapku padanya membuat dia yang tadinya berbaring langsung duduk.

"Jangan harap aku izinkan", jawabnya.

"Aku bosan di rumah terus, udah berapa tahun aku hanya pusing dengan rutinitas yang sama , ini bisnisku jadi wajar kalau aku datang tiap hari, atau tiap-tiap miggu".

"Apa kamu mulai berani melawan aturanku?, tanya Jakkup dengan wajah mulai tidak suka.

"Bukan melawan tapi sekarang anak-anak juga udah sibuk dengan sekolah dan les jadi aku ingin kembali ke kantor, terus pulang sebelum mereka pulang les", jawabku dengan wajah takut, karena wajah Jak mulai terlihat marah.

"Kalau mau silahkan ikut  kerja di kantor perusahaan milikku, bisnis mu aku akan urus, karena untuk sekarang ini aku tidak percaya lagi dengan siapa pun termasuk Dimas", kata Jak.

"Oke,,, yang penting aku bisa keluar tiap-tiap hari gak di rumah terus ", jawabku dengan wajah bahagia sedangkan Jak terlihat tidak suka.

___________________

Pagi sekali aku sudah siap dengan dress warna putih sebatas  lutut, dan rambut sebahu hitam lurus dan lebat ku aku biarkan tergerai indah.

"Kamu mau kemana pagi-pagi udah cantik?, tanya Jak.

"Kok tanya, bukannya hari ini aku boleh ikut masuk kantor ", jawabku.

"Di kantor perusahaan yang satunya semua tahu siapa kamu, tapi yang sekarang  belum ada yang tau, nanti aku kenalkan  ", kata Jakkup.

"Gak usah di kenalin, justru aku mau gak ada yang tau bahwa aku istrimu, aku mau bebas bergaul dengan semua orang,biar gak ada yang sungkan atau pakai hormat-hormat ", jawabku membuat Jak memicingkan mata.

"Terserah kamu lah Aina ", kata Jakkup.

Kami berangkat ke kantor sambil mengantar anak-anak ke sekolah, nanti saat pulang selalu di jemput mertuaku dan mereka les privat di rumah mereka, papa mertuaku yang minta seperti itu biar dekat dengan cucunya dan rumah mewahnya tidak sepi.

Sampai di kantor perusahaan yang begitu besar dan mewah semua orang melihat ke arah kami berdua.

"Pagi tuan muda",tegur salah seorang lelaki yang cukup tampan .

"Pagi juga, Oya tolong kamu antar dia keruang karyawan!, kata Jakkup pada laki-laki tersebut sambil menunjuk ke arahku.

Setelah di antar keruang karyawan yang sangat luas aku mengambil posisi duduk di kursi ke empat dari depan, lalu laki-laki tadi pergi.

Rasa bahagia di hati karena hari ini keluar dari rumah yang membosankan, dan gak nyangka juga semua karyawan di sini ramah mereka banyak yang nyamperin sekedar berkenalan dan mengucapkan selamat bekerja di perusahaan tuan Jakkup Malik Adam putra tunggal dari pria kaya raya berdarah bangsawan timur tengah.

Aku pun mulai sibuk dengan pekerjaanku dan dalam beberapa menit udah siap lalu aku antar ke ruangan Jak.

Masuk ke dalam ruangan presiden direktur tanpa permisi aku langsung memeluk tubuh kekar laki-laki yang sedang berdiri sambil menerima telepon.

Jak mematikan panggilan lalu memelukku erat.

"Semua dokumen udah aku letakkan di meja", ucapku sambil bergelayut manja di lengan kekarnya.

Jak membawa ku ke meja kerjanya lalu mengecek semua hasil kerjaku sambil tersenyum.

"Cepat dan sempurna", kata Jakkup langsung mengangkat tubuhku ke atas meja.

Tangan kekarnya mulai nakal di dalam dressku dan bertahan menurunkan cd ku.

Dengan cepat dia membuka ikat pinggangnya dengan terus melumat bibirku.

Setelah beberapa lama akhirnya kami berdua berpelukan erat dengan napas tidak teratur.

"Ada untungnya juga kamu di sini", kata Jakkup sambil mengecup lembut leher putihku sehingga meninggalkan bekas sedikit merah.

Karena sudah jam makan siang aku keluar dari ruangan Jak langsung ke cafe yang sudah di sediakan oleh perusahaan.

Di cafe aku kumpul bareng  karyawan lainnya tertawa dan bercanda.

Jakkup menatapku dari luar kaca dengan tersenyum mungkin dia ikut senang dengan apa yang di lihat.

"Aina bos tadi melirik ke arah kita", teman baruku memberi tahu,membuat kami melihat ke arah Jak yang masih berdiri di luar cafe bersama beberapa rekannya.

Jakkup masih asik gobrol dan sesekali tertawa memperlihatkan lesung pipi dan deretan gigi indahnya, membuat dua wanita cantik di depannya terpesona, dan ini membuat darahku berubah jadi gas yang ingin meledak.

Selesai makan siang aku langsung ke ruang kerjanya Jak dengan wajah kesal.

"Kamu tadi makan siang di mana?, tanyaku begitu masuk.

"Di lestoran dekat kantor sekaligus bahas kerja ", jawab Jak.

"Terus kenapa tertawa begitu indah membuat dua wanita yang berdiri di depanmu tidak berhenti memandang?, tanyaku , aku gak tau kenapa di kehamilan ini aku sangat sensitif.

"Aina kamu ini kayak anak kecil,gak mungkin aku terus dengan bibir manyun, dan ini yang aku takutkan jika kamu masuk kantor lagi, kamu akan berubah jadi tukang ceramah", kata Jakkup padaku.

"Mulai besok kamu harus makan di cafe perusahaan gak boleh di luar, dan kurangi senyum!, ucapku lagi membuat Jak tertawa lalu menjewer pipiku.

"Baik tuan putri", jawab Jak sambil tertawa.

Next

Dia Janda ku Dia Miliki ku (Dia Milikku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang