CHAPTER : 23

65 6 0
                                        

———

SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE TERLEBIH DAHULU YA MANTEMAN, BIAR AKU SEMANGAT NULISNYA!

Sebelumnya aku berterimakasih pada kalian yang sudah vote dan temenin cerita aku dari awal, aku bener-bener terimakasih banyak!

ENJOY! 💋💘

HAPPY READING!

.

.

.

.

.

———

Dua hari terakhir ini, Jemian sering menginap di rumah nya. Entah mengapa, bahkan cowok itu tak jarang menunjukkan sikap lembutnya kepada Karamel. Sungguh, cowok itu sangat menjaga Karamel.

"Kalo suka bilang aja, Jem!" ledek Haidar. Sejak jam istirahat sepuluh menit yang lalu, Jemian itu terus memandangi layar ponselnya.

Haidar yang menang cukup kepo dan kebetulan duduk di samping Jemian, dimana mereka berada di kantin. Haidar memergoki Jemian memandang sebuah foto Karamel yang dimana itu adalah foto selfie Karamel sendiri.

Semalam, sebelum tidur Karamel meminjam handphone Jemian untuk bermain game. Dan Jemian pergi ke bawah untuk mengambil beberapa cemilan, saat balik ke kamar Karamel. Gadis itu menang sedang bermain game, namun saat Karamel tidur alangkah terkejutnya dia melihat isi galeri yang penuh dengan selfie Karamel.

Bukannya menghapus, cowok itu justru malah membiarkan saja foto Karamel di galerinya itu. Jemian berdecak sebal karena ulah Haidar yang tak luput dari kepo, "Nggak sopan. Ganggu privasi orang lo," gerutu Jemian kesal.

Sementara Haidar hanya cengengesan seperti seseorang yang tak mempunyai salah sedikitpun, bahkan seluruh inti DRG menggeleng heran dengan tingkah keduanya.

"Nggak mau confess aja, Jem?" tanya Jeano membuka suara.

Jemian menggeleng pelan, "Gua punya cara sendiri." balas Jemian.

"Cepat atau lambat, lo harus nyatain itu sekarang juga. Nanti kalo Karamel di embat orang, nangis lo!" tutur Maven dengan kekehan di akhir kalimatnya.

Jemian mengangguk paham, "Yang lain belum dateng?" tanya Jemian yang celingukan. Pasalnya, istirahat sudah berlalu beberapa menit lalu. Namun gadis-gadis itu tak kunjung datang ke kantin.

Ting!

Mendengar suara notifikasi dari ponselnya itu, Jemian pun merogoh saku celananya dan mengambil benda gepeng itu.

Jemian mengernyitkan dahinya melihat foto yang di kirim oleh entah siapa, dan jangan lupakan pesan yang tertulis di sana membuat Jemian meneguk kasar ludahnya.

+62 858x xxx
Cepat atau lambat, kamu akan kehilangan Karamel.

Deg!

Jantung Jemian berdetak kencang membaca pesan itu, bahkan dahinya berkeringat.

"Kenapa, Jem?" tanya Rendi yang melihat wajah tegang Jemian, tak menjawab sama sekali Jemian justru pergi meninggalkan kantin.

Jemian dan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang