22

24 2 0
                                    

"Akh!" Taehyung memejamkan mata saat merasa tidak nyaman karena rasa sakitnya begitu menusuk. Mata yang mulanya menatap Ha Seul terpejam karena rasa sakit yang datang tiba-tiba.

"Sebaiknya kau istirahat. Kita bicarakan ini nanti." Ha Seul mengatakan dengan bahasa isyarat saat Taehyung menatapnya. Dia sangat memaksakan diri, sudah mengalami kecelakaan, belum lagi dihajar habis-habisan oleh Polisi yang sepertinya memang orang suruhan Namjoon untuk menjebaknya.

"Aku harap kau tidak lemah saat tidak ada diriku bersama kalian. Belajarlah untuk memahami apa yang menjadi pekerjaanku, saat kau terbiasa, kau akan paham. Apa yang harus kau lakukan untuk melindungi putrimu. Hidup bersamaku sangatlah berbahaya, namun di sisi lain aku ingin bersama kalian." Taehyung mengatakan seperti akan pergi dari dunia ini. Namun, apa yang dikatakan benar adanya, tidak mudah menjadi Taehyung. Keluarganya yang akan menjadi taruhan saat dia kalah.

Ha Seul mengangguk apa yang Taehyung katakan. Setelahnya membiarkan Taehyung memejamkan mata agar merasa lebih baik. Jika besok tidak ada masalah, Taeri juga bisa pulang.

***

Seorang wanita paruh baya berjalan masuk ke rumah Taehyung, padahal dia tau jika Taehyung sedang tidak di rumah. Dia bergaya seperti pemilik rumah, masuk tanpa izin dan berjalan ke kamar utama yang juga kamar Taehyung. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Karena mereka paham betul karakter wanita itu seperti apa.

"Saat adiknya sendiri dia usir, dia menyimpan wanita murahan di rumah. Apa dia pikir semua ini hanya miliknya. Harusnya juga yang memiliki ini Jungkook, bukan Taehyung," ucapanya pada Suga yang memang datang bersama wanita itu.

"Bukankah seperti rencana, kita harus menyingkirkannya. Kesempatan yang bagus saat dia memiliki kelemahan. Bibi bisa membuatnya bertekuk lutut," jelas Suga. Padahal Taehyung percaya padanya, namun tetap saja. Suga memiliki dendam yang masih dia simpan sampai sekarang pada Taehyung. Kegagalan Taehyung menjadi kebahagian untuknya.

"Tapi dia berhasil membuat usaha milik ayahnya berkembang pesat. Otaknya memang pintar, itu sebabnya aku katakan padamu. Jangan membunuhnya sebelum semua berhasil dia dapat. Kita hanya harus menikmati usahanya tanpa harus bersusah payah dan mengotori tangan. Aku marah saat mendengar dia menghajar habis-habisan putraku. Siapa dia berhak melakukan itu pada putra kesayanganku. Kita lakukan permainan kita, saat waktunya tepat. Bunuh semua yang menjadi penghalang." Wanita paruh baya itu menatap sekitar kamar Taehyung yang begitu besar dan mewah. Sebenarnya itu kamar ayahnya, namun dia yang menempati sejak pindah ke kediaman ayahnya.

"Apa Bibi akan tinggal di sini?" tanya Suga.

"Tentu. Aku ingin menempati kamar ini, jadi pindahkan barangnya." Dengan seenak hatinya wanita itu meminta kamar milik Taehyung itu. Sebenarnya dia cukup tenang di luar negeri saja tidak perlu kembali ke Korea. Itu hanya akan menambah masalah untuk Taehyung.

Dari beberapa rumah milik keluarga Taehyung, memang rumah terbesar yang mereka tempati. Padahal wanita itu bisa menempati rumah mewah yang lain, namun dia ingin membuat masalah dengan Taehyung.

Suga selalu berharap Taehyung tiada. Dia memang membantu rencana kerja Taehyung, tapi dia juga yang menjadi duri dalam daging. Taehyung tau itu, namun dia memilih diam. Membiarkan Suga melakukan rencananya. Entah kenapa Taehyung melakukan itu saat dia bisa dengan mudah menyingkirkan Suga dari sisi nya.

"Hyung, apa yang dia lakukan di kamar Tuan Taehyung?" tanya J-Hope yang melihat Suga turun dari kamar Taehyung. Melihat ibu Jungkook datang dan langsung pergi ke kamar tuannya, membuat J-Hope penasaran.

"Katakan Tuanmu, Ibu Jungkook akan tinggal di sini mulai sekarang, dan dia mau menempati kamar Taehyung," jelasnyan tanpa rasa bersalah.

"Tapi ini milik Tuan Taehyung, kenapa dia--"

"Jaga ucapanmu! Dia juga tuanmu. Aku tidak peduli dengan apa yang kau katakan, kau cukup katakan pada Taehyung tentang Bibi Min di sini. Kesalahannya sendiri, kenapa dia memghajar adiknya hanya karena seorang wanita," sahut Suga.

"Aku sempat merasa bersalah saat berpikir kau menjadi salah satu orang yang tidak terima dengan posisi yang Tuan Taehyung dapatkan, namun sekarang kau membuktikan jika pikiranku benar." J-Hope berjalan pergi setelah mengatakannya.

Seburuk apa J-Hope, tapi dia masih menghargai Taehyung. Karena memang Taehyung berani melakukan tugasnya saat dia bisa tinggal perintah anak buahnya. Taehyung selalu mengambil resiko sendiri.

Apa yang J-Hope katakan membuktikan jika dirinya berada di pihak mana. Sebab, dia tau bagaimana Taehyung melakukan ini semua dan bagaimana ayah Taehyung mendidik putranya agar bisa menjadi seperti ini. Pilihan hidup Taehyung tidak pernah dia atur, hanya Suga yang suka menghasut karena isterinya mati disebabkan ayah Taehyung.

***

"Ada apa?" tanya Taehyung saat dia akan pulang bersama putrinya, J-Hope menghampiri yang berjalan ke arah mobil.

"Nyonya Min ada di rumah. Apa kau akan tetap pulang? Dia juga mengeluarkan isi kamarmu dan dia menempatinya sejak samalam," jelas J-Hope.

Taehyung diam. Jika Bibi Min sudah turun tangan, itu artinya dia harus siap dengan masalah yang akan dia berikan pada Taehyung. "Bawa Ha Seul dan Taeri ke apartemen, biar aku pulang sendiri. Dia hanya akan membuat masalah saat melihat mereka," pinta Taehyung. Mungkin dia ditakuti banyak orang karena dia ketua mafia kelas kakap, namun dalam keluarganya sendiri dia hanya sebuah boneka yang harus menuruti setiap apa yang harus mereka lakukan.

"Ayah mau ke mana?" tanya Taeri saat ayahnya selesai bicara dengan J-Hope. Dia memegang tangan ayahnya agar menatapnya.

"Pulanglah bersama Paman J-Hope dan Ibu ke rumah baru ayah. Nanti Ayah akan menyusul saat urusan sudah selesai. Hanya sebentar, tidak akan lama," jelas Taehyung.

"Janji tidak lama?" Taeri sebenarnya masih ingin bersama ayahnya, namun dia juga tak ingin membantah ayahnya.

"Iya sayang." Taehyung mengusap kepala anaknya pelan. Tak lupa dia tersenyum manis.

"Ikutlah J-Hope Hyung ke apartemen. Aku akan temui kalian nanti." Taehyung mengusap pipi Ha Seul dan mendapatkan anggukan mengerti darinya.

Setelah mereka pergi, Taehyung juga segera pulang. Memastikan apa yang J-Hope katakan. Dia tidak takut pada Bibi Min yang juga ibu Jungkook, hanya saja dia tidak mau menyeret Ha Seul dan juga Taeri. Dia ingin mendengar sendiri apa niatnya datang ke Seuol.

"Apa Jungkook juga ada di rumah?" tanya Taehyung pada salah satu anak buahnya.

"Tidak, Tuan. Nyonya Min datang bersama Tuan Suga," jawabnya.

Sesampainya di rumah, Taehyung di sambut dengan amarah dari Ibu Jungkook karena perlakuan Taehyung pada putranya. Tamparan keras mendarat ke pipi anak tirinya itu, namun Taehyung tidak membalasnya. Dia hanya diam menerima apa yang sedang ibu tirinya luapkan. Akan percuma melawan ibu Jungkook pikirnya.

"Apa kau ingin membunuh putraku! Berani sekali kau menghajarnya saat aku saja tidak pernah berani membuatnya terluka," tegas Ibu Jungkook. Dengan nada bicara tinggi dia memarahi Taehyung setelah menamparnya.

"Karena Anda memanjakannya," sahut Taehyung.

"Tentu aku memanjakannya. Siapa lagi jika bukan ibunya. Karena dia selalu kalah darimu," timpah Ibu Jungkook yang selalu mengganggap Taehyung penghalang putranya.

"Aku putra sah ayah. Tidak seperti Anda yang hanya simpanan Ayah," jawab Taehyung dengan santainya. Dia mengingatkan kedudukan Ibu Jungkook dalam keluarganya hanya sebagai simpanan saja.

"Lancang sekali kau!" Ibu Jungkook sudah akan menampar Taehyung, tapi tangannya dipegang Taehyung agar tidak memukulnya lagi.

"Untuk tamparan yang tadi, aku terima itu karena kau marah anak manjamu itu aku pukul. Saat sekarang kau akan memukulku untuk kebenaran yang aku katakan, aku tidak akan membiarkannya. Lakukan apa yang kau mau, kau bisa menempati rumah ini jika mau mu seperti itu, tanpa mengatakan kebenaran yang akan membuatmu malu." Taehyung menghempaskan tangan Ibu Jungkook yang tampak marah.

Moonlight (MAFIA-KTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang