"Moan my name, Princess."
_________
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Lee Jeno dan Na Jaemin adalah sepasang genap yang tidak terpisahkan. Namun, sebagian besar orang mungkin tidak tahu.
Jeno dan Jaemin lebih dekat dari yang mereka bayangkan. Bahkan...
"Are you gonna marry, kiss or kill me? I'm bettin' on all three for us two Get my car door Isn't that sweet? Then pull me to the back seat No one's ever had me not like you."
(Apakah kau akan menikah, mencium atau membunuhku? Aku bertaruh pada ketiganya untuk kita berdua Membukakan pintu mobilku bukankah itu manis? Kemudian kita melakukannya di kursi belakang Tidak ada yang pernah memahamiku seperti dirimu.)
--Taylor Swift - So High School--
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•°°•☆☆☆•°°•
"Kenapa jaketmu tipis sekali?"
Jaemin menoleh begitu merasakan sebuah jaket hitam tebal tersampir di pundak. Segelas cokelat panas bahkan diletakkan di hadapannya.
"Nanti Jeno pakai apa?" tanya kelinci manis itu begitu Jeno kali ini menarik tubuh sang kekasih menghadapnya, kemudian memasangkan resleting jaket hingga menyentuh dagu.
"Aku bisa memelukmu kalau kedinginan," jawab si samoyed sambil tersenyum lebar.
Jaemin menunduk sambil mengulum senyum. Berikutnya, kembali menghadap depan dan memegangi gelas hangat di meja dengan kedua tangan. Reaksi salah tingkah kekasihnya kontan membuat Jeno terkekeh gemas.
"Tadi aku minta americano panas, bukan cokelat panas." Jaemin protes begitu meminum seteguk pesanan yang dibawakan Jeno.
"Kau harus tidur. Jadi jangan minum americano hari ini," sahut Jeno sambil ikut meminum cokelat panas miliknya.
Berikutnya, hening.
Keduanya hanya duduk bersisian sambil menatap ke depan dalam diam. Menyaksikan salju pertama dari kaca jendela besar yang turun di sore hari, setelah beberapa waktu lalu mereka berbaikan hanya dengan sebuah ciuman. Jeno memang sengaja memilih meja yang langsung menghadap luar karena Jaemin bilang masih ingin melihat salju.
Begitu merasakan sebuah tangan yang menggenggam jemari mungilnya dari balik meja, Jaemin bahkan hanya tersenyum kecil. Masih terlalu sibuk memandangi butiran putih dari langit yang terlihat makin deras di luar kafe.
"Kupikir aku akan kehilanganmu selamanya ...." Kelinci manis itu tiba-tiba menggumam sambil menautkan jemari Jeno yang sedari tadi menggenggam jemarinya dari balik meja.
Jeno tidak bersuara. Tapi, dari gerakan pria itu yang kini merapatkan kursi kemudian beralih melingkarkan lengan di pinggang ramping sang kekasih, sudah menjawab semua. Ia bahkan mendusalkan wajah di ceruk leher Jaemin yang terbalut jaket miliknya.
Rasanya hangat.
Luar biasa hangat.
Jaemin tidak ingat kapan terakhir kali Jeno menempelinya begini. Jaemin tidak ingat kapan dia merasa begitu dicintai dan diinginkan seperti ini sejak terakhir kali. Rasanya sudah begitu lama sejak mereka terakhir kali saling memeluk, bukannya memaki.