"Moan my name, Princess."
_________
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Lee Jeno dan Na Jaemin adalah sepasang genap yang tidak terpisahkan. Namun, sebagian besar orang mungkin tidak tahu.
Jeno dan Jaemin lebih dekat dari yang mereka bayangkan. Bahkan...
"But heaven denied Destiny decried Something beautiful die Too soon."
(Tapi surga menyangkal Takdir ditetapkan Sesuatu yang indah mati Terlalu cepat)
--Niki - Oceans & Engines--
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•°°•☆☆☆•°°•
Jeno, ayo putus.
Sebaris pesan yang dikirim Jaemin tengah malam tadi, membuat Jeno termenung pagi ini. Jauh sebelum ia memikirkannya, ternyata kelinci manis itu sudah merencanakan hal yang sama.
Jaemin juga ingin mengakhiri hubungan mereka.
"Bagus lah, lebih baik seperti ini." Jeno menggumam sambil terkekeh hambar.
Lagipula, hubungan mereka tidak pernah berjalan baik. Jaemin selalu membuatnya marah, Jeno pun selalu menyakiti sang kekasih karena kemarahannya.
Mereka terus bertengkar untuk banyak hal, dari yang kecil hingga besar. Dari yang semula kecil menjadi besar. Bahkan mungkin, keduanya lebih banyak bertengkar daripada berbaikan sejak memutuskan mengubah status menjadi sepasang kekasih.
Jeno lelah. Jeno juga sakit.
Jeno merasa tidak pernah didengarkan.
Jeno merasa marahnya disepelekan.
Lalu, apa lagi yang mereka bisa pertahankan setelah begitu banyak saling menyakiti begini? Jeno takut, jika bertahan lebih lama, mereka hanya akan berakhir saling membenci.
"Aegi, kau mau sarapan?" Di tengah lamunannya, Mark muncul dari balik pintu dengan dua cup mie instan pedas.
"Tidak, Hyung. Lanjut saja," jawab Jeno sedikit gelagapan begitu menyadari kehadiran sang Leader.
"Tapi aku mau, dan sudah terlanjur menyeduh dua." Mark menjawab tak acuh sambil masuk ke kamar hotel Jeno dan menutup pintu.
Jeno menghela napas berat dengan kelakuan member tertua itu.
"Bagaimana? Sudah berbaikan dengan Nana?" tanya Mark sambil duduk di sisi ranjang dan meletakkan dua cup mie instan di atas meja.
Mendengar pertanyaan itu, Jeno terkekeh miris. "Kami sudah putus."
Mark yang baru saja akan memasukkan suapan pertamanya, kontan mengurungkan niat. "KAU SERIUS?!"