"Moan my name, Princess."
_________
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Lee Jeno dan Na Jaemin adalah sepasang genap yang tidak terpisahkan. Namun, sebagian besar orang mungkin tidak tahu.
Jeno dan Jaemin lebih dekat dari yang mereka bayangkan. Bahkan...
"The Apartment we won't share I wonder what sad wife lives there"
(Apartemen yang tidak akan kita tinggali bersama Aku penasaran istri menyedihkan seperti apa yang tinggal di sana)
~
--NIKI - The Apartment We Won't Share--
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•°°•☆☆☆•°°•
Jeno termenung.
Luar biasa linglung dan terkejut begitu mendapati di mana pijaknya berakhir sesampainya di Korea. Bukan di rumah apalagi dorm.
Tapi tepat di depan pintu apartemen Jaemin.
"Kenapa aku di sini?" gumam pria sipit itu tidak habis pikir.
Sambil mengusap wajah berantakannya selepas diguncang turbulensi cukup parah selama perjalanan, Jeno menggeram frustasi. Koper di sisi tubuh pun jadi sarana melampiaskan kekesalan dengan tendangan.
BRAK!
Koper biru muda itu pun jatuh tergeletak di sisi pintu. Koper yang dulu juga diberikan Jaemin untuknya sebagai hadiah ulangtahun.
"Jeno suka biru, kan? Jadi kubelikan ini. Sengaja kupilih yang besar, supaya aku juga bisa titip barang kalau kita bepergian. Hehe ...."
Iya. Bahkan barang-barang Jaemin juga ikut terbawa di dalam sana. Jeno lupa mengembalikannya.
Maka, memencet PIN apartement adalah pilihan pria jangkung itu meski ragu. Jaemin belum kembali, barang-barang Jeno juga masih tertinggal banyak di sini.
Sepertinya ini waktu yang tepat untuk memindahkan semua. Atau mereka hanya akan canggung saat Jeno ke sini nanti untuk mengambil barang-barangnya.
"Halowww ...."
Sayangnya, begitu pintu terbuka dan Jeno menatap ke dalam dari ambang pintu, suara nyaring Jaemin tertangkap ingatannya. Berikut bayangan lelaki manis itu yang tengah merentangkan tangan meminta peluk. Lengkap dengan piyama merah muda kebesaran yang gemar dipakainya setiap malam.
"Jeno jangan pulanggg, menginap saja. Ya ya yaaa?"
Di setiap sudut apartemen, pada setiap barang yang mereka bagi dan kenakan berdua, Jeno hanya bisa mendengar suara Nana-nya. Ia jadi membayangkan, akan sekesepian apa kelinci manis itu menjadi setelah ia tidak akan berkunjung lagi ke sini?