39

2.4K 230 39
                                    

-Still Lucas Robert Hemmings-

Aku sudah menyelesaikan makanku, sekarang aku pun langsung naik ke atas menuju kamar untuk menemui Gabriella yang sedang beristirahat, tetapi ketika aku sudah berada di depan pintu aku mendengar suara isakkan tangis. Astaga, Gabriella kenapa lagi?

"Baby?" Gumamku ketika aku sudah membuka pintu kamarku. Yang pertama kali kulihat adalah Gabriella yang menangis sambil menutupi seluruh tubuhnya itu menggunakan selimut. Aku pun melangkahkan kakiku padanya dan duduk di sisi kasur untuk melihatnya.

"Oh, Luke astaga." Ketika Gabriella melihatku dia pun langsung menghapus airmatanya itu lalu melihatku kembali. "Kau kenapa, hm? Katanya kau mau menceritakan semuanya." Ujarku sambil mengelus pipinya.

"Ak- aku tidak ingin kehilangan Ethan, Luke." Seketika itu juga aku diam ketika Gabriella mengatakan itu. Mengatakan bahwa dia tidak ingin kehilangan temannya yang bernama Ethan itu dan ternyata Gabriella menangisinya. Entahlah itu membuat hatiku sesak.

"Memangnya dia kenapa, hm?" Tanyaku lagi dan kali ini tanganku berpindah pada rambutnya dan aku mengelusnya pelan. "He got cancer and he is dying. Aku tidak ingin kehilangannya ka- karena--"

Aku pun mengerutkan keningku karena Gabriella memotong ucapannya dan seketika itu juga air matanya kembali turun dan aku pun menghapusnya menggunakan jari jempolku.

"Tapi kau jangan marah ya?" Aku mengangguk. Gabriella pun menghela nafasnya itu, "He is my first love, Luke."

Alright, ternyata sedaritadi Gabriella membahas mantannya yang sakit itu padaku. Aku tidak marah padanya hanya saja aku tidak suka, tapi kali ini aku harus berusaha menjadi pendengar yang baik untuknya.

Aku pun berbaring di sampingnya dan menatap matanya yang indah itu, "Alright so kapan kau berpacaran dengan Ethan itu dan kenapa dia bisa terkena kanker?" Aku pun mulai bertanya seputar teman atau mantannya yang bernama Ethan itu padanya.
Ketika kutanya seperti itu Gabriella malah terkekeh dan itu berhasil membuatku mengerutkan kening bingung. Tadi dia menangis, tapi sekarang ketika kutanya seperti itu dia malah terkekeh.

"Your sounds like jealousy, Mr. Hemmings." Celetuknya. Wait, apakah benar? Kalau ya, ya aku memang cemburu but i'm keeping it cool. "Errr baby stop. Cepatlah cerita." Rengekku padanya.

"Okay-okay, jadi pada suatu har--"

"Ihh, bukan cerita seperti itu!" Rengekku lagi. Kali ini aku bisa merasakan kalau aku seperti bayi besar sekarang. Kulihat Gabriella kembali tertawa lalu dia pun menghela nafasnya itu dan mengelus pipiku.

"Jadi begini..."

Gabriella pun mulai memceritakannya. Menceritakan disaat-saat dia duduk dibangku kelas sebelas menengah atas. Menceritakan tentang bagaimana dia bisa dekat dengan kakak kelasnya, si Ethan itu dan ternyata orang yang waktu itu tidak sengaja menabrak Gabriella itu adalah kembarannya. Astaga, dunia benar-benar sempit sekali, tetapi ketika Gabriella menceritakan tentang Ethan ingin memutuskannya air matanya kembali terjatuh.

Aku pun langsung buru-buru menghapusnya, "Baby, kalau kau tak mau melanjutkannya, tidak apa-apa." Ujarku dan semakin aku mendekatkan tubuhku pada Gabriella yang kecil itu dan kaki kita pun bertautan.

"Maafkan aku Luke. Seharusnya aku tidak menceritakan ini." Lirih Gabriella yang berada di dadaku. Aku pun mengelus rambutnya dan membisikkan sesuatu, "It's alright, baby. Aku tahu kau membutuhkan teman untuk bercerita. Aku akan berusaha menjadi pendengar yang baik untukmu."

"Thanks, Luke. Kau mengingatkanku pada Austin."

Aku pun tersenyum, "Ya, sekarang tidurlah, baby. I love you."

SYDNEY 》l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang