23. Kebahagian Jo

139 15 2
                                    

Keesokan harinya, Jo bekerja dengan sangat giat. Dia tidak ingin berlama-lama memikirkan masalahnya itu. Pagi dia bekerja sebagai tukang servise dan malamnya dia bekerja bersama Adrian meskipun sesudah itu dia sangat menyesal atas pekerjaan malamnya, tapi dia harus bekerja untuk Aliyah dan calon anaknya itu.

"Terimakasih ya pak."

"Sama-sama mas Jo." Ucap bapak-bapak itu seraya membawa kipas angin yang sudah Jo benarkan.

"Jo?" Panggil Aliyah membuat Jo menoleh.

"Gue gendutan ya Jo?" Tanya Aliyah menunjukkan bentuk tubuhnya kepada suaminya itu.

"Iya lo gendut, makan lo aja banyak." Cibir Jo kembali duduk di kursi ingin melanjutkan pekerjaannya lagi.

"Kok lo gitu sih Jo, gue makan banyak aja karena ini bayi." Kesal Aliyah.

"Gapapa asalkan lo dan bayi lo sehat." Jawab Jo tanpa melihat kearah Aliyah, dia fokus dengan alat-alat kerjanya itu.

"Jo, lo tahu gak sih?" Tanya Aliyah.

"Apa?"

"Kandungan gue udah empat bulan, tapi gue sama sekali belum cek-up." Ungkap Aliyah membuat Jo seketika terdiam. Dia menoleh kearah Aliyah begitu saja.

"Gak bukan gitu maksud gue, gue gak ngajak lo untuk mengantar gue ke dokter kandungan, gue cuma bilang aja." Ucap Aliyah terdengar gugup.

"Hari ini gue antar cek-up." Ajak Jo tiba-tiba.

"Gak Jo, gak usah." Tolak Aliyah.

"Gue lakuin ini untuk anak gue bukan untuk lo." Ujar Jo membuat Aliyah menggaruk kepalanya merasa gugup.

"Udah sana siap-siap." Suruh Jo dianggukan oleh Aliyah.

"Gue siap-siap dulu."

Jo mengangguk lalu membalikkan tubuhnya melanjutkan pekerjaannya itu seraya menunggu Aliyah yang bersiap-siap.

Di dokter kandungan, Jo dan Aliyah menunggu antrean yang cukup panjang itu. Aliyah melirik beberapa ibu hamil dengan perut besarnya, akahkan perut Aliyah akan sebesar itu? Aliyah menundukkan kepalanya mengusap perutnya yang masih terlihat kecil itu.

Jo menyadari istrinya yang sedang termenung itu hingga dimana tangan Jo terangkat mengusap lengan Aliyah pelan. Aliyah menoleh kearah Jo.

"Gak usah khawatir, semua akan baik-baik aja." Tutur Jo dianggukan oleh Aliyah.

"IBU ALIYAH CLOE MAHDI!"

Nama Aliyah dipanggil cukup keras membuat kedua pasangan itu akhirnya bangkit dari duduknya dan masuk kedalam ruangan tersebut. Terlihat seorang paruh baya dengan kemeja putihnya duduk di kursi seraya tersenyum.

"Selamat pagi ibu Aliyah." Sapa dokter bernama Yuni itu.

"Pagi dok."

"Ada keluhan apa selama kehamilan ini?" Tanya dokter Yuni basa-basi.

Aliyah melirik Jo yang duduk disampingnya sejenak. "Saya sering merasa nyeri perut dok, tapi selama kehamilan saya ini saya gak merasa mual sedikitpun, katanya kalo trimester pertama kehamilan akan mengalami mual dan muntah, saya kok gak."

"Cek tensi dulu ya." Ucap dokter Yuni mulai mengecek tensi darah Aliyah terlebih dahulu.

"Nyeri perut dalam kehamilan trimester kedua memang sering terjadi Bu karena pertumbuhan bayi didalam rahim ibu mengembang dan dapat menyebabkan ligamen merenggang, menurut saya ini wajar saja ya Bu, kecuali kalo ibu sampe berturut-turut merasakan sakit atau sampai pendarahan itu tidak bisa dikatakan baik-baik saja." Jelas Dokter Yuni seraya memompa tensi di lengan Aliyah.

JOURNEY OF JO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang