11. Persetujuan

154 15 1
                                    

Hari pertama, dimana Aliyah berniat mencari kekasihnya itu. Dia juga sudah tidak tinggal di kontrakan Jo dan memilih tinggal di apartemen seorang diri.

Tempat yang Aliyah kunjungi saat ini adalah tempat dimana kekasihnya biasa datang tanpa absen. Tapi nihil, semua orang berkata jika kekasih Aliyah sudah sangat lama tidak hadir ditempat-tempat tersebut, atau bisa dikatakan hilang tanpa jejak.

Aliyah hanya mampu menghela nafasnya, dia terduduk di halte seorang diri. Jika dia tidak segera menemukan kekasihnya itu, dia harus bersiap menikah dengan Jo, laki-laki yang tidak dia kenal dan laki-laki yang tiba-tiba muncul dihadapannya.

"Kenapa kamu harus hadir sih?" Gumam Aliyah seraya mengusap perutnya yang masih datar.

"Aku tidak membenci kamu, tapi aku gak suka kamu hadir di waktu yang tidak tepat." Gumam Aliyah dengan menghela nafasnya kasar.

"Aku harus cari dimana lagi ayah kandung kamu? Aku bingung."

Dari kejauhan Jo hanya melihat Aliyah dengan duduk diatas motor maticnya. Ya, Jo selalu mengikuti kemanapun Aliyah pergi karena sebuah tanggung jawab.

"Yaudah, kita pulang dulu yuk, aku udah capek." Ucap Aliyah dan bergegas pergi menaiki bus yang berhenti didepannya itu.

Jo bergegas memakai helmnya dan pergi saat sudah melihat Aliyah untuk pulang.

****

Hari kedua, ketiga bahkan berhari-hari Aliyah lewati untuk mencari ke kasihnya itu. Nihil, dia tidak menemukannya sama sekali. Hingga dimana ini adalah hari terakhirnya mencari kekasihnya itu. Aliyah berharap menemukannya supaya dirinya tidak menikah dengan Jo.

"Maaf mba Pak Ibra sudah tidak bekerja disini, dia sudah dipindah tugaskan keluar negeri." Ucap salah satu resepsionis di perusahan kekasih Aliyah.

"Boleh saya meminta nomor telfon pak Ibra?" Tanya Aliyah.

"Tidak bisa mba, ini privasi." Ucapnya membuat Aliyah menghela nafasnya gusar.

"Yaudah deh mas, Terimakasih ya." Ucap Aliyah dan bergegas pergi begitu saja.

Aliyah berjalan di pinggir jalan seorang diri dengan memikirkan masalahnya saat ini. Dia benar-benar frustasi akan keadaannya yang sangat kacau.

"Arghhh! Cowok brengsek!" Seketika Aliyah menjerit mengacak rambutnya.

"Kenapa lo harus pergi sih! Arghhh!"

"Ini anak lo brengsek!"

Kalo bukan karena pergaulan dirinya yang salah, mungkin kehidupan Aliyah tidak berantakkan seperti ini, Aliyah sangat menyesali semuanya.

"Kalo lo gak mau bertanggung jawab, setidaknya lo gak pergi, brengsek!" Kesal Aliya terlihat sangat frustasi.

"Lo jahat! Lo pembohong! Lo bilang lo cinta sama gue, tapi apa? Lo pergi disaat lo sudah menghancurkan hidup gue! Arghhh!"

Beberapa orang yang melintas melihat Aliyah yang berteriak seperti orang gila, tapi sepertinya Aliyah tidak perduli. Dia cuma meluapkan emosinya saat ini.

"Kalo lo gak mau bertanggung jawab, gue juga gak akan bertanggung jawab atas anak ini. Gue akan buat lo menyesal brengsek!" Gumam Aliyah lalu melangkahkan kakinya kembali.

Tapi, dia bukan melangkahkan kakinya dipinggir jalan melainkan kearah tengah jalan yang sangat ramai itu.

"Kalo gue gak bisa sama lo, gue juga gak akan bisa sama Jo, gue gak mau sama laki-laki itu, gue gak mau!"

JOURNEY OF JO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang