Dia Janda Ku Dia Miliki Ku Bab 25

150 3 0
                                    



"Aku bicara hanya di mulut saja, tapi di dalam hati aku tidak menginginkan Jak terluka apa lagi sampai meninggal", ucapku lirih dengan air mata bercucuran tanpa beranjak dari depan tv.

"Aina sayang, kamu sabar nak!, ucap ibuku sambil mengelus rambutku.

"Ibu Jak gak mati, dia belum memenuhi janjinya padaku ", tangis ku kembali pecah di depan ibuku.

Aku berlutut ke lantai dan terus menangis.

"Jak,,,,, kenapa kamu terus membuatku menangis, aku tidak akan memaafkan mu jika tidak kembali ", teriakku di celah tangisku.

Ibuku memelukku erat, sedangkan kakak dan bapakku melihatku tanpa berkata apapun.

"Aina,,", panggil ibuku, saat suara tangisku tiba-tiba berhenti.

"Dion, adikmu pingsan cepat angkat dia!, kata ibuku mulai panik, walaupun dia sering marah tapi aku tahu dia sangat menyayangiku.

Aku di bawa ke dalam kamar dan membaringkanku di atas ranjang,ibu lansung mengoleskan minyak kayu putih di beberapa bagian tubuhku.

Dion melirik foto besar yang tergantung di dinding kamarku, foto di mana Jak mengendong putrinya Mentari sambil memelukku yang masih dalam keadaan mengandung Vito saat itu.

_______________

Saat pesawat terjatuh aku berhasil loncat tapi sayangnya , bagian bahu dan perutku mengalami tusukan yang cukup dalam , kaki kiriku juga mengalami patah karena terbentur cukup kuat pada batu besar.

Dengan luka yang cukup parah aku menyeret kakiku menuju pesawat yang terjatuh, untuk mengambil kotak obat.

Dari kejauhan aku melihat rekanku yang sudah tewas di tarik keluar oleh sekumpulan serigala, aku tidak bisa berbuat apa-apa karena darah sudah banyak keluar dari lukaku, pandangan ku juga mulai kabur

Aku harus tetap sadar, kalau tidak aku juga akan jadi mangsa mereka.

Dengan tekad yang kuat untuk tetap hidup aku mengunakan kesempatan saat serigala sibuk dengan makanan mereka.

Berhasil mengambil kotak obat, aku mengunakan sayap pesawat yang patah sebagai papan seluncur, dan pergi jauh walaupun aku tahu kalau tim penyelamat akan datang ke sana, tapi menuggu mereka datang sama saja dengan bunuh diri.

Luka di bagian perut yang cukup patal karena bisa mengakibatkan pendarahan, ku bersihkan lukaku dengan alkohol, lalu menjahitnya, rasa sakit cukup gila tapi masih bisa aku tahan.

Aku kembali memeriksa kakiku yang patah dan kembali merangkak mengambil beberapa kayu, mengikatnya pada kakiku dengan ikat pinggangku dengan sangat kencang sampai aku mendengar suara tulang ku, jangan tanya bagaimana rasanya.

Tinggal luka di bahuku, ini cukup ringan bagiku, menjahitnya dan menutupnya dengan plester.

Setelah selesai semuanya ,aku bersandar pada pohon mengatur nafas, lalu mengambil senjata api mengisinya dengan peluru karena di hutan ini banyak serigala.

Rasa sakit dan banyak darah yang keluar membuatku tidak sadarkan diri.Sampai akhirnya kembali sadar,ternyata sudah malam udara sangat dingin Walaupun sudah memasuki ujung musim.

Para penyelamat pasti sudah pergi, dan mungkin besok akan datang lagi.

Aku membuat perapian dengan cara tradisional, berharap ada hewan melata yang lewat untuk bisa ku jadikan sumber tenaga.

Tuhan memang sangat baik di depanku ada seekor kelinci dan beberapa tikus tanah, tanpa membuat suara aku mengarahkan pisau tepat ke arah kelinci.

Segera menyembelihnya dan mengulitinya,membuang isi perutnya lalu membakarnya, ini dalam keadaan darurat tidak mungkin aku pergi mencari sungai untuk mencucinya.

Dangig kelinci yang gemuk masak dengan sempurna, ini cukup membuatku bertenaga apalagi setelah aku banyak kehilangan darah.

Selsai makan dan mengubur bekas darah kelinci dan lainnya biar tidak mengundang hewan buas aku kembali bersandar pada pohon membuka tas ransel kecil yang selalu aku bawa.

Ternyata hv ku sudah kehabisan betri, aku beralih mengambil album foto kecil dan membukanya, melihat foto Aina dan anak-anakku.

"Aina kamu ingin aku pergi  dari hidupmu, mulai malam ini aku akan pergi  dan akan pulang tapi tidak lagi menjadi Jakkup yang selalu membuatmu menangis, tapi hanya sebagai ayah untuk anakku tanpa mengganggu hidupmu lagi", aku berbicara pada diriku sendiri.

_________________

Satu bulan telah berlalu, pencarian Jak sudah di hentikan. Pengacara Jak datang ke rumahku memintaku untuk menandatangani semua surat warisan yang di buat oleh Jak.

Sejumlah perusahaan di dalam dan luar negeri, perkebunan, peternakan, dan banyak aset perusahaan lainnya yang setiap bulannya menghasilkan uang miliaran membuat orang tuaku dan orang tuanya Rain yang kebetulan ada pada melongo.

Tapi aku menolak menandatangani karena aku yakin Jak masih hidup.

"Aku akan membantu mengurus semua perusahaan karena ini milik anak-anakku, tapi untuk menandatangani aku tidak bisa karena sampai kapan pun semua ini milik Jak dan anaknya",kataku pada pengacara.

"Baiklah kalau begitu saya permisi, kata-kata nyonya akan saya sampaikan pada tuan Malik ", pamit pengacara Jak lalu pergi.

"Aina seharusnya kamu menerima semuanya, kamu juga butuh masa depan", ucap mamanya Rain.

"Ma,, apa yang Aina ambil sudah benar, hidup bahagia itu bukan hanya di dapat dari kekayaan yang berlimpah, kadang hidup sederhana jauh lebih bahagia tidak terlalu pusing urus ini itu ", jawab Rain pada mamanya, membuat mamanya terlihat kecewa.

Next



Dia Janda ku Dia Miliki ku (Dia Milikku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang