CHAPTER : 22

54 7 0
                                    

———

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA, AGAR AKU LEBIH SEMANGAT NGELANJUTIN CERITANYA!

sebelumnya aku mau makasih banyak buat kalian yang senantiasa baca dan vote!💘💘

ENJOY!

HAPPY READING
.

.

.

.

.

———


"Yah Ian nggak ada di kelas." Karamel memerosotkan bahunya lesu, karena kelas Jemian begitu sepi.

Dengan jalan lunglai Karamel terpaksa harus ke parkiran sekolah yang jaraknya cukup jauh dengan kelas Jemian, tahu begitu dia akan menunggu di parkiran saja.

Mungkin Jemian tadi memang sudah menunggunya, karena Galang menghadang Karamel jadinya gadis itu tak menemui pujaan hatinya.

Karamel sedikit kecewa, seharusnya dia ikut bersama Seyra dan Kayera ke parkiran sekolah. Namun karena keras kepala Karamel memilih untuk ke kelas Jemian berakhir seperti ini.

Saat berjalan Karamel menoleh kearah lorong dimana tadi Galang menariknya, namun Galang sudah tak ada di sana. Karamel hanya mengedikkan bahunya acuh, toh siapa peduli juga Galang kan bukan siapa-siapa dirinya ini.

Lantai 2 begitu sepi membuat suasana terasa aneh, terlebih lagi pintu-pintu kelas itu terbuka dan membuat suasana semakin horor. Tinggal beberapa langkah lagi Karamel sudah sampai di tangga, sebenarnya sekolahan itu ada lift. Namun karena suasana sekolah yang sepi Karamel tak berani memakai lift, takut ada hantu dan takut terjebak juga sendiri di lift.

Karamel begitu was-was, sungguh sekolahan ini sangat horor jika sudah memasuki pulang sekolah. Guru-guru berada di lantai satu, tepatnya ruang guru memang ada di lantai satu.

Saat Karamel menuruni dua anak tangga tiba-tiba ada suara geraman kucing yang begitu keras sehingga membuat Karamel kaget, karena panik Karamel menuruni tangga itu dengan cepat.

Kaki Karamel begitu lemas namun Karamel berusaha lari, hanya tersisa beberapa anak tangga lagi namun Karamel malah terjatuh.

Karamel meringis pelan memegangi lututnya yang terasa perih.

Drap! drap! drap!

Itu adalah suara langkahan kaki dari atas yang sepertinya sudah menuruni tangga, mata Karamel pun membulat.

Karamel segera berdiri lututnya terasa teramat perih sebenarnya lutut itu sangat sakit jika di buat berdiri, namun mendengar suara langkahan kaki itu semakin cepat Karamel berlari dengan lunglai.

"AAAAAAAAA!" jerit Karamel berlari menuju parkiran sekolah, "Aneh." gumam salah satu siswa yang ternyata menuruni anak tangga itu.

Saat berlari Karamel juga meringis merasakan lututnya yang begitu sakit, tiba-tiba Karamel menabrak sesuatu.

"Tolong! Jangan apa-apain aku, aku belum nikah!" ujar Karamel dengan mata terpejam, "Kenapa?" tanya seseorang yang Karamel tabrak itu.

Jemian dan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang