09

13 3 0
                                    

Hari itu walau dengan kondisi tubuh kurang sehat, Taehyung mengajak Taeri dan ibunya berjalan-jalan. Menikmati setiap wahana permaianan yang mereka datangi. Seperti keluarga kecil yang bahagia, meski begitu Taehyung tidak mengajak bicara Ha Seul, hanya sesekali saja.

Ha Seul memegang lengan Taehyung dan menatapnya. "Kau tidak apa-apa? Jangan memaksakan diri," ucapnya dengan bahasa isyarat.

"Kenapa? Apa kau sedang khawatir pada ku?" tanya Taehyung. Jujur saja kepalanya terus berdenyut, namun dia tetap ingin melihat Taeri bahagia.

"Aku hanya bertanya, apa itu salah?" tanya Ha Seul lagi.

"Aku tidak mau berhutang janji pada seseorang, apalagi dia gadis manis seperti Taeri." Sorot mata Taehyung terlihat jelas dia sedang tidak merasa nyaman dengan rasa sakit di tubuhnya.

Mereka kembali diam, tidak ada obrolan. Mereka hanya menatap Taeri yang sedang bermain. "Mau ke mana?" Ha Seul memegang lengan Taehyung tiba-tiba saat pria di sampingnya itu berdiri.

"Aku ingin ke kamar mandi. Apa kau ingin ikut?" Ha Seul menggeleng pelan ajakan Taehyung, melepaskan perlahan tangannya dari lengan Taehyung.

Ha Seul sedang khawatir, ada rasa takut tapi juga ada rasa di mana dia tidak bisa menolak ajakan putrinya. Dia sering di olok oleh temannya karena gosip yang beredar, jika ibunya hanya seorang wanita penghibur dan dia tidak akan memiliki ayah yang pasti karena, ibunya tidur dengan banyak pria hidung belang.

Jahat memang, tapi Ha Seul tidak bisa pergi dari sana karena menurutnya tempat di sana nyaman, hanya beberapa orang saja yang tidak menyukainya.

"Kita pulang setelah ini. Sudah puas untuk bermain. Tidak lagi, karena dia sedang sakit," jelas Ha Seul dengan bahasa isyarat.

"Tapi, Ibu ... dia berjanji untuk membelikan mainan. Dia belum membelikan," ujar Taeri.

"Ini sudah cukup, jangan lagi." Tangan Ha Seu mengisyaratkan agar anaknya tidak lagi meminta lebih dari apa yang Taehyung tawarkan.

"Tapi ke mana Tuan Aneh itu, kenapa dia lama sekali, Bu?" tanyanya sambil menatap ke arah bermain, namun tidak ada Taehyung di manapun.

Benar juga, sudah sejak tadi Taehyung bilang ke kamar mandi, tapi tidak kunjung kembali. Mereka berdua kemudian mencari Taehyung ke kamar mandi dekat tempat bermain. Dan saat akan masuk, dia melihat beberapa orang sedang bicara dengan Taehyung. Obrolan yang serius, sampai Taehyung yang menyadari ada Ha Seul di ambang pintu kamar mandi pria menghentikan ucapannya pada beberapa orang yang juga anak buahnya.

"Tuan Aneh, apa mereka menganggumu?" tanya Taeri yang berjalan ke arah Taehyung lebih dulu, tidak peduli jika mereka ada di kamar mandi pria.

Taehyung segera membawa Taeri dalam gendongan setelahnya dan berjalan keluar. Melewati Ha Seul yang hanya diam melihat anak buah Taehyung dengan wajah sanggar mereka dan juga tubuh yang kekar.

"Aku harus pergi. Bukankah ibumu mau pulang sebelum makan malam? Jadi pulanglah bersama orang yang menjemputmu tadi, tidak apa-apa kan?" tanya Taehyung dengan penuh perhatian.

"Tapi--"

"Tenanglah, setelah ini belilah mainan yang kau mau. Kau bisa mengambilnya semua, nanti jika aku sudah selesai dengan urusanku, aku akan datang ke rumahmu. Sekarang aku harus pergi karena ada urusan mendadak," jelas Taehyung.

"Apa kau akan di marahi jika tidak pergi sekarang?" Taeri bicara dengan expresi sedih karena dia masih ingin bersama Taehyung.

