12

2.9K 380 25
                                    

-Lucas Robert Hemmings-

"Mum, i'm home." Seruku ketika aku sudah masuk kedalam rumah. Well, tidak ada yang membalasnya tetapi aku bisa mencium bau masakan dari dapur. Aku tahu itu pasti ibu yang sedang memasak untuk tamunya nanti.

Aku pun menaruh tasku disofa dan langsung berjalan menuju dapur dan melihat ibu yang sedang memasak.

"Akhirnya kau pulang juga," ujar ibu sambil tersenyum kearahku, lalu ia melanjutkan memotong sayurannya lagi. Aku hanya tersenyum lalu duduk diatas counter dapur ini sambil melihat ibu yang sedang memasak.

Well, apakah nanti istriku akan lebih jago memasak dari ibuku? Hahh... Aku suka sekali membayangkan hal yang seperti itu ketika sendirian atau ingin tertidur. Katakan aku lebai karena membayangkan hal seperti itu, hahaha.

"How was campus, Luke?" Tanya ibu kepadaku tetapi matanya masih fokus dengan masakannya. Aku menghela nafasku, "baik seperti biasa, tadi hanya ada ujian jadinya aku pulang cepat." Jawabku dan ibu hanya mengangguk mengerti.

"Apa ada seseorang yang membuatmu tertarik dikampus?" Aku memutar mataku ketika ibu membahas itu. Kau tahu, aku sangat malas membahas yang seperti ini.

"Pertanyaanmu sama seperti pertanyaan temanku, mum." Ujarku dan ibu hanya terkekeh sambil memasukan bumbu kedalam masakannya, entahlah itu bumbu apa.

Aku hanya diam memperhatikan ibu yang sedang mengaduk masakannya. Dan tiba-tiba pemikiranku yang ingin pindah itu pun muncul kembali. Entahlah, aku ingin sekali mempunyai apartement sendiri dan tidak tinggal bersama orang tua lagi, seperti Ben. You know.. aku hampir 25 tahun dan aku sudah tidak cocok lagi tinggal bersama orangtuaku.

"Kenapa diam Luke?" Lamunanku soal itu pun buyar dan langsung melihat kearah ibu. "Uh- tidak, hanya saja... uh, bolehkah aku pindah? Maksudku-- aku ingin memiliki rumah sendiri, mum." Itulah yang keluar dari mulutku dan sekarang aku mengigit bibir bawahku dan menunggu ibu menjawabnya.

Ibu pun mengerutkan keningnya dan menatapku. "Kau yakin ingin punya rumah sendiri?" Tanya ibu meyakinkanku dan aku langsung mengangguk mantap.

Ibu menghela nafasnya, lalu membelakangiku dan melanjutkan kegiatan memasaknya. "Mum sih terserah. Tanyakan ini sama ayahmu nanti." Aku langsung tersenyum dengan ucapan ibu. Aku yakin ayah pasti mengizinkanku.

Tiba-tiba bel pintu rumah berbunyi. Ibu langsung tersenyum dan melirik pintu rumah itu, lalu kembali menghadapku. "Itu teman mum!" Gumam ibu sambil mematikan kompornya dan bisa dilihat ibu sangat senang sekali kedatangan tamunya itu. Aku hanya bisa menggeleng melihatnya. Aku pun turun dari counter meja itu dan mengikuti ibu dari bekalang untuk ikut menyambut tamunya itu.

Entahlah tiba-tiba perasaan tidak enak itu kembali lagi dan jantungku awalnya normal menjadi berdetak lebih cepat. Aku mengerutkan keningku bingung. Apa yang terjadi? Aku langsung meggelengkan kepalaku dan berusaha menghilangkan perasaan tidak enakku itu. Aku menarik nafasku dalam dan kukeluarkan perlahan agar jantungku tidak seperti ini lagi.

Ketika sudah berada didepan pintu, ibu pun langsung membukanya.

"Hi, Liz!" Ketika orang itu berseru senang aku langsung mendongakan kepalaku melihat kearah orang itu, ya sedari tadi aku hanya menunduk. Betapa terkejutnya aku ternyata yang membuat perasaanku tidak enak adalah dia, Gabriella. Ternyata ibunya adalah teman ibuku.

"Ga- gabriella?" Gumamku dan aku meneguk air liurku, seperti gugup. Dia melihatku sama terkejutnya sepertiku, tetapi dia hanya diam.

"Kalian sudah saling kenal?" Tanya ibu bingung ketika ibu dan temannya sudah selesai berpelukan. Aku dan Gabriella pun sama-sama melihat kearah ibu kita masing-masing.

SYDNEY 》l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang