Hari ini akad nikah dan resepsi pernikahan kakakku Dion dan Tasya adik tirinya Jakkup di langsungkan.
Kebaya modern warna putih yang pas di tubuh sintal putih padatku terlihat begitu anggun, walaupun tanpa polesan make up di wajah tapi masih terlihat segar mungkin pengaruh wajah Turki yang ku wariskan dari sang ibu, entah kenapa di kehamilan kali ini menggunakan make up membuatku ingin muntah.
"Sayang kamu cantik", kata Jakkup memelukku dari belakang.
"Cantik apanya, aku gak make up", jawabku.
"Justru kecantikan mu terpancar tanpa polesan, dan itu yang membuat ku jatuh cinta ", jawab Jak membuat ku senyam-senyum.
"Gak usah ngembombal, kita keluar tamu udah pada datang!, ucapku sambil menganding tangannya.
Keluarga Rain dan tuan Alek dan yang lainnya semua sudah datang, kakakku Dion dan Tasya begitu sempurna dalam balutan pakaian pengantin dengan nuansa warna putih.
"Kok nyonya Dian Nugraha mau ya putrinya nikah sama laki-laki kampung?, kata istri tuan Alek saat sedang duduk di antara tamu lainnya.
"Eh,, jaga tu mulut!, walaupun Dion orang kampung tapi dia seorang dokter yang punya rumah sakit sendiri dan beberapa klinik, dia juga putra tuan tanah di kampung ini , Dion laki-laki baik justru Tasya yang beruntung karena zaman sekarang ini sulit mencari laki-laki kayak dia ", jawab beberapa mak-mak kampung yang duduk di sebelah istri tuan Alek.
"Jangan asal jawab saya gak bicara dengan kalian ", kata istri tuan Alek dengan wajah marah.
" Dion itu orang terhormat di kampung ini dan pantang bagi kami kalau ada yang menghinanya , lebih baik anda yang diam kalau gak siap menghadapi kejamnya mulut mak-mak kampung!, balas mak-mak membuat istri tuan Alek diam dengan bibir manyun.
Selesai akad nikah dan resepsi pertama di lanjut dengan resepsi kedua, kakakku Dion dan Tasya berganti pakaian pengantin dengan nuansa modern.
Di tengah kebahagiaan tiba-tiba Jak berteriak dan berlari sangat cepat ke arahku dan suara tembakan beruntun sampai empat kali membuat semua orang ricuh.
"Jakkup,,,", teriakku begitu melihat suamiku kena tembak di bagian punggungnya karena menyelamatkan ku.
Di depan seorang wanita berdiri dengan masih memegang senjata api dengan air mata bercucuran.
"Jak,,,", teriak wanita yang tidak lain adalah Jenny .
Jenny langsung di ringkus oleh beberapa petugas desa, sementara Jakkup kena tembak di bagian punggung ,lengannya dan dua warga yang terkena juga langsung di larikan ke rumah sakit.
"Tuan Jak,,, bukan kamu yang ingin ku bunuh tapi Aina, aku tidak sudi jika dia menjadi istrimu, yang boleh jadi istrimu cuma aku", teriak Jenny sambil ngamuk.
"Jika sampai yang tadi kena tembak adalah Aina kamu akan saya bunuh", jawab Jak pada Jenny, sambil menahan rasa sakitnya.
"Saya tidak menyangka kamu iblis, beraninya kau ingin membunuh menantu dan cucuku", marah tuan Malik lalu menampar wajah Jenny dengan sangat keras.
Dalam beberapa menit polisi datang dan langsung meringkus Jenny , sementara Jak langsung di tangani oleh kakakku Dion.
"Bagiamana keadaannya?, tanya tuan Malik pada Dion begitu dia keluar dari ruangan di mana Jak di tangani.
"Kita beruntung peluru tidak megenai organ penting, walaupun megenai tulang tapi itu bisa di atasi ", jawab kakakku membuat kami lega.
"Boleh aku masuk melihatnya?, tanyaku padanya.
"Untuk sementara biarkan dia istirahat!, karena cukup banyak darah yang keluar tadi, kita bisa lihat dari luar kaca untuk sementara ", jawab Dion pada kami, lalu pamit untuk melihat kondisi dua warga yang juga kena tembak dan di larikan ke keliniknya.
Aku melihat Jak yang tertidur dalam keadaan tengkurap karena Dion mengeluarkan peluru dari punggungnya.
"Aina maafkan papa karena telah memaksa kalian untuk mengizinkan Jenny tetap tinggal di rumah kalian", kata tuan Malik.
"Anggap saja sebagai pelajaran untuk lebih berhati-hati dan tidak mudah percaya dengan perubahan orang pada kita", jawabku.
________________
"Tunggu sampai luka Jak benar-benar sembuh baru kalian pulang!, kata kak Dion pada kami.
"Itu benar", jawab Tasya dan orang tuaku.
Aku pun menyetujui permintaan mereka.
"Seharusnya kamu tidak usah melukai diri mu sendiri", ucapku pada Jak saat kami sedang duduk santai di teras belakang.
"Nyawa mu lebih berharga dari apa pun di dunia ini Aina", jawab Jak.
"Apa kamu sangat mencintaiku?, tanyaku padanya.
"Lebih dari nyawaku sendiri, walaupun dulu aku selalu membuatmu menangis tapi jauh di lubuk hati kamu yang paling aku sayang", jawab Jak.
"Datang sudah rayuan maut raja buaya darat ", jawabku membuat Jak menarik hidungku.
"Bukti apa lagi yang kamu mau Aina, sudah tiga kali aku selamat dari maut, apakah jika nanti aku benar mati baru kamu percaya?, tanya Jak membuat ku menatapnya dengan tatapan tidak suka dengan pertanyaannya.
"Kamu hanya boleh mati jika mati bersamaku, karena aku tidak bisa hidup tanpamu aku ingin selalu bersama hingga ke pembaringan terakhir", ucapku.
"Apa kamu tidak gombal?, tanya Jak sambil tertawa kecil.
"Sejak kapan kamu tahu aku suka gombal, apa yang aku katakan dari sini ", jawabku sambil meraih tangannya dan meletakkannya di atas dadaku.
"I'Love you", kata Jakkup dengan tatapan mata penuh cinta.
"My husband I'Love you", jawabku lalu mencium bibir indah miliknya.
Next
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Janda ku Dia Miliki ku (Dia Milikku)
Ficción GeneralTiga kali ketukan di atas meja pengadilan agama, hari ini aku resmi menjadi janda cerai hidup dari pria tampan dan mapan, walaupun ada rasa sakit yang tidak bisa di gambarkan tapi sebagai wanita yang sudah bergelar ibu dari dua anak yang masih kecil...