Reksa menuangkan air putih kedalam gelasnya santai. Dia berdiri memandang bangunan-bangunan kota Jakarta yang menyala pada malam hari dari balik jendelanya. Reksa terpaksa tinggal di apartemen karena Pak Maldrich mengusirnya tetapi Pak Maldrich tidak putus mengirimnya sebuah pesan jika besok adalah waktu persaingan tiba. Bohong jika Reksa tidak cukup cemas saat ini.
Apakah dirinya bisa memenangkan tender besar itu disaat perusahaannya mengalami masalah seperti ini?
Akankah perkataan pak Maldrich benar, jika Reksa akan kembali menjadi gelandangan dan hidup susah jika tidak memenangkan tender besar tersebut?
Entahlah, pikiran Reksa sedang berkecamuk. Belum lagi masalah dirinya dengan Jo dan Aliyah. Reksa hampir melupakan tujuannya akan menikahi Aliyah karena suatu pekerjaan.
Jika dibanding dengan Jo, kehidupan Reksa sangat sulit, meskipun Reksa memiliki uang yang cukup banyak dan berkehidupan mewah, tapi soal kebahagiaan Reksa tidak merasakannya. Apakah jika Jo tahu, Jo akan perduli? Atau bahkan akan marah karena Reksa telah berbohong kepadanya mengenai kehidupannya itu.
Reksa menghela nafasnya panjang, meminum air didalam gelas itu seraya masih memandang bangunan dibawah sana.
"Lo menang Jo."
****
Dilain sisi, Jo kebingungan sendiri pasalnya Atlas menangis cukup keras dan tidak bisa diam. Setelah diperiksa, ternyata Atlas sedang mengalami demam cukup tinggi. Namun, Jo tidak memiliki uang untuk membawanya kerumah sakit. Uang yang diberikan Reksa? Uang itu sama sekali tidak Jo pakai, bukan karena Jo gengsi, tapi Jo tidak mau menerima pemberian apapun dari Reksa. Jo ingin Atlas tumbuh besar dengan tanggung jawab Jo sendiri.
Drrrtt...Drrtt..
"Arya?"
"Ada apa Jo?"
"Ar, gue boleh pinjam uang lo lagi gak? Anak gue lagi sakit dan gue harus bawa dia kerumah sakit secepatnya Ar." Ucap Jo.
"Berapa Jo?"
"Dua juta aja Ar, nanti gue ganti."
"Gue gak bisa transfer Jo, gue lagi kerja, kalo lo butuh sekarang lo datang ke tempat gue kerja ya."
"Oke Ar, makasih ya."
Setelah mendapatkan uang pinjaman dari temannya itu Jo bergegas mengemasi perlengkapan Atlas, dia memasukannya kedalam tas kecil. Setelah itu, Jo membawa Atlas pergi dari kontrakan dengan berjalan cepat.
Jo harus segera ke clubbing dimana Arya bekerja, tapi tidak mungkin Jo membawa Atlas bersamanya. Jo mampir sejenak kerumah Bu Khasanah dan menitipkan Atlas disana.
"Ya Allah Jo, bawa kerumah sakit aja dulu." Ucap Bu Khasanah.
"Jo belum ada uang Bu, ini Jo mau meminjam uang teman dulu."
"Yaudah Atlas ibu bawa kerumah sakit ya, nanti kamu nyusul." Ujar Bu Khasanah langsung mengamb alih Atlas dari Jo.
"Iya Bu, Jo nyusul." Ucap Jo langsung bergegas pergi dari hadapan Bu Khasanah. Dia berlari cepat dipinggir jalanan yang cukup ramai. Tidak perduli sejauh apa tempat Arya bekerja, intinya Jo harus segera sampai.
Dilain sisi, Aliyah bersama dengan Widya didalam mobil menuju rumah Aliyah. Widya sudah beberapa kali mendengarkan Aliyah bercerita bahkan menangisi keluarganya itu, bahkan Aliyah berkata jika dirinya tidak mau pulang ataupun bertemu Jo dan Reksa karena rasa bersalahnya.
"Udah al, gak usah dipikirin, ini bukan salah lo." Tutur Widya seraya fokus dengan mobilnya.
"Gak usah dipikirin gimana wid? Bokap gue pembunuh dan gue gak mau dia dipenjara. Tapi Dilain sisi, gue juga gak mau Jo dan Reksa tau. Gue bener-bener bingung." Ucap Aliyah seraya terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOURNEY OF JO [END]
AcakMuhammad Jordie atau kerap dipanggil Jo, adalah seorang laki-laki sekaligus seorang kakak yang memiliki jiwa yang tangguh dan berani. Bagaimana tidak? Disaat yang lain bersekolah untuk mencapai cita-citanya, Jo lebih memilih bekerja untuk menghidupi...