-Gabriella Lexi Carter-
Aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal dibagian perutku. Oh astaga, aku sangat malas sekali untuk membuka mata. Aku pun meraba bagian perutku itu dan ternyata yang membuat perutku tidak nyaman adalah ada tangan seseorang.
Aku pun dengan terpaksa membuka mataku dan melihat tangan itu yang melingkar di perutku. Ternyata itu adalah tangan Luke. Aku pun tersenyum dan mengingat kejadian semalam. Awalnya di dalam mobil dan berakhir di atas ranjang kasur Luke.
Tapi senyumanku pun memudar ketika aku mengingat Luke mengatakan kalau ia mencintaiku. Waktu itu aku tidak tahu harus berkata apa, Luke sehabis mengatakan itu langsung melanjutkan permainannya lagi.
Aku tidak menyangka dia mencintaiku juga, sejak kapan dia sudah mempunyai perasaan padaku?
Aku juga mencintai Luke, tapi entah kenapa aku masih belum mau menjalini suatu hubungan dan aku juga takut kalau aku mempunyai hubungan dengan Luke, Luke akan cemburu berat karena bisa dibilang waktuku itu selalu bersama teman-temanku apalagi rata-rata semuanya laki-laki.
Tiba-tiba aku merasa Luke semakin memelukku erat dari belakang dan dia mencium punggungku lalu menghirup tubuhku. Aku pun tersenyum kembali dan langsung membalikkan tubuhku ke arahnya. Oh astaga, dia tampan sekali, di tambah dengan janggut tipis di sekitar rahangnya.
"Hai" sapaku sambil mengelus pipinya itu.
"Hai, err-- apa aku melakukannya sangat kasar semalam?"
Aku pun terkekeh, "Tidak juga, kau melakukannya sangat hebat semalam." Kulihat tiba-tiba pipinya memerah. Astaga, dia lucu sekali. "Kenapa kau blushing?" Kataku lagi dan tiba-tiba saja dia semakin memelukku erat dan kepalanya itu berpindah ke dadaku. Hahaha, aku tahu dia sedang berusaha menyembunyikan pipi merahnya itu.
Aku pun mengelus kepalanya itu dengan sayang dan sesekali mencium puncuk kepalanya.
"By, i think i've fallen in love with you"
Well, it wasn't surprised me at all, tapi aku tidak tahu harus mengatakan apa padanya. "I know." Hanya itu yang keluar dari mulutku. Dia pun langsung memposisikan tidurnya menghadapku lagi dan mengelus pipiku.
"Do you love me?"
Aku diam sebentar ketika dia menanyakan itu dan menatap mata indahnya itu. "Yes, i do, i love you, but--"
"But??"
Aku menghela nafasku, "Are you sure about this Luke?"
Dia pun mengerutkan keningnya padaku, "Yeah, ke-kenapa?" Bisa di dengar ada nada-nada cemas ketika ia mengucapkan itu. Aku pun menggeleng.
"Apa ini masalah umur?"
Aku kembali menggeleng, "Aku tidak mempermasalahkan umur. Hanya saja, kau yakin? You know, aku selalu menghabiskan waktuku dengan teman-temanku, apalagi rata-rata temanku itu semuanya laki-laki."
"Aku sudah terbiasa melihatmu bersama laki-laki."
Aku hanya tersenyum dan langsung bangkit dari kasur ini bersama dengan selimut yang melilit di tubuhku lalu berjalan ke arah lemari pakaiannya untuk mengambil flannelnya.
"Kenapa ditutupi, sih? Aku kan sudah melihat semuanya." Aku langsung melemparkan tatapan tajamku pada Luke dan dia malah tertawa. Aku hanya mendengus dan langsung masuk ke dalam kamar mandinya yang sudah tersedia di kamarnya. Tak dipikir panjang lagi aku langsung memakai flannelnya dan keluar dengan selimut ditanganku.
"Aku baru bangun, Mum."
"Hahaha, yeah i'm 25 now. Thank you."
"Kau ingin kutemani ke supermarket?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SYDNEY 》l.h
Fiksi Penggemar"Oh- um maaf sir, aku ingin serealnya." "Tidak, aku duluan yang melihatnya tadi." "Tapi aku mau serealnya, ini tinggal satu." "Tidak, aku yang duluan yang melihatnya." "Aku duluan yang mengambilnya berarti ini sudah menjadi punyaku." Copyright ©2...