06

26 2 0
                                    

"Kau di mana? Akh ..." rintih Taehyung lirih saat sambungan teleponnya terhubung. Rasa sakit terasa begitu juga pandangannya kian menggelap saat darah terus mengalir deras di bahu kanannya. Dia saja masih jauh dari Kota Seoul, entah di mana dia sekarang, namun seperti jauh dari desa. Jalanan begitu sepi, dengan pencahayaan yang minim.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Jimin dengan nada khawatir. Sudah pukul 3 pagi, dan Taehyung baru memberinya kabar.

"Haruskah aku mati di sini? Akh!!" Teriak Taehyung di ujung kalimatnya.

"Kau di mana, biar aku menyusulmu." Jimin tau jika tuannya sedang dalam kondisi tidak baik sekarang. Namun, dia tidak tau keberadaan Taehyung di mana, GPS yang ada di mobil itu mati, jadi tidak ada yang tau di mana Taehyung sekarang.

"Aku--" Belum menyelesaikan sambungannya, ponsel Taehyung mati. Itu akan semakin sulit untuk menemukan di mana Taehyung sedang berada.

Taehyung melempar asal ponselnya, coba melajukan mobil dengan tenaga yang tersisa. Apakah dia akan mati hanya karena luka tembak di lengannya, itu akan terdengar lucu pikir Taehyung. Dia saja tidak tau ke mana dia pergi karena dia tidak begitu fokus dengan jalanan.

Sampai detik di mana dia tidak sanggup lagi, Taehyung membuka jendela dan menepikan mobilnya. Berharap ada yang membantunya, walau entah siapa karena jalanan begitu sepi. Mobil masih menyala saat Taehyung mulai hilang kesadaran dengan bersandar di headboar mobilnya. Nafasnya begitu berat, di ujung kematian yang dia rasakan, dia melihat Ha Seul tersenyum padanya dengan mengulurlan tangan agar Taehyung mengapainya. Senyum Taehyung perlahan hilang saat kesadarannya benar-benar hilang.

***

Taehyung coba menetralkan pandangannya sesaat setelah sadar dari tidur panjangnya. Setelah benar-benar tersadar, dia merasa bahu kanannya masih terasa sakit. Dia juga menatap sekitar, karena dia tidak lagi di dalam mobil. Dia pikir ruangan yang dia tempati bukan rumahnya.

Perlahan dia berusaha untuk bangun dan menatap kesekitar tempat dia berbaring. Terlihat sederhana dan juga kecil. Dengan bahu yang masih terasa sakit Taehyung coba mencari ponselnya sampai dia melihat seorang gadis kecil yang duduk di dekat pintu sambil menatap Taehyung.

Mereka saling menatap satu sama lain beberapa saat, sampai Taehyung melambaikan tangan agar anak itu mendekat padanya. Namun, dia tidak bergerak sedikitpun. "Apa ini rumahmu?" tanya Taehyung.

"Iya, apa sudah merasa lebih baik?" Gadis kecil itu mengerakan tangan untuk bicara dengan Taehyung. Itu artinya dia menderita tuna wicara.

Taehyung yang paham gerakan yang dia bicarakan, coba untuk menjawab dengan isyarat. "Ya, apa kau tinggal sendiri di sini? Siapa yang membawaku ke sini?" tanya Taehyung dengan bahasa tangan.

"Ibu ..." balasnya dengan isyarat lagi.

Perlahan Taehyung berjalan keluar kamar, dengan memangangi bahu yang terluka. Saat baru keluar, ada Jimin dan juga J-Hope sedang duduk di ruang tengah. Mereka bicara dengan seorang wanita yang memunggunginya.

"Kau sudah sadar, apa kau memerlukan sesuatu?" Jimin menghampiri Taehyung yang berjalan dan duduk di ruang tengah.

"Ibu, apa pria aneh itu akan pulang?" tanya gadia kecil itu. Taehyung menatapnya terkejut, dia pikir gadis kecil itu bisu, ternyata tidak.

Saat tengah fokus dengan menatap gadis kecil itu, wanita yang dipanggil Ibu perlahan membalikkan badan dan menatap Taehyung. Itu yang seketika  membuat Taehyung menatap terkejut dengan siapa yang dia lihat.

"Ha Seul ssi?" Nama itu yang keluar dari mulutnya saat memang mantan kekasihnya yang ada dihadapannya.

"Ibu ..." Gadis kecil itu tampak takut. Dia bersembunyi dibalik tubuh ibunya. Dengan segera sang ibu memeluk tubuh gadis kecil itu.

"Dia yang menyelamatkanmu. Kau tidak sadarkan diri selama 3 hari," jelas Jimin. Tatapan mata Taehyung tidak lepas dari Ha Seul yang menatapnya juga dengan gadis kecil itu ada di gendongannya.

"Dia putrimu?" Taehyung memberanikan diri untuk membuka suara.

"Ya, dia putriku." Ha Seul menjawabnya dengan gerakan tangan.

Taehyung tidak menyangka jika Ha Seul sudah memiliki putri. Apalagi dia tidak sengaja bertemu dengannya di desa dekat di mana mereka beberapa kali datang untuk menikmati keindahan.

"Sebaiknya kita segera pulang. Adikmu membuat ulah kemarin. Dia merasa kau tidak ada, dan dia membuat onar. Bisakah kau membuatnya menurut," jelas Jimin.

"Dia juga ada keperluan, dan harus segera pergi. Suaminya menunggu," sahut J-Hope. Mata Taehyung masih saja menatap Ha Seul dalam diam.

"Tuan Taehyung!" Jimin memegang lengan Taehyung yang hanya diam. Membuat Taehyung langsung menatapnya.

"Ya, kita pulang." Tidak ada kata yang kelua dari mulutnya, Jimin yang malah berterima kasih pada Ha Seul.

Taehyung tak hentinya menatap wanita yang sudah 5 tahun ini tidak dia temui tanpa berkata apapun. Ha Seul sendiri tidak menatap mantan kekasihnya itu.

"Apa Tuan akan pergi?" Gadis kecil itu menarik ujung lengan jaket yang Taehyung kenakan, membuat Taehyung menghentikan langkahnya.

Karena jarak mereka begitu dekat, bukannya menjawab. Taehyung kembali menatap Ha Seul lagi. "Tidak bisakah tinggal beberapa hari lagi, mereka akan percaya jika kau ini ayahku," ucap gadis kecil itu.

Ha Seul yang mendengar itu segera melangkah mundur dua langkah dari Taehyung. "Ada apa memangnya? Bukankah kau akan bertemu dengan ayahmu setelah ini?" tanya Taehyung.

"Itu bukan ayah Taeri, itu ayah Leo," jawabnya dan segera Ha Seul mendekap mulut putrinya agar tidak terus bicara.

Taehyung kembali merasa aneh, kenapa gadis kecil itu bicara seperti itu saat Jimin bilang mereka akan bertemu dengan ayahnya. "Kemarilah," ajak Taehyung sambil mengulurkan tangan untuk menggendong gadis kecil itu.

Ha Seul menggeleng, menolak tawaran Taehyung pada putrinya. "Aku hanya ingin bicara padanya. Aku tidak akan mengganggunya," jawab Taehyung.

Dengan bahu kanan yang sakit, Taehyung menggendong gadis kecil itu di sebelah kiri setelah Ha Seul membiarkannya. Percuma saja dia menolak, saat dia juga yang memilih menyelamatkannya.

"Apa mereka suka mengejekmu?" tanya Taehyung. Sikap dinginnya runtuh saat bicara dengan gadis itu.

"Ya, karena aku tidak memiliki ayah. Tidak bisakah kau menjadi ayahku, biar mereka tidak mengejekku?" Usianya baru 5 tahun tapi dia sudah sangat pintar. Dia juga mudah akrab dengan orang lain.

"Bisakah lain waktu? Hari ini aku harus segera pulang," jelas Taehyung. Dia menatap gadis kecil itu terlihat murung saat mendengar penjelasan Taehyung.

"Ah ... begini saja. Maukah kau traktir temanmu beli apapun yang mereka mau, bilang ayah yang membelikannya. Mereka tidak bisa bertemu sekarang karena ayah harus bekerja. 2-3 hari lagi aku akan datang, kita bertemu dengan temanmu. Apa kau mau?" Tawaran yang harusnya bagus untuk gadis kecil itu, tapi tidak dengan Ha Seul, namun tetap saja dia tidak bisa mengelak.

"Kau berjanji?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca.

"Janji." Taehyung mengiyakan apa yang gadis kecil itu katakan.

"Kalau aku memanggilmu ayah, apa boleh?" Pertanyaan itu membuat Taehyung menatap Ha Seul yang terlihat gugup. Namun, berusaha untuk tenang. Bagaimana tidak, saat dia harus bertemu dengan mantan kekasih, dan putrinya menganggapnya ayah.

Moonlight (MAFIA-KTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang