What if, what if we start to drive
What if, what if we close our eyes
What if we speeding through red lights into paradise(Bagaimana kalau kita mulai sebuah hubungan
Bagaimana kalau kita nikmati saja
Bagaimana jika kita melanggar peraturan demi sebuah kebahagiaan)-Troye Sivan - My Youth-
•°°•☆☆☆•°°•
"Oungghh! J-jeno-yaa-nghh!"
Jaemin melenguh keras sambil menggigit bibir bawahnya guna menahan desah. Sudah sekitar satu jam lebih, tubuhnya berbaring terlentang di meja kaca yang licin itu.
Tubuh telanjang itu terus terlonjak-lonjak ke depan, menerima dengan pasrah batang berurat sang predator yang menggenjot lubangnya dengan brutal. Sedangkan kedua tangannya, hanya terikat pasrah di atas kepala dengan kaus putih polos yang sebelumnya melindungi tubuh.
"Eungh! Ah ah ahh! Ya ampunhh ... pe-lanh-nghh! OUGHHH!" Jaemin merintih dan mendesah keras seiring hentakan keras Jeno yang kian dalam menerobos analnya.
Hentakan yang akhirnya mengantarkan Jaemin pada pelepasan yang entah keberapa kali malam ini.
"Agghhh ... t-tolong pelanhh! Akku masih sensitif-NGGHHH!" Di akhir kalimatnya, kelinci binal itu malah mendesah semakin lantang.
Tentu saja karena penis Jeno malah menghentaknya semakin cepat di saat tubuh Jaemin sedang menggelinjang dan bergetar akibat ejakulasi. Hal yang akhirnya menciptakan suara becek karena sperma yang mengalir di lubang analnya terus dihantam hingga beberapa keluar lewat sela-sela penyatuan mereka.
Suara cabul dan vulgar yang entah kenapa malah semakin membuat tubuh keduanya memanas.
Jeno memandangi wajah bersimbah peluh yang setengah terpejam dengan mulut terbuka itu. Bibir manis itu tidak pernah menutup sedari tadi, seolah tidak kenal lelah untuk mengeluarkan suara-suara erotis yang semakin membangkitkan gairahnya.
"Katanya kau bisa mengangkang untukku sampai pagi. Kenapa baru beberapa jam saja sudah sekacau ini, huh?" tanya Jeno sambil memelankan hentakan pinggulnya dengan jemari mengusap kasar air liur di sudut bibir Jaemin yang mengalir hingga dagu.
Jaemin tidak menjawab karena pening yang menyerang kepala. Efek terlalu mengawang oleh kenikmatan bertubi-tubi yang disuguhkan sahabatnya.
"Mulut binal ini bahkan sudah tidak bisa bicara, ya?" gumam Jeno sambil memasukkan tiga jemarinya di bibir setengah terbuka Jaemin.
Jaemin yang terlihat lemas dan hampir terlelap itu, tanpa diduga malah menghisap jemari sang terkasih dengan lihai. Tak ayal menjilat-jilat juga memberikannya sesapan sensual. Seolah jemari panjang dan kekar itu adalah hidangan terlezat yang pernah dimakannya.
"Sialan! Sepertinya aku harus menghukum mulut binal ini juga," gumam Jeno sambil mengeluarkan jemarinya dari bibir basah dan panas itu.
Jeno mengangkat tubuh Jaemin kemudian mendudukkannya di lantai bawah meja. Sedangkan dirinya, duduk mengangkang di atas kursi kayu yang sebenarnya sama sekali tidak nyaman.
Mendapati Na Jaemin, bersimpuh di antara kedua kakinya dengan tubuh telanjang dan kedua tangan terikat di depan, apa yang lebih baik dari mendapatkan servis si kelinci? Bibir mengkilap itu bahkan sedikit menganga begitu mendapati batang panjang dan berurat sang terkasih mengacung tegak di depan wajahnya.
"Ayo kita lihat, seberapa lihai mulut nakal ini mampu memuaskanku," ucap Jeno sambil menepuk-nepuk pipi Jaemin dengan kepala penisnya.
Jaemin menjulurkan lidah bak anak anjing sambil menelengkan kepala. Tentu saja sambil memasang tatapan menggoda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me By Your Name [NOMIN]
Fanfiction"Moan my name, Princess." _________ Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Lee Jeno dan Na Jaemin adalah sepasang genap yang tidak terpisahkan. Namun, sebagian besar orang mungkin tidak tahu. Jeno dan Jaemin lebih dekat dari yang mereka bayangkan. Bahkan...