CHAPTER : 29

45 8 0
                                    

----

----

♫♪Cinta dan Benci - Geisha.

"Kita sama-sama sakit yang entah kapan sembuhnya."

----

Setelah pergi dari makam mereka menuju rumah Karamel untuk mengantarkan gadis itu pulang. Namun sepanjang jalan, tidak ada yang membuka suara. Mereka sama-sama hening, bahkan Karamel saja takut untuk membuka suara. Jujur, dia sangat iba melihat keadaan Jemian. Karamel tahu, sebenernya Jemian peduli padanya. Namun, ada sesuatu hal yang mendorong cowok itu seperti ini.

Karamel melihat punggung Jemian dengan perasaan campur aduk, ingin sekali rasanya cewek itu memeluk Jemian dari belakang dan memberinya semangat. Karamel sungguh yakin bahwa keadaan Jemian seperti ini pasti akan membutuhkan semangat, Karamel ingin menjadi orang yang selalu ada di samping Jemian.

Selang waktu kurang dari dua puluh menit mereka sampai di rumah Karamel, Karamel turun dari motor Jemian sambil memegang tasnya kuat. Karamel mengigit bibirnya untuk meredakan perasaan canggung, Karamel menatap lamat lamat Jemian sambil menunduk.

"Makas-"

"Udah beberapa kali gua bilang jangan deket-deket dia lagi?" Jemian memotong ucapan Karamel.

Karamel meneguk ludahnya kasar, dia semakin menundukkan kepalanya karena takut menatap Jemian.

"Kalo kaya gini siapa yang repot?" tanya Jemian penuh intimidasi.

"Maaf.." hanya satu kata yang Karamel mampu ucapkan, memang benar Karamel salah dan Karamel menyadari itu.

"Cuman karena dia bersikap baik sama lo itu nggak sepenuhnya dia baik beneran sama lo."

"Lo kapan ngertiin ucapan gua sih?!" tanya Jemian dengan tegas.

"A-aku minta maaf.." tutur Karamel dengan sedikit terbata, dia masih senantiasa menunduk.

Jemian menggeleng heran, "Liat muka gua kalo gua lagi ngomong."

Karamel pun sedikit mendongak dan menatap ragu-ragu mata elang milik Jemian. Meskipun tertutup helm Fullface, Karamel yakin Jemian sedang marah.

Jemian dan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang