20

2.6K 313 49
                                    

-Lucas Robert Hemmings-

"I love you"

"I love you too, luke"

"Maybe, we need to move to the backseat?"

"Why not in your apartement?"

"I really want to do this in my car. It's going be fun, babe. Trust me."

"Whatever you want, Luke."

Aku langsung terbangun dari mimpiku itu. Aku terengah-engah dan langsung mengambil segelas air yang berada diatas nakasku lalu meminumnya.

What the hell was that? Aku bersama wanita didalam mimpi itu, aku tidak tahu siapa, tetapi kita ingin melakukan err-- make-out didalam mobil, i guess. Oh astaga, aku hampir 25 tahun, tapi aku masih saja dihinggapi mimpi seperti itu.

Aku pun menaruh kembali gelas yang sudah kosong itu diatas nakasku, lalu mengambil handphoneku yang berada disana juga. Ketika kucek baru jam 8 pagi, sedangkan aku mengajar sekitar jam 10.

Aku masih memikirkan mimpi itu lagi. Aku bertemu wanita itu lagi didalam mimpiku, tapi aku tidak tahu dia siapa dan wajahnya tidak kelihatan. Ya, sebelum itu aku pernah memimpikannya, tetapi waktu itu ketika aku masih berumur 15 tahun. Waktu itu aku baru mengalami puber pertamaku.

Aku heran kenapa umurku yang sudah segini dihinggapi mimpi seperti itu lagi? Atau ini karena aku sudah jarang melakukan err-- hubungan intim dengan wanita?

"Jangan berpikiran yang macam-macam, Luke." Gumamku sambil menutup wajahku menggunakan telapak tangan. Setelah pikiran ngacoku itu hilang, aku memutuskan untuk mandi. Aku pun bangkit dari kasurku dan langsung mengambil handukku yang berada didalam lemari lalu aku pun masuk kedalam kamar mandi.

Setelah 15 menit aku pun keluar dengan handuk yang hanya melilit dipinggangku. Aku langsung berjalan kembali kearah lemari dan mencari pakaian yang akan kugunakan. Aku memutuskan untuk menggunakan kaos hitam biasa, ditambah denim jacketku, dan celana skinny jeans andalanku juga. Setelah itu aku melihat kearah cermin dan sedikit menata rambutku menggunakan gel.

Aku menghela nafasku ketika sudah selesai. Aku pun berjalan menuju tempat tidurku dan kurapikan sedikit. Setelah itu aku mengambil kacamataku yang berada diatas nakas lalu kumasukan kedalam kotak asalnya dan habis itu aku mengambil kunci mobilku juga, dan tak lupa juga aku mengambil tasku yang berada diruangan kerjaku. Ya, di apartement ini juga mempunyai ruang kerja dan itu berada disebelah kamarku.

Ketika aku sudah masuk keruangan kerjaku aku langsung membuka tasku yang berada di sana lalu kumasukan laptopku yang kutaruh di atas meja. Setelah itu aku pun memakai tasku tetapi aku hanya memakainya disatu pundakku saja.

Setelah kurasa semuanya sudah siap, aku pun turun kebawah dan langsung ingin meninggalkan apartement ini. Ya, aku tahu seharusnya aku sarapan terlebih dahulu, tetapi karena aku tidak bisa memasak terpaksa aku sarapan di Caféteria kampus. Sewaktu aku di Melbourne aku juga melakukan hal yang sama seperti ini dan aku sudah terbiasa.

Ketika aku sudah keluar dari apartementku, aku pun menguncinya dan setelah itu aku melangkahkan kakiku menuju lift. Aku pun menekan tombol yang berada di lift itu dan aku menunggu sebentar pintu lift itu terbuka.

Tak lama pintu lift pun terbuka dan aku langsung melebarkan mataku lumayan kaget karena aku bertemu dengannya lagi. "Wait. What? Olivia?" Gumamku dan bisa lihat dia sama kagetnya denganku. Aku pun masuk kedalam lift itu. "Kau ngapain di sini?" Tanyaku ketika aku sudah menekan tombol di dalam lift ini.

"Aku tinggal di sini, Luke. Kau?" Ternyata Olivia tinggal disini juga. "Aku juga tinggal disini, aku baru pindah kemaren. Apartementmu dilantai berapa?"

SYDNEY 》l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang