Mereka menghajar Taehyung di dalam tahanan karena tidak mendapatkan jawaban. Mereka memang tidak cukup bukti untuk menuduh Taehyung yang katanya akan mencuri barang itu saat barangnya hilang oleh orang lain. Saat Taehyung di tangkap. Waktunya saja yang salah kenapa barangnya hilang saat Taehyung berada di sana. Itu yang membuat pihak polisi menuduhnya. Padahal itu semua plan B Taehyung, yang hampir membunuhnya.
"Sampai kalian membuatku mati, aku tidak tau di mana barang itu berada," ucap Taehyung dengan nafas berat. Polisi menghajarnya membabi buta.
"Ini pasti rencanamu, katakan di mana barang itu," tegas Letnan Polisi itu.
"Untuk apa aku menghantarkan nyawa saat ini rencanaku. Kau itu hanya terhasut oleh seseorang. Berapa banyak uang yang kau dapat untuk menghukumku?" Taehyung kembali tertawa melihat Polisi itu salah target.
Karena kurangnya bukti, Taehyung dibebaskan. Dengan kondisi tubuh babak belur dan juga penuh darah, Taehyung berencana untuk menemui Taeri.
"Apa barang itu sudah di tempat yang aman?" tanya Taehyung saat Jimin menjemputnya. Dia membersihkan wajahnya yang terluka dan juga mengganti pakaiannya agar nanti bertemu dengan Taeri, putirnya itu tidak merasa takut.
"Aku sudah selesaikan. Aku juga sudah berikan sesuai jumlah yang dia minta. Hal gilamu ini membuatku takut. Bagaimana aku menjelaskan pada putrimu saat kau mati nanti," jawab Jimin.
"Setidaknya kita berhasil. Aku pikir Namjoon curang dengan menjebakku dalam perangkap yang dia buat," sahut Taehyung.
"Intinya kita herhasil dan kau selamat," timpa Jimin.
Semua ini rencana Taehyung. Dia tau jika Namjoon akan bersikap curang. Itu sebabnya dia mengikuti permainan Namjoon, namun Taehyung tidak mau rugi. Dia berhasil mengambil obat-obatan terlarang itu dengan bantuan Suga dan J-Hope.
"Setidaknya aku tidak mati kali ini. Akh!" rintih Taehyung. Karena tak tahan dengan rasa sakit ditubuhnya, dia menyadarkan kepalanya.
"Kita ke rumah sakit. Periksakan kondisimu," ujar Jimin.
"Ya, kita ke rumah sakit. Tapi menjengguk putriku. Cepat jalankan mobilnya," sahut Taehyung dengan mata terpejam merasa setiap rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya.
Jimin hanya menggeleng pelan mendengar jawaban tuannya. Bagaimana lama mereka dekat, mereka tetaplah sahabat. Itu yang membuat Taehyung percaya pada Jimin.
Wajahnya babak belur, tapi dia tidak bisa jika tidak datang ke rumah sakit. Dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya, Taehyung masuk ke ruang rawat Taeri yang menangis mencari ayahnya.
"Kenapa menangis?" Suara Taehyung membuat Taeri menatapnya. Ha Seul yang sedang duduk di samping putrinya juga ikut menatap ke arah suara. Fokusnya langsung pada wajah Taehyung yang babak belur. Walau topi sedikit menutupinya, tapi dia tau jika wajah Taehyung babak belur.
"Kenapa dengan wajah Ayah, apa Paman Jimin memukulmu?" Taeri menunjuk ke wajah Taehyung dengan wajah sedih. Kali ini terlihat jelas karena dia berada di dekat Taeri dan Ha Seul.
"Tidak. Aku tidak memukul ayahmu," sahut Jimin. Dia tak ingin disalahkan atas apa yang tidak dia lakukan, itu hanya akan membuat disalahkan.
"Apa benar, Ayah?" tanya Taeri dengan polosnya. Dia menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca.
"Pertanyaan Ayah tidak di jawab. Kenapa Taeri menangis? Demamnya sudah turun, tapi kenapa menangis?" Taehyung tak menghiraukan ucapan putrinya yang khawatir.
"Taeri ingin bertemu Ayah, Ibu melarang untuk bertemu Ayah," jelasnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Apa Dokter membiarkannya untuk pulang hari ini?" tanya Taehyung pada Ha Seul yang terus menatap ayah putrinya dengan lekat. Dia khawatir, namun dia tidak bisa bersikap layaknya orang yang panik melihat kekasihnya terluka.
"Dokter bilang boleh, tapi setelah cairan infus ini habis," jelas Ha Seul dengan bahasa isyarat.
"Baiklah, sebaiknya istirahat sampai cairan infus ini habis. Mau Ayah temani untuk berbaring di sini? Ayah lelah sekali," pinta Taehyung. Setelah mendapatk anggukan dari putrinya. Dia segera berbaring dengan Taeri yang ada di sampingnya, jujur saja dia hanya lelah dan tubuhnya terasa sakit.
Mereka membiarkan Taehyung berbaring di brankar rumah sakit bersama putrinya. Jimin bahkan meminta dokter untuk memeriksa kondisi Taehyung. Walau dia tidak mau, tetap saja Jimin ingin tuannya itu memeriksakan kondisinya. Dalam posisi berbaring di satu ranjang yang sama, Taeri memeluk tubuh ayahnya yang juga memejamkan mata. Dengan Ha Seul yang ada di samping mereka membaca buku untuk mengurangi kebosanannya.
Sesekali dia akan melihat mereka berdua, sampai Ha Seul mendengar rintihan lirih dari mulut Taehyung. Dia seperti tidak nyaman dalam tidurnya. Perlahan Ha Seul mendekat coba lebih dekat, sampai dia terkejut saat Taehyung memegang tangannya erat. Begitu erat sampai rasanya begitu sakit.
Matanya menatap Ha Seul dengan nafas memburu. Perlahan genggaman erat itu melonggar saat Ha Seul meneteskan air mata karena merasakan tangannya sakit.
"Ada apa?" tanya Ha Seul. Berusaha untuk tenang saat tangannya sakit karena ulah Taehyung.
"Maafkan aku," jawabnya. Di bermimpi buruk, dan tak sadar saat menggenggam erat tangan Ha Seul erat. Untung pergerakannya tidak membuat Taeri bangun. Dia benar-benar terlelap berbaring bersama ayahnya.
Ha Seul menyodorkan minum, namun Taehyung tidak bisa bergerak. Ha Seul membantunya dengan sedotan dan perlahan Taehyung meminumnya.
"Apa terasa sakit?" tanya Taehyung. Dia sadar jika genggaman tangannya begitu erat, dan benar saja, lengan Ha Seul merah karena Taehyung.
Ha Seul menggeleng kepala pelan, senyum manis dia tunjukkan pada Taehyung yang sedang terbaring bersama putrinya. Seperti yang Jimin katakan, dia harus meluluhkan hati Taehyung agar dia tidak bersikap kasar lagi. Merubah seseorang itu memang sulit, tapi Ha Seul berpikir ikut andil dalam berubahnya sikap Taehyung.
"Apa merasa tidak nyaman? Aku akan pindahkan dia di kasur tambahan, biar kau bisa istirahat dengan nyaman di sini," jelas Ha Seul dengan bahasa isyarat.
"Tidak perlu. Aku baik-baik saja. Hanya saja--" Taehyung mengentikan ucapannya. Dia sebenarnya ingin bangun, tapi dia tidak ingin membuat Taeri bangun karen dia terlihat begitu lelap.
"Sudahlah jangan pikirkan. Apa kau tidak tidur?" tanya Taehyung.
"Aku belum mengantuk." Ada keheningan sesaat setelah Ha Seul menjelaskan apa yang dia katakan. Entah rasanya canggung saja. Taehyung memilih memejamkan mata. Sampai Ha Seul memegang lengannya perlahan, membuat Taehyung membuka mata dan menatapnya.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Ha Seul dengan bahasa isyrat.
"Tidak. Bisakah kita menikah saja?" Pertanyaan Taehyung membuat Ha Seul menatapnya terkejut. Dia memikirkan itu sejak beberapa hari ini, namun dia takut menyakiti Has Seul dan juga Taeri saat mereka bersama.
"Kenapa? Apa kau tidak ingin membuatnya bahagia. Melihat wajah polosnya aku meras bersalah saat kita saja tak memiliki hubungan, namun tinggal bersama. Namun, jika kau tidak ingin tak masalah, aku tidak akan memaksamu. Karena akan percuma kan saat kau membenciku," ujar Taehyung.
"Bukan seperti itu, hanya--"
"Hanya karena aku seorang bajingan? Aku bisa menjagamu. Aku tak ingin putriku pergi lagi dariku setelah 5 tahun kau membuatku berpisah dengannya. Aku tidak akan memaksamu, tapi--" Taehyung menghentikan ucapannya saat Ha Seul mencium bibirnya.
"Aku harap kau tidak lagi marah padaku. Aku mengaku salah atas perbuatan yang aku lakukan sebelumnya, namun aku bersumpah. Aku hanya takut seseorang membunuhmu waktu itu. Karena itu aku memilih untuk pergi, agar kau selamat, bukan karena aku membencimu. Aku hidup dalam penyesalan selama 5 tahun ini, tidak mudah mengurus anak seorang diri tanpa suami. Namun, bisa apa aku? Karena aku ingin kau selamat," jelas Ha Seul dengan bahasa tangan dan juga air mata yang terus menetes saat menjelaskannya.
"Apa Suga Hyung yang mengatakan itu semua?" tanya Taehyung.
"Bukan, tapi seorang wanita yang datang bersama Tuan Suga," jawab Ha Seul yang membuat Taehyung menatapnya penasaran. Memang Suga datang, namun setelah pergi. Seorang wanita datang dan mengatakan banyak hal pada Ha Seul. Itu juga yang membuat dia pindah Desa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight (MAFIA-KTH)
FanfictionKetua genk Mafia yang jatuh cinta pada wanita tuna wicara. Tanpa memandang kekurangan itu, Ketua Genk Mafia itu dengan sangat tulus mencintanya, sayangnya, semua itu berantakan ketika wanitanya memilih mengakhiri hubungannya karena merasa dibohongi...