"Iya, jadi tidak apa-apa kan aku pergi. Kau bisa membeli mainan dengan ini. Pilih sesukamu." Taehyung memberikan kartu kredit pada Taeri, dia harus segera pergi sebelum masalah lebih besar lagi.

"Bukankah Taeri anak baik. Jadi, menurutlah, agar nanti aku bisa menemuimu lagi. Kita buat mereka iri dengan kedekatan kita berdua." Taehyung mengusap pelan kepala Taeri yang akhirnya menurut dengan apa yang dikatakan.

"Tapi jika aku merindukanmu bagiaman? Ibu tidak membiarkanku menghubungimu," jelas Taeri.

Taehyung tersenyum. "Hyung, belikan dia ponsel. Berikan juga nomorku," pinta Taehyung pada J-Hope.

"Tapi ingat, tidak ada yang boleh tau nomorku, apalagi ibu," bisik Taehyung. Dia hanya menggoda Taeri saja. Namun, dia mengangguk mengerti dengan apa yang dikatakan Taehyung.

"Gadis pintar. Sekarang pulanglah. Minta makan pada Paman itu sebelum pulang." Taehyung mengusap pelan kepala Taeri dan berjalan pergi setelah mengatakan itu. Dia tidak mengatakan apapun pada Ha Seul, dia hanya memberikan paperbag yang dia bawa untuk Ha Seul dan pergi tanpa mengatakan apapun.

Isinya hanya beberapa potong pakaian untuk Ha Seul dan juga Taeri, dia awalnya ingin mengajak mereka berdua makan malam sebelum mengantarkannya pulang. Namun, ada urusan mendadak yang harus Taehyung sendiri yang mengurusnya.

"Wah, gaunnya cantik sekali," ucap Taeri saat melihat isi Paperbag yang Taehyung berikan. Entah apa maksud Taehyung memberikan itu, tapi senyum Taeri terus mengembang berkat Kim Taehyung.

"Bisakah untuk tidak meminta lebih dari ini. Karena ini semua berlebihan. Apa ibu mengajarkanmu untuk membuat orang lain susah," ucap Ha Seul dengan bahasa isyarat.

"Tapi dia bilang boleh," jawabnya dengan tatapan senduh. Senyumnya luntur saat ibunya marah padanya.

"Apapun yang kau minta pasti dia beri, karena dia orang baik." Entah sadar atau tidak, Ha Seul mengakui pribadi Taehyung. Dia memang akan memberikan apa yang diminta, saat Taehyung sudah mendapatkan kenyamanan dari seseorang. Hal yang pernah dilakukan dulu padanya, sekarang seperti akan diberikan pada Taeri.

"Ibu jahat sekali," gerutu Taeri.

Sepulang bertemu dengan Taehyung, sesampainya di rumah Ha Seul mengingatkan putrinya jika apa yang dia minta dari Taehyung terlalu banyak. Dia takut jika Suga akan bertindak yang lebih dari apa yang pernah dia katakan.

Dalam kamar, Taeri menangis. Dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sejak dulu. Saat Taehyung membuatnya nyaman, dia senang dengan kedekatannya bersama Taehyung. Meski dia tidak mengenal Tuan Aneh nya itu, tapi rasa nyaman ada di dekat Taehyung dia rasakan.

Ha Seul yang merasa bersalah mengusap punggung putrinya yang menangis. Dia hanya tidak mau membiasakan Taeri untuk dekat dengan Taehyung, meski takdir yang mempertemukan mereka lagi tanpa dia minta. Ha Seul percaya takdir yang tertulis untuknya tidak akan bisa dirubah, hanya saja dia masih takut apa ancaman Suga waktu itu masih berlaku saat Taehyung pemimpin genk Mafia itu.

"Ibu jahat sekali. Taeri hanya ingin ayah. Sejak dulu Ibu hanya bilang nanti-nanti saat ingin bertemu ayah. Taeri ingin ayah, Ibu," keluhnya dengan tangis yang semakin kencang. Dia juga memeluk tubuh ibunya, dia tidak bisa lama marah pada ibunya. Karena hanya ibunya yang dia punya.

Keinginan bertemu dengan sang ayah selalu menjadi impian untuk Taeri, dan saat Taehyung memberikan kebahagian itu. Ibunya malah tidak menyukainya, tanpa menjelaskan alasannya.

Moonlight (MAFIA-KTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang