9. Ucapan adalah janji

187 16 1
                                    

Keesokan harinya, Jo mendapatkan kabar dari pak Mahdi jika Aliyah kabur dari rumah tanpa seizin ayahnya itu. Jo benar-benar tak habis fikir dengan gadis itu, mengapa dia sangat brutal sekali padahal ayahnya mencoba membuatnya tenang.

Jo tidak tinggal diam, sejak pernikahan singkat itu Jo sudah menganggap Aliyah adalah istrinya dan kali ini tanggung jawab Aliyah ada di tangan Jo.

Jo bergegas pergi untuk mencari perempuan nakal itu, sebelumnya dirinya datang kerumah Pak Mahdi untuk menanyakan tempat yang sering dikunjungi Aliyah, dan pak Mahdi curiga akan tempat kerja Aliyah dan Cafe langganannya.

Tujuan awal Jo adalah ke tempat tongkrong Aliyah, yaitu Cafe. Tapi nihil, gadis itu tidak berada disana. Tak ingin berlama-lama, Jo melanjutkan jalannya lagi menuju tempat kerja Aliyah. Ya, gadis itu memang sudah bekerja sejak kepulangannya dari LA, dan menurut Jo tempat kerja Aliyah cukup besar.

"Semoga ada, awas aja kalo gak ada." Gumam Jo langsung bergegas masuk kedalam perkarangan kantor itu.

Hari sudah malam, Jo tidak beranggapan jika tempat kerja itu buka 24 jam, bahkan pintu perusahaan itu sudah terkunci cukup kuat.

"Ada apa mas?" Tegur seorang satpam membuat Jo terkejut.

"Emm pak, maaf mau tanya. Bapak hari ini melihat perempuan bernama Aliyah gak? Rambut sebahu, berponi, dan tingginya sebahu saya." Jelas Jo kepada satpam itu.

"Oh mba Aliyah, iya mas saya lihat. Tadi sore dia kesini bertemu dengan mba Widya teman kerjanya, terus sesudah itu mba Aliyah pergi, saya tidak tahu lagi deh." Jelas satpam itu kepada Jo.

"Bapak tau alamat rumah Widya?" Tanya Jo penasaran.

"Tidak mas, tapi saya punya nomor telfon suaminya, waktu itu dia pernah meminjam ponsel saya untuk meminta jemput suaminya." Ucap Satpam itu membuat Jo terdiam sejenak.

"Boleh bantu saya menghubungi nomor suaminya widya?" Tanya Jo dianggukan oleh satpam tersebut.

Satpam itu segera menghubunginya menggunakan ponselnya itu. Tak lama tersambung.

"Halo?"

"Maaf mas, saya satpam di kantor Mba Widya, ada seseorang yang ingin bertanya kepada mba Widya dan saya hanya mempunyai nomor anda suaminya Mba Widya."

"Oh iya pak ada apa? Saya Widya."

Satpam itu melirik Jo dan akhirnya memberikan ponselnya kepada Jo.

"Maaf mengganggu malam-malam mba, saya Jo suami– ah saya Jo temannya Aliyah, saya ingin bertanya mengenai Aliyah." Ucap Jo terlihat bingung ingin memperkenalkan seperti apa.

"Iya?"

"Kata satpam disini mba hari ini habis bertemu Aliyah? Apa benar?" Tanya Jo.

"Iya benar."

"Kalo boleh saya tahu, Aliyah berkata akan pergi kemana ya? Soalnya saya mencarinya kesana-kemari tidak ada, bahkan ayahnya sudah sangat khawatir akan kepergian Aliyah." Ujar Jo.

"Maaf apakah ini mas Jo? Laki-laki yang menikahi Aliyah secara mendadak itu?"

Jo terdiam beberapa saat, ternyata Aliyah sangat dekat dengan Widya sehingga membicarakan masalah itu kepadanya.

"Iya."

"Aliyah memang bertemu saya tadi sore di kantor, dia berkata jika dia akan pergi kerumah neneknya dibandung, dia juga meminta izin kepada atasan untuk cuti beberapa minggu kedepan." Ujar Widya menjelaskannya kepada Jo.

"Rumah neneknya?"

"Iya mas. Tapi sebelum itu dia bertanya tentang dokter yang menangani kuretase kandungan saya, karena kebetulan saya pernah mengalami keguguran saat hamil anak pertama."

JOURNEY OF JO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